You are on page 1of 78

KULIAH KBK RINOLOGI

DIVISI RINOLOGI FK USU/RSUP HAM MEDAN

dr. Siti Nursiah, Sp.THT-KL


Benda Asing di Hidung
Umumnya pada anak

Sering asimptomatis

Bisa disertai rinolith

Etiologi Hidup larva lalat (myasis nasi), lintah/pacat

Mati manik, kapur barus, busa, setip,


kancing, biji-bijian, daun, dll
Gejala
Hidung tersumbat
Rinorea unilateral sekret kental, berbau
Kadang nyeri, demam, epitaksis, bersin
Diagnosa

Rinoskopi ant. Corpus alienum (+)

Pemeriksaan

Edema inflamasi mukosa hidung unilateral dan


ulserasi

Ekstraksi dgn : forcep hidung alligator


Instrumen bersudut
Terapi Corpus : bulat jangan dgn pinset!
Corpus : binatang hidup matikan dahulu
Minyak - parafin alkohol
Antibiotik (K/P)
Rinolith
Definisi

Suatu massa calcareous di hidung org. dewasa


akibat endapan garam kalsium atau magnesium dari
sekret hidung

Etiologi

Garam terbentuk tanpa asal atau sekitar corpus


hidung

Gejala

Sama dengan corpus hidung, dengan sekret hidung


dan hidung tersumbat
Rinolith
Diagnosa

Massa keras kecoklatan, bentuk mulberry

Terapi

Ekstraksi seperti corpus hidung, kalau besar

pecahkan dulu ekstraksi


RINOLITH
Kelainan Hidung Luar
VESTIBULITIS
Definisi Infeksi pada kulit vestibulum nasi

Staphylococcus aureus
Akibat iritasi sekret hidung
Etiologi Mis : rinitis sinusitis benda asing
trauma

Gejala Hiperemis indurasi fluktuasi

Terapi AB. Topikal AB. Oral (k/p)


analgetik
NASAL VESTIBULITIS
Kelainan Hidung Luar
FURUNKEL VESTIBULUM NASI
Infeksi akut kel. Sebaceus dan folikel
Definisi
rambut pada vestibulum nasi

Etiologi Staphylococcus aureus, streptococcus

Faktor Predisposisi Trauma berulang


DM
Usia tua

Gejala
& Nyeri & kemerahan pada hidung
Tanda Hiperemis indurasi udem fluktuasi
Kelainan Hidung Luar
A.B. Adekuat
Terapi Kompres hangat
Fluktuasi (+) insisi - drainase

Secara potensial berbahaya


Inf. dapat menyebar V. Fasialis
Komplikasi V. Oftalmika sinus kavernosus
thromboplebitis sinus kavernosus;
Hal ini terjadi karena V. Fasialis & V.
Oftalmika tidak punya katub
Penyakit Rongga Hidung / Cavum
Penyakit Rongga Hidung / Cavum Nasi
Nasi
Rhinitis

Akut Kronis

Common Cold
Non Alergi Alergi
Etiologi
Diketahui Bakteri,
- Etiologi Tidak
- Jamur Diketahui
- Imunodefisiensi
Infeksi - Sindrom silia immotil
- Cystic fibrosis
Kelainan - Kehamilan
Metabolik - Hipertiroid Sindrom Tidak Diketahui
Etiologinya
Peny. - Sarkoidosis
Granulomatosa - Wegner Rinitis Non Alergi
- Lupus Eosinofilia
Vaskulitis - Sjogrn
- NSAID Rinitis Atrofi (Ozaena)
Drug Induced - Nasal dekongestan
- Betabloker optalmik Rinitis Vasomotor
Neoplasma - Oral kontraseptif

