You are on page 1of 28

REFERAT

RINITIS ALERGI

PEMBIMBING
Dr. H. Muchtar Yusuf, Sp. THT

Dessy Tristiviyati
2004730018
DEFINISI
Penyakit inflamasi yg disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya
sudah tersensitasi dengan alergen yang
sama serta dilepaskannya suatu mediator
kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan
alergen spesifik tersebut. (Von Pirquet, 1986)
Selainan pada hidung dengan gejala bersin-
bersin, rinore, rasa gatal, dan tersumbat
setelah mukosa hidung terpapar alergen
yang terperantarai oleh Ig E. (WHO ARIA
(Allergic Rhinintis and Impact on Asthma),
2001)
ANATOMI HIDUNG
HIDUNG LUAR
Hidung luar berbentuk piramid
dengan bagian-bagiannya dari atas ke
bawah:
Pangkal hidung (bridge)
Dorsum nasi
Puncak hidung
Ala nasi
Kolumela
Lubang hidung (nares anterior)
Kerangka tulang terdiri dari tulang hidung
(os nasalis), prosesus frontalis os maksila,
prosesus nasalis os frontal, sedangkan
kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa
pasang tulang rawan yang terletak di
bagian bawah hidung, yaitu 1) sepasang
kartilago nasalis lateralis superior, 2)
sepasang kartilago nasalis lateralis inferior
yang disebut juga sebagai kartilago alar
mayor, 3) beberapa pasang kartilago alar
minor dan 4) tepi anterior kartilago septum.
CAVUM NASI
Berbentuk terowongan dari depan ke belakang,
dipisahkan oleh septum nasi di bagian
tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri.
Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian
depan disebut nares anterior dan lubang
belakang disebut nares posterior (koana) yang
menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.
Dinding medial hidung ialah septum nasi.
Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan.
Bagian tulang adalah lamina perpendikularis os
etmoid, vomer, krista nasalis os maksila dan
krista nasalis os palatina. Bagian tulang rawan
adalah kartilago septum (lamina kuadrangularis)
dan kolumela.
ETIOLOGI
Etiologi dibagi berdasarkan pembagian
jenis Rinitis Alergi. Beberapa pasien
sensitif terhadap multipel alergen dan
bisa memiliki Rinitis alergi musiman dan
sepanjang tahun secara bersamaan.
Alergi makanan juga dapat menyebabkan
Rinitis Alergi, terutama pada anak, tetapi
hal tersebut jarang terjadi kecuali simtom
pada gastrointestinal atau kulit.
PATOFISIOLOGI
Makrofag/ monosit Fragmen pendek
Alergen (sel penyaji/ peptida & bergabung
Antigen Presenting dengan molekul HLA
Cell) kelas II

Membentuk komplek
Sel T peptida MHC kelas II
Mengaktifkan Melepaskan
helper (major
Th 0 sitokin (IL 1)
(Th 0) histocompatibility
complex)

Th2 IL 4 & 13
menghasilkan diikat oleh Meperoduks
Th 1 & Th 2 i Ig E
berbagai sitokin reseptor di
(IL 3, 4, 5, & 13) sel Limfosit B
Mukosa yg
Rantai-rantai sudah Disirkulasi darah,
Ig E mengikat tersensitasi masuk ke jaringan &
elergen terpapar dgn diikat oleh Ig E di
spesifik alergen yg permukaan mastosit &
sama, basofil

Degranulasi Terlepasnya Merangsang


(pecahnya mediator kimia reseptor H1
dinding sel) teutama pd ujung
mastosit/ basofil histamin saraf
vidianus

Kelenjar mukosa & sel


goblet mengalami Rasa gatal
hipersekresi & pd hidung &
permeabilitas kapiler , bersin-
terjadi rinore bersin.
PEMBAGIAN RINITIS
Rinitis alergi musiman (seasonal, hay
fever, polinosis)
Rinitis alergi sepanjang tahun
(parenial)
RINITIS ALERGI
MUSIMAN
Etiologi
Hanya ada di negara yang mempunyai 4
musim. Alergen penyebabnya spesifik,
yaitu tepungsari (pollen) dan spora
jamur.

