You are on page 1of 68

HEPATITIS

PENDAHULUAN

Istilah "hepatitis" dipakai untuk semua


jenis peradangan pada hati.
Penyebabnya dapat berbagai macam,
mulai dari virus sampai dengan obat-
obatan, termasuk obat tradisional.
Virus hepatitis terdiri dari beberapa jenis :
hepatitis A, B, C, D, E, F dan G. Hepatitis A,
B dan C adalah yang paling banyak
ditemukan.
Hepatitis A bersifat akut, sedangkan
hepatitis B dan C bersifat kronis dan
bahkan dapat berkembang menjadi kanker
hati.
HEPAT ITIS
EPIDEMIOLOGI

Hepatitis A dapat menyerang segala usia.


Pada anak-anak sering tidak terdeteksi secara
klinis (asimptomatik) dan periode penularannya
lebih lama daripada orang dewasa.
Infeksi hepatitis A terjadi melalui rute fekal-oral,
kontak dengan penderita, atau melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi,
atau melalui darah (jarang)
Lebih sering terjadi pada masyarakat golongan
sosioekonomi rendah dengan tingkat kepadatan
penduduk yang tinggi dan sanitasi yang buruk.
FAKTOR RISIKO

Tempat penitipan anak


Pelancong (khususnya yang pergi ke
daerah endemik)
Pengguna obat suntikan (Injection Drug
Users = IDUs)
Hubungan seks oral-anal
Penderita penyakit hati kronis
Orang-orang yang bekerja dengan
hewan primata
ETIOLOGI

Virus hepatitis A (Hepatitis A Virus=HAV)


merupakan Hepatovirus yang berhubungan
dengan Enterovirus dalam famili Picornaviridae.
Berbentuk kubus simetrik dengan panjang sisi
27-28 nm.
Virus ini tidak memiliki selubung dan tahan
terhadap cairan empedu
Memiliki 1 serotipe.
Genomnya merupakan RNA sense-positif
beruntai tunggal dan memiliki empat genotipe.
Tipe I dan III paling umum ditemukan pada
manusia.
ETIOLOGI

Stabil dalam lingkungan selama 1 bulan


Masa inkubasi 2-4 minggu
Dapat diinaktivasi dengan pemanasan
dengan suhu minimal 85C selama 1
menit atau dengan pengenceran natrium
hipoklorit dalam air dengan kadar 1:100.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

Tanda-tanda dan gejala:


Fase preikterus: gejala-gejala seperti influenza
(hilang nafsu makan, mual, lelah, dan rasa tidak
enak badan) Hilang nafsu makan, mual, muntah,
lelah, rasa tidak enak badan, demam, sakit
kepala, dan nyeri abdomen bagian kanan atas.
Fase ikterus : sklera dan kulit berwarna kuning,
urin berwarna gelap, feses berwarna terang
(acholic), kulit gatalgatal, dan gejala-gejala
sistemis yang memburuk

Anak-anak yang berusia <6 tahun tidak


menampakkan gejala, kalaupun ada, mereka
tidak mengalami jaundice (kuning).
DIAGNOSIS

Pemeriksaan fisik
Sklera, kulit, dan sekresi ikterik
Penurunan berat badan ringan (2-5 kg)
Hepatomegali
Tes laboratorium
IgM anti HAV positif
Peningkatan kadar bilirubin, -globulin, dan
transaminase hepatik (alanine transaminase dan
aspartate transaminase) 2 kali lipat dari normal
pada penyakit anikterik akut.
Peningkatan kadar alkali fosfatase, -glutamil
transferase, dan bilirubin total pada pasien
kolestatik.
TERAPI

Tujuan terapi: pemulihan kondisi pasien.