Kelainan
Anatomi
RHINITIS

ALERGIC NON ALERGIC


RHINITIS RHINITIS

HORMONAL
SEASONAL RHINITIS
ALERGIC
RHINITIS
DRUG INDUCED
RHINITIS
PERENNIAL
ALERGIC IRITATIVE TOXIC
RHINITIS RHINITIS

IDIOPATHIC
Bailey, BJ, 2006 (VASOMOTOR)
RHINITIS
Rinitis Akut
Radang akut mukosa hidung :
Inf. virus atau bakteri

Sering ditemukan

Merupakan manifestasi dari :


Common cold
Influenza
Peny. Eksantem : morbili, variola, varisela, pertusis
Penyakit spesifik
Sekunder : iritasi lokal atau trauma
Rinitis Simpleks
Pilek, selesma, common cold, coryza

Sangat menular

Etiologi Virus sering : Rhinovirus

Faktor Predisposisi
Yang lain : Myxo V., V. Coxsackie & V. Echo
Iklim dan lingkungan, kelelahan dan stres
Imun sistem AIDS, obat-obat imunosupresif
Gejala akibat tidak adanya kekebalan atau menurunnya

daya tahan tubuh


Rinitis Simpleks
Gejala

1. Fase prodromal (beberapa jam)


Malaise, nyeri kepala, myalgia , hilang nafsu makan,
hidung gatal, bersin

2. Fase katarhalis
Hidung sumbat, sekret encer, demam, gang. penciuman

3. Fase mukosa
Mukosa hidung merah membengkak
Inf. Sek. Bakteri : sekret kental (mukopurulent)
Infeksi meluas ke faring, telinga tengah dan tonsil
Gejala berkurang setelah 5-10 hari
Rinitis Simpleks
ISTIRAHAT CUKUP
Terapi simptomatis (self-limited disease)
ANALGESIK ANTIPIRETIK (paracetamol)
Terapi
NASAL DEKONGESTAN ANTIHISTAMIN
(K/P) BILA ADA KOMPLIKASI
AB (infeksi bakteri sekunder)

Komplikasi

Otitis media akut


Otitis media sekretori
Sinusitis
Pneumonia
Laringitis
Rinitis Influenza
Etiologi Infeksi virus

Gejala

C.C, tetapi umumnya lebih berat demam, malaise, nyeri


otot

Terapi AB + simptomatik
Rinitis Eksantematous

Etiologi Infeksi virus

Terjadi sebelum tanda karakteristik atau skin rash muncul


Disertai infeksi sekunder
Rinitis Bakteri

Sulit dibedakan dari C.C.


Sekunder infeksi dari rinitis viral

Terapi AB oral + Simptomatis


Rinitis Iritan

Etiologi Debu, chemical fumes, asap tembakau

Gejala Sekret encer & bersin

Terapi Antihistamin
Rinitis Kronis
Radang kronis mukosa hidung

Biasanya : rinitis akut yang tidak sembuh

Lokal : obst. hidung o.k septum deviasi,


konka hipertropi, corpus alienum
Sekitar : adenoid tonsil sinus
Etiologi Umum : alergi - daya tahan perubahan

udara iritasi

Rinitis kronis rinitis hipertropi, rinitis sika & rinitis spesifik

Rinitis alergi, rinitis vasomotor dan rinitis medikamentosa


sering juga digolongkan ke dalam rinitis kronis
Rinitis Hipertrof
Hipertrofi perubahan mukosa hidung pada konka
inferior proses inflamasi kronis infeksi bakteri
primer atau sekunder

Konka inferior hipertrofi lanjutan dari rinitis alergi


dan vasomotor

Hidung tersumbat
Nyeri kepala
Gejala Gangguan tidur
Sekret banyak dan mukopurulen
Rinitis Hipertrof
Pemeriksaan

Konka hipertrofi terutama konka inferior,


permukaan berbenjol-benjol karena mukosa
hipertrofi akibatnya pasase udara dalam
rongga hidung menjadi sempit

Sekret : mukopurulen, banyak diantara konka


inferior, septum dan dasar rongga hidung
KONKA HIPERTROPI KONKA UDEM
KONKA : TIDAK RATA RATA
MUKOSA : PUCAT (SEDIKIT) HIPEREMIS
TES ADRENALIN : TIDAK BERUBAH MENGECIL
THE NOSE IS INFLAMMED, SWOLLEN AND COVERED IN PURULENT EXUDATE
Rinitis Sika (Sicca)
Mukosa hidung kering terutama septum (bag. depan)
dan konka inferior (ujung depan)
Krusta +/-

Rasa kurang nyaman


Sensasi kering di hidung
Rasa terbakar dan gatal di hidung
Gejala Epitaksis (kadang-kadang)
Sumbatan hidung
Krusta kering dan tipis
Penurunan penciuman
Rinitis Sika (Sicca)
Etiologi

Terutama pada orang tua


Bekerja pd lingk. berdebu, panas, kering
Penderita anemia
Peminum alkohol
Gizi buruk
Konsumsi obat-obatan (kokain)
Penggunaan alat bantu oksigen
Perubahan anatomi hidung luar dan dalam perubahan
sirkulasi udara normal
Operasi hidung dan sinus paranasal
Penyakit autoimun Sjogrens syndrome
Terapi OSA CPAP (Continuous Positive Airway Pressure)
Rinitis Sika (Sicca)
Terapi
KAUSAL : Hindari faktor pencetus lingk. tempat kerja
TETES HIDUNG : Dekongestan tidak dianjurkan
LOKAL :
Melembabkan dan me clearance mukosilier:
- Cuci Hidung
- Iodine merangsang sekresi mukus
- Bahan serbuk natrium bikarbonat, natrium biborat dan natrium
klorida + 1 sendok teh penuh dicampur dengan 0,25 liter air

hangat dan digunakan 2 3 x sehari membersihkan krusta


PENGOBATAN INFEKSI PENYERTA

Komplikasi
Pengangkatan krusta tidak hati-hati iritasi berulang +
perdarahan + ulserasi terus-menerus perforasi tulang rawan
septum
Rinitis Spesifk

RINITIS DIFTERI
RINITIS ATROFI
Infeksi spesifik RINITIS SIFILIS
RINITIS TBC
RINITIS JAMUR
Rinitis Difteri : Difteri Hidung

Etio : Corynebacterium diphteriae

Primer pada hidung atau sekunder dari tenggorok

Dapat akut atau kronik

Riwayat imunisasi yang tidak lengkap

Terutama pada anak-anak


Rinitis Difteri : Difteri Hidung
Gejala
Demam
Toksemia
Limfadenitis
Paralisis otot pernapasan (+/-)
Akut Ingus bercampur darah
pseudomembran yg mudah berdarah
Krusta coklat di nares anterior dan
rongga hidung
Kronik

Gejala lebih ringan


Mungkin sembuh sendiri dapat menular
Rinitis Difteri : Difteri Hidung

Diagnosa Kultur dari sekret hidung

ADS
Terapi Penicillin lokal dan IM
Isolasi kuman gram (-)
Rinitis Atrof (Ozaena)

Infeksi hidung kronik yang ditandai oleh


Definisi adanya atrofi progesif pada mukosa dan
tulang konka

Wanita >>, dewasa muda (pubertas),


Kekerapan
sanitasi lingkungan jelek, sosio ekonomi
rendah
Rinitis Atrof (Ozaena)
Etiologi PASTI ???

RINITIS ATROFI PRIMER

1. Teori infeksi Klebsiella ozaena (sering), haemmophilus


influenzae, Staphylococcus, Staphilococcus
2. Teori hormonal :
-. Pubertas, Wanita >>>
-. (+) estrogen Perbaikan
-. Bertambah buruk : menstruasi & kehamilan
3. Teori defisiensi Fe, vit. A dan D
4. Faktor pertumbuhan Berkurangnya diameter anteropsterior
hidung dan buruknya pneumatisasi antrum maksila
5. Faktