Professional Documents
Culture Documents
Rima Irwinda
MASALAH
Lain-lain 11%
Abortus 5% Pendarahan 27%
Partus lama/macet 5%
Emboli obstretrik 5%
Trauma obstretrik 5%
Komplikasi puerpurium Eklampsia
8% 23%
Infeksi 11%
Penyebab Kematian
Ibu
Masalah
AKI di Indonesia salah satu yang tertinggi di negara Asia
Tenggara, dan jauh dari target MDG.
Prevalensi preeklampsia/eklampsia di negara
berkembang lebih tinggi dibandingkan di negara maju.
Belum ada keseragaman dalam melakukan penanganan
preeklampsia/eklampsia.
Akibat yang ditimbulkan selain masalah kedokteran yang
kompleks, juga masalah ekonomi yang besar.
Ann. N.Y. Acad. Sci. 1212 (2010) 7896
KLASIFIKASI DAN
DIAGNOSIS
KLASIFIKASI
Hipertensi Kronik
Preeclampsia superimposed on chronic
hypertension
Hipertensi dalam kehamilan
Preeklampsia ringan
Preeklampsia berat
Eklampsia
HELLP sindrom
Diagnosis Preeklampsia Berat
Kiteriapreeklampsiaberat: (preeklampsiadenganminimal satugejaladibawahini)
TD160/110mmHg
Proteinuria5g/24jamatau +2dipstik
Adaketerlibatan organlain:
- Hematologi: trombositopenia(<100.000/ul), hemolysismikroangiopati
- Hepar: peningkatanSGOTdan SGPT, nyeri epigastrikataukuadran kanan atas
- Neurologis: sakit kepalapersisten, skotomapenglihatan
- Janin: pertumbuhanjaninterhambat, oligohidramnion
- Paru: edemaparudan/atau gagal jantungkongestif
- Ginjal: oliguria(500ml/24jam), kreatinin 1,2mg/dL
Penegakkan hipertensi
TD 140/90 mmHg
Pemeriksaan saat pasien dalam keadaan istirahat.
Gunakan tensimeter air raksa atau yang setara.
Posisi duduk atau terlentang miring kiri, kepala
ditinggikan 30o sehingga manset sesuai level
jantung.
Gunakan ukuran manset yang sesuai.
Gunakan bunyi korotkoff V pada pengukuran
tekanan darah diastolik.
Penentuan Proteinuria
Faktor Risiko
MANAJEMEN
Delivery is the only definitive
treatment
Outcom
e
Baby
Baby Mother
Mother
Long
Long term
term
Consequenc
Consequenc
es
es
PREVENTION?
Role
Role of
of
Nutrition?
Nutrition?
Aktif vs Ekspektatif
Manajemen ekspektatif tidak meningkatkan kejadian
morbiditas maternal, sebaliknya dapat memperpanjang
usia kehamilan, serta mengurangi morbiditas perinatal.
Berat lahir bayi rata rata lebih besar, namun insiden
pertumbuhan janin terhambat juga lebih banyak.
Pemberian kortikosteroid mengurangi kejadian sindrom
gawat napas, perdarahan intraventrikular, infeksi
neonatal serta kematian neonatal.
Magnesium Sulfat
Pemberian magnesium sulfat bermakna mencegah kejang dan
kejang berulang dibandingkan pemberian plasebo.
Pemberian magnesium sulfat tidak mempengaruhi morbiditas
dan mortalitas maternal serta perinatal.
Efek samping minor yang terbanyak ditemukan adalah flushing.
Tidak ditemukan perbedaan kejadian toksisitas akibat
pemberian magnesium sulfat dibandingkan plasebo.
Penghentian pengobatan lebih sering terjadi pada pemberian
magnesium sulfat intramuskular.
Magnesium sulfat
MgSO4 vs Diazepam vs Fenitoin
Pemberian magnesium sulfat lebih baik dalam mencegah
kejang atau kejang berulang dibandingkan antikonvulsan
lainnya.
Mortalitas maternal ditemukan lebih tinggi pada
penggunaan diazepam dibandingkan magnesium sulfat.
Tidak ditemukan perbedaan bermakna morbiditas maternal
dan perinatal serta mortalitas perinatal antara penggunaan
magnesium sulfat dan antikonvulsan lainnya.
Antihipertensi
Kortikosteroid pematangan
paru
Pemberian deksametason maupun betametason
menurunkan bermakna kematian janin dan neonatal,
RDS dan perdarahan serebrovaskular. Pemberian
betametason memberikan penurunan RDS yang lebih
besar.
Pemberian kortikosteroid ulangan (jarak 1 minggu atau
lebih) berhubungan dengan penurunan bermakna RDS,
penyakit paru berat, morbiditas berat pada janin.
Kortikosteroid pematangan
paru
Terapi Cairan
Penurunan volume plasma
Penambahan volume plasma mungkin
bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi ibu
dan janin.
Namun, belum ada bukti yang kuat manfaat
penambahan volume plasma pada pasien
dengan preeklampsia.
Pemberian cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan edema paru (overload)
Pada umumnya cairan yang dianjurkan adalah 80
cc/jam atau 1 cc/kgBB/jam
Anesthetic Management