Terapi umumnya bersifat suportif.
Penggunaan steroid tidak disarankan.
PENCEGAHAN

Pencegahan hepatitis A dapat dilakukan


dengan vaksinasi dan imunisasi.
Semua anak yang berusia >1 tahun, kelompok
faktor risiko, pasien penyakit hati kronis, dan
orang-orang dengan gangguan faktor
pembekuan darah sebaiknya menerima vaksin
hepatitis A.
Dua jenis vaksin hepatitis A yang berlisensi di
AS adalah Vaqta dan Havrix.
Vaqta tidak mengandung pengawet dan potensi
vaksin ini dihitung dengan unit antigen HAV.
PENCEGAHAN

Havrix menggunakan 2-fenoksifenol sebagai


pengawet dan potensi vaksin dihitung dengan
unit ELISA (Enzyme-linked Immunoabsorbent
Assay)
Efek samping: rasa sakit dan panas di tempat
injeksi, sakit kepala, tidak enak badan, dan
nyeri.
Efek samping serius seperti anafilaksis,
sindrom Guillain-Barre, brachial plexus
neuropathy, transverse myelitis, sklerosis
multipel, ensefalopati, dan erythema multiforme
juga pernah dilaporkan.
Twinrix adalah vaksin bivalen untuk
hepatitis A dan B.
Vaksin ini diperbolehkan untuk orang-
orang berusia 18 tahun dengan waktu
pemberian 0, 1, dan 6 bulan.
Dosis pertama memberikan tingkat
serokonversi HAV >90%, tetapi diperlukan
tiga dosis untuk serokonversi HBV yang
maksimal.
Imunoglobulin (Ig) digunakan sebagai terapi
profilaksis pra/pasca paparan terhadap HAV.
Paling efektif bila diberikan dalam masa
inkubasi.
Ig jarang menyebabkan efek samping serius
dan aman diberikan kepada wanita hamil dan
menyusui.
Dosis:
0,2 mL/kg IM untuk mereka yang telah terpapar
HAV atau belum (profilaksis <3 bulan)
0,6 mL/kg IM (profilaksis 5 bulan) untuk mereka
yang belum terpapar HAV
HEPAT ITIS
EPIDEMIOLOGI

Area dengan prevalensi tinggi: Afrika sub-


Sahara, Asia, Amazon, Eropa Timur
danTengah.
Ras dengan prevalensi tinggi: ras kulit hitam
non-Hispanik disusul oleh ras Asia-Pasifik
dan ras kulit putih non-Hispanik. Ras Hispanik
memiliki prevalensi hepatitis B terendah.
Hepatitis B Virus (HBV) ditularkan secara
seksual, parenteral, dan perinatal.
Penularan juga dapat terjadi melalui kontak
dengan cairan tubuh penderita, terutama
darah dan komponen darah.
FAKTOR RISIKO

Pelancong
Pengguna obat suntik (IDU)
Kontak seksual/tinggal serumah dengan
penderita
ETIOLOGI

HBV merupakan virus DNA, termasuk dalam


famili Hepadnaviridae.
Memiliki envelope, berukuran kecil dan
mengandung DNA beruntai ganda parsial
dengan 3200 pasang basa nitrogen
DNA ini mengkode 3 protein permukaan:
antigen permukaan (HBsAg), antigen inti
(HBcAg), protein pra-inti (HBeAg); protein
polimerase aktif yang besar; protein
transaktivator.
Ada 7 genotipe (A-H) yang tersebar di wilayah
geografis tertentu.
Masa inkubasi virus ini 1-6 bulan.
PATOFISIOLOGI
HBV tidak patogenik terhadap sel, tetapi
respons imun terhadap virus ini yang
bersifat hepatotoksik.
Kerusakan hepatosit menyebabkan
peningkatan kadar ALT.
Sumber: Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach 7th ed hal 679
MANIFESTASI KLINIK

Tanda-tanda dan gejala:


Mudah lelah, cemas, tidak nafsu makan, dan
rasa tidak enak badan.
Asites, jaundice (kuning), perdarahan variseal,
dan ensefalopati hepatik dapat timbul bersama
dekompensasi hati.
Ensefalopati hepatik sering dikaitkan dengan
hipereksitabilitas, gangguan mental,
obtundation, bingung, dan koma.
DIAGNOSIS

Pemeriksaan fisik:
Sklera, kulit, dan sekresi ikterik.
Penurunan bunyi usus besar, peningkatan lingkar
abdomen, dan adanya pergerakan cairan.
Asterixis
Spider angiomata

Tes laboratorium:
Adanya Hepatitis B surface antigen (HBsAg) minimal
selama 6 bulan.
Peningkatan transaminase hati (alanine transaminase
dan aspartate transmaninase) dan DNA HBV >105
kopi/mL.
Biopsi hati
PENCEGAHAN

Dengan vaksinasi atau imunisasi


(Hepatitis B imunoglobulin)
Beberapa contoh sediaan vaksin di AS:
Twinrix (kombinasi vaksin hepatitis A dan
hepatitis B), Recombivax HB, dan
Engerix-B.
TERAPI

Tujuan terapi: meningkatkan seroklirens,


mencegah perkembangan penyakit ke arah
sirosis, dan meminimalkan kerusakan hati pada
pasien.
Terapi nonfarmakologi:
Konseling
Vaksinasi dan imunisasi
Hindari konsumsi alkohol
Ajak pasien untuk berkonsultasi sebelum
menggunakan obat baru, termasuk obat herbal
dan obat tanpa resep.
Terapi farmakologi:
Interferon (IFN)
Merupakan sitokin yang memiliki efek
antivirus, antiproliferatif, dan imunomodulator.
Pemberian IFN memerlukan frekuensi
pemberian 3 kali seminggu, sehingga
digantikan oleh pegylated-IFN (PEG-IFN)
PEG-IFN memiliki waktu paruh yang lebih
panjang daripada IFN, dapat diberikan 1
kali/minggu.
Efek samping:
Kelelahan, demam, sakit kepala, mual, tidak
nafsu makan, kekakuan, mialgia, artralgia, nyeri
muskuloskeletal, insomnia, depresi,
cemas/emosi labil, alopesia, reaksi di tempat
injeksi.

Dosis:
Interferon -2a :
SC/IM; 4,5 x 106 unit 3x seminggu, jika tidak
menimbulkan respon setelah 6 bulan, naikkan
sampai dosis maks 18x106 unit 3x seminggu.
Interferon -2b
SC; 3x106 unit 3x seminggu, naikkan
sampai 5-10x106 unit 3x seminggu bila
tidak menimbulkan respons setelah 6
bulan
Pertahankan dosis minimum selama 4-6
bulan kecuali dalam keadaan intoleran
Lamivudine
Merupakan analog nukleosida
Memiliki aktivitas antivirus pada HBV maupun
HIV.
Indikasi : Hepatitis B kronik.
Dosis :
Dewasa, anak > 12 tahun : 100 mg 1 x sehari.
Anak usia 2 11 tahun : 3 mg/kg 1 x sehari
(maksimum 100 mg/hari).
Efek samping : diare, nyeri perut, ruam, malaise,
lelah, demam, anemia, neutropenia,
trombositopenia, neuropati, jarang pankreatitis.
Perhatian : pankreatitis, kerusakan ginjal
berat, penderita sirosis berat, hamil dan
laktasi.
Interaksi obat : Trimetroprim
Penatalaksanaan :
Tes untuk HBeAg dan anti HBe di akhir
pengobatan selama 1tahun dan kemudian
setiap 3 -6 bulan.
Durasi pengobatan optimal untuk hepatitis B
belum diketahui, tetapi pengobatan dapat
dihentikan setelah 1 tahun jika ditemukan
adanya serokonversi HBeAg
Pengobatan lebih lanjut 3 6 bulan
setelah ada serokonversi HBeAg untuk
mengurangi kemungkinan kambuh.
Monitoring fungsi hati selama paling
sedikit 4 bulan setelah penghentian terapi
dengan Lamivudine.
Adefovir
Merupakan analog nukleosida asiklik dari AMP
(adenosine
monophosphate).
Mekanisme kerja: menghambat polimerase DNA HBV.
Dosis: 10 mg/hari selama 1 tahun.

Entecavir
Merupakan analog nukleosida dari guanosin.
Mekanisme kerja: menghambat polimerase HBV.
Lebih poten daripada lamivudine dan efektif pada HBV
resisten lamivudine.
Dosis: 0,5 mg/hari atau 1 mg/hari pada pasien dengan
HBV resisten lamivudine
Telbivudine
Merupakan analog nukleosida spesifik HBV.
Mekanisme kerja: inhibitor kompetitif DNA
polimerase.
Lebih poten daripada lamivudine.
Efek samping: ISPA
Tenofovir
Emtricitabine
HEPAT ITIS
EPIDEMIOLOGI

Faktor risiko: transfusi darah, hemodialisis, penggunaan


obat suntik (IDU), kontak seksual atau perinatal.

Skrining HCV perlu dilakukan pada:


Pengguna obat suntik
Penderita HIV
Menerima transfusi darah/transplantasi organ sebelum
tahun 1992
Menerima faktor pembekuan darah sebelum tahun 1987
Pernah/sedang menjalani hemodialisis
Pasien dengan peningkatan kadarALT/penyakit hati
Tenaga kesehatan setelah paparan di lingkungan kerja
Anak yang lahir dari ibu positif virus hepatitis C
Imigran dari negara dengan prevalensi hepatitis C tinggi
ETIOLOGI

Virus hepatitis C (Hepatitis C Virus = HCV)


merupakan virus RNA berantai tunggal dari
famili Flaviviridae.
Virus ini bereplikasi di dalam hepatosit dan
tidak merusak sel secara langsung.
Waktu paruh dalam serum: 2-3 jam
HCV dikelompokkan ke dalam 6 genotip (1-6)
yang terdistribusi di seluruh belahan dunia.
Masa inkubasi: 2 minggu- 6 bulan
PATOFISIOLOGI
Kadar apoptosis rendah menandakan
virus masih bertahan, sedangkan kadar
apoptosis yang tinggi menandakan tingkat
kerusakan hepatosit.
Mutasi gen HCV terdeteksi 1 tahun
setelah infeksi.
MANIFESTASI KLINIS

1. Tahap akut
Kebanyakan pasien tidak menampakkan gejala
dan tidak terdiagnosis setelah infeksi HCV akut.
RNA HCV terdeteksi dalam 1-2 minggu setelah
infeksi dan meningkat dengan cepat.
Kadar RNA HCV stabil pada 105 107 IU/mL
menyebabkan peningkatan kadarALT dan
timbulnya gejala-gekala hepatitis.
Gejala timbul pada 7 minggu setelah infeksi dan
berlangsung selama 3-12 minggu.
Gejala-gejala yang dapat timbul:
Kelelahan
Hilang nafsu makan
Lemah
Jaundice /kuning
Nyeri perut
Urin berwarna gelap

Infeksi akut akan berkembang menjadi kronis


pada 85% pasien, dapat dilihat dari RNA HCV
yang menetap selama 6 bulan.
2. Tahap kronis
Pada tahap kronis, kadar RNA HCV danALT
serum dapat berfluktuasi, bahkan tidak
terdeteksi/kembali normal.
Gejala yang dapat timbul pada infeksi kronis:
Kelelahan
Nyeri perut bagian kanan atas
Mual
Nafsu makan hilang/menurun
Hepatomegali dapat terlihat dari pemeriksaan
fisik.
3.Tahap lanjut
Gejala yang dapat timbul:
Spider nevi
Splenomegali
Eritema pada telapak tangan
Atropi testis
Caput medusae
Inflamasi hati kronis dapat menyebabkan fibrosis
pada hati.
HCV kronis kadang dikaitkan dengan
manifestasi ekstrahepatik, misalnya
cryoglobulinemia.
Cryoglobulinemia adalah pengendapan
kompleks imun yang dapat menyebabkan
vaskulitis.
Gejala-gejalanya adalah: kelelahan, ruam kulit,
purpura, artralgia, gangguan ginjal, dan
neuropati.
Gejala yang lebih jarang: limfoma non-Hodgkin
sel B, sindrom Sjgren, glomerulonefritis, artritis,
tukak kornea, penyakit tiroid, neuropati, dan
porphyria cutanea tarda.
DIAGNOSIS