Gejala klinik
gejala pada hidung dan mata (mata
merah, gatal, disertai lakrimasi).
Penyakit ini timbulnya periodik, sesuai
dengan musim, pada waktu terdapat
konsentrasi alergen terbanyak di udara.
Dapat mengenai semua golongan usia
dan biasanya mulai timbul pada anak-
anak dan dewasa muda.
Berat ringan gejala penyakit bervariasi
dari tahun ke tahun, tergantung pada
banyaknya alergen diudara.
Faktor herediter pada penyakit ini
sangat berperan.
RINITIS ALERGI
SEPANJANG TAHUN
Etiologi
Alegen inhalan alergen dalam rumah
(indoor) dan alergen di luar rumah (outdoor).
Alergen inhalan indoor kasur kapuk, tutup
tempat tidur, selimut, karpet, dapur,
tumpukan baju dan buku-buku, serta sofa.
Komponen alergennya terutama berasal dari
serpihan kulit dan feses tungau D.
Pteronyssinus, D. farinae dan Blomis
tropicalis, kecoa dan bulu binatang peliharaan
(kucing, anjing, burung).
Alergen inhalan outdoor polen dan jamur.
Gejala klinik
Serangan bersin berulang (pagi hari atau kontak
dengan sejumlah besar debu). Bersin dianggap
patologik, bila terjadinya > 5 kali setiap serangan,
terutama merupakan gejala pada RAFC dan kadang-
kadang pada RAFL sebagai akibat dilepaskannya
histamin.
Keluarnya ingus (rinore) encer dan banyak, hidung
tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-
kadang disertai dengan banyak air mata keluar
(lakrimasi).
Allergic shiner bayangan gelap di daerah bawah
mata yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat
obstruksi hidung (anak).
Gejala klinik
Allergic salute anak menggosok-
gosok hidung (karena gatal) dengan
punggung tangan.
Menggosok hidung ini lama kelamaan
akan mengakibatkan timbulnya garis
melintang di dorsumnasi bagian
sepertiga bawah allergic crease.
DIAGNOSIS RINITIS ALERGI
Anamnesis
Anamnesis sangat penting karena sering kali
serangan tidak terjadi dihadapan pemeriksa.
Hampir 50 % diagnosis dapat ditegakkan
dari anamnesis.

Pemeriksaan Rinoskopi Anterior


Mukosa edema, basah, berwarna pucat atau
livide disertai adanya sekret encer yang
banyak.
Hitung Leukosit Dalam Darah Tepi
Dapat normal atau meningkat.

Uji Kulit
Dengan uji kulit, alergen penyebab
dapat dicari secara invivo.
PENATALAKSANAAN RINITIS
ALERGI
Menghindari kontak dengan alergen
pennyebabnya (avoidance) dan
eliminasi
Simptomatis:
Medikamentosa antihistamin
Operatif konkotomi parsial (pemotongan
sebagian konka inferior), konkoplasti atau
multiple outfractured, inferior turbinoplasty
Imunoterapi & netralisasi Desensitasi
dan hiposensitisasi
KOMPLIKASI
Polip hidung
Beberapa peneliti mendapatkan, bahwa
alergi hidung merupakan salah satu
faktor penyebab terbentuknya polip
hidung dan kekambuhan polip hidung.
Otitis media yang residif, terutama pada anak-
anak
Faktor Risiko Otitis Media
Faktor risiko terhadap tuan rumah (host) diantaranya
usia, prematuritas, ras, alergi, abnormalitas
craniofasial, refluks gastroesophageal, adanya
adenoid, dan predisposisi genetik.
Faktor risiko karena lingkungan terdiri dari infeksi
saluran napas atas, level sosial ekonomi, perawatan
kesehatan harian, dan lain-lain.
Riwayat Infeksi Saluran Napas Atas.
Insiden meningkat pada saat musim gugur dan
musim dingin
Riwayat keluarga adanya penyakit pada telinga
tengah dapat meningkatkan insiden
Sinusitis paranasal.
Faktor predisposisi Sinusitis
Obstruksi mekanik, seperti deviasi septum,
hipertrofi konka media, benda asing di hidung,
polip serta tumor di dalam rongga hidung
merupakan faktor predisposisi terjadinya
sinusitis. Selain itu rinitis kronik serta rinitis
alergi juga menyebabkan obstruksi ostium
sinus serta menghasikan lendir yang banyak,
yang merupakan media untuk tumbuh bakteri.
Lingkungan berpolusi, udara dingin serta
kering, yang dapat mengakibatkan perubahn
pada mukosa serta kerusakan silia.
Kedua komplikasi yang terakhir
bukanlah sebagai akibat langsung
dari rinitis alergi, tetapi karena
adanya sumbatan hidung, sehingga
menghambat drainase.
REFERENSI
Irawati N, Kasakeyan E, Rusmono N. Alergi Hidung.
Dalam: Soeparti EA, Iskandar N, editor. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi Ke Lima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2003. h. 101-106.
Mangunkusumo E, Rifki N. Sinusitis. Dalam: Soeparti
EA, Iskandar N, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi Ke Lima.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003. h. 120.
Soetjipto D, Mangunkusumo E. Hidung. Dalam:
Soeparti EA, Iskandar N, editor. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher
Edisi Ke Lima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003. h.
88-90.
www.emedicine.com

You might also like