Kadar transaminase abnormal yang


bertahan selama beberapa waktu.
Reactive enzyme immunoassay for anti-
HCV
TERAPI

Tujuan terapi: menyembuhkan infeksi


HCV dan memulihkan kondisi jaringan
tubuh.
Terapi nonfarmakologi
Vaksin anti hepatitis A dan B
Diet gizi seimbang
Hindari alkohol
Berhenti merokok
Olahraga teratur
Terapi farmakologi
Standar terapi: injeksi PEG-IFN 1x
seminggu dan Ribavirin oral 1x sehari
Ribavirin merupakan analog guanosin
sintetis, mekanisme kerja belum diketahui.
Indikasi Ribavirin:
Hepatitis C kronik pada pasien penyakit
hati >18 tahun yang mengalami kegagalan
de ngan monoterapi Interferon -2a atau
-2b
Indikasi Ribavirin dengan Peginterferon -2a atau -2b :
Hepatitis C kronik pada pasien > 18 tahun yang
mengalami relaps setelah mendapat terapi dengan
Interferon .

Kontraindikasi:
Wanita hamil dan suaminya, pasangan yang berencana
memiliki anak kandung, mempunyai reaksi alergi
terhadap Ribavirin, kit jantung berat 6 bulan yang lalu,
haemoglobinopathy, hepatitis autoimun, sirosis hati yang
tidak terkompensasi, penyakit tiroid, adanya penyakit
atau riwayat kondisi psikiatrik berat, terutama depresi,
keinginan atau ada upaya bunuh diri.
Perhatian :
Wanita subur dan pria harus menggunakan
kontrasepsi aktif selama terapi dan 6 bulan
sesudahnya, tes kehamilan harus dilakukan setiap 6
bulan selama terapi.
Lakukan tes darah lengkap sejak awal terapi
Riwayat penyakit paru atau diabetes mellitus yang
cenderung ketoasidosis, gangguan pembuluh
darah/mielosupresi berat.
Tes daya visual dianjurkan pada pasien DM atau
hipertensi.
Monitor fungsi jantung pada pasien dengan riwayat
gagal jantung kongestif, infark miokard dan aritmia.
Dapat menimbulkan kekambuhan penyakit psoriasis.
Efek samping:
Hemolisis, anemia, neutropenia, mulut kering,
hiperhidrosis, asthenia, lemah, demam, sakit
kepala, gejala menyerupai flu, kekakuan, berat
badan menurun, gangguan GI, artralgia, mialgia,
insomnia, somnolen, batuk, dispnea, faringitis,
alopesia, depresi.

Interaksi Obat : Zidovudine, Stavudine.


Dosis:
Ribavirin dengan Interferon -2b.
Interferon -2b : 3 x 106 unit SC 3x
seminggu dan Ribavirin per hari
berdasarkan berat badan :
< 75 kg, Ribavirin 400 mg pagi
> 75 kg, Ribavirin 600 mg pagi dan sore hari
Ribavirin dengan Peginterferon -2a
Peginterferon -2a 180 mcg SC 1x seminggu
dengan Ribavirin per hari berdasarkan berat
badan dan genotip HCV
Genotip 1,
< 75 kg, 400 mg pagi dan 600 mg malam hari.
> 75 kg, 600 mg pagi dan malam hari.
Genotip 2 dan 3, 400 mg pagi dan malam hari
Ribavirin dengan Peginterferon -2b
Peginterferon -2b : 1,5 g/kg SC 1 x seminggu dan
Ribavirin berdasarkan berat badan :
< 65 kg, SC Peginterferon -2b 100 g 1 x seminggu,
oral Ribavirin 400 mg pagi dan malam hari.
65-80 kg, SC Peginterferon -2b 120 g 1 x seminggu
oral Ribavirin 400 mg pagi dan 600 mg malam hari
>80-85 kg, SC Peginterferon -2b 150 g 1 x seminggu,
oral Ribavirin 400 mg pagi dan 600 mg malam hari.
> 85 kg, SC Peginterferon -2b 150 g 1 x seminggu,
oral Ribavirin 600 mg pagi dan 600 mg malam hari.
Penatalaksanaan :
Ribavirin tidak efektif jika digunakan tunggal.
Ribavirin dengan Peginterferon untuk infeksi
genotip 1.
Ribavirin dengan Peginterferon atau Ribavirin
dengan Interferon untuk infeksi genotip 2 dan
3.
Peginterferon tunggal bila kontraindikasi
terhadap Ribavirin
Terapi untuk infeksi 1 dan 4 selama 48 minggu.
Terapi untuk infeksi 2 dan 3 selama 24 minggu.
PENCEGAHAN

Tidak ada vaksin untuk HCV.


Pencegahan dapat dilakukan dengan
cara mencegah kontak dengan darah atau
mukus pasien HCV
Penderita HCV perlu diberikan konseling
agar mereka tidak mengajukan diri
sebagai donor darah atau organ.
HEPAT ITIS
Virus Hepatitis D (HDV ) atau virus delta adalah
virus yang unik, yakni virus RNA yang tidak
lengkap, memerlukan keberadaan virus hepatitis
B untuk ekspresi dan patogenisitasnya, tetapi
tidak untuk replikasinya.
Penularan melalui hubungan seksual, jarum
suntik dan transfusi darah.
Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat
muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi)
atau sangat progresif.
Diagnosis dapat dilakukan dengan metode NAAT
atau deteksi antibodi IgM dengan ELISA.
Masa inkubasi irus hepatitis D: 3 minggu-3 bulan
HEPAT ITIS
Gejala mirip hepatitis A, demam, pegal linu,
lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut.
Penyakit ini akan sembuh sendiri (self-limited),
kecuali bila terjadi pada kehamilan, khususnya
trimester ketiga, dapat mematikan.
Penularan hepatitis E melalui air yang
terkontaminasi feces.
Diagnosis: mendeteksi IgM spesifik atau NAAT
(Nucleic Acid Amplification Testing) real-time.
Dapat dicegah dengan langkah-langkah
higiene.
Masa inkubasi: 3-6 minggu
HEPAT ITIS
Baru sedikit kasus yang dilaporkan, saat
ini, para ahli belum sepakat penyakit ini
merupakan tipe hepatitis yang terpisah.
HEPAT ITIS
Gejala serupa hepatitis C, seringkali
infeksi bersamaan dengan hepatitis B
dan/atau C.
Tidak menyebabkan hepatitis kronis
Penularan melalui transfusi darah dan
jarum suntik
RANGKUMAN

Copyright from Buku Saku Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hati (Depkes RI, 2007) hlm.
4, tabel 1, PerbandinganVirus Hepatitis
PUSTAKA DAN REFERENSI

1. Depkes RI, 2007, Pharmaceutical Care untuk


Penyakit Hati, Jakarta, Depkes RI
2. DiPiro JT, et al, 2008, Pharmacotherapy. A
Pathophysiologic Approach (seventh edition),
New York: The McGraw Hill Companies
3. Gillespie, Stephen, Kathleen Bamford, 2009, At
a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi (Edisi
Ketiga) terj. Stella Tinia H., Jakarta: Penerbit
Erlangga
4. Fatchiyah, 2012, Panduan Pemeriksaan
Laboratorium : Teknik Pemeriksaan Protein,
Malang, FMIPA-Universitas Brawijaya.
THANK YOU

You might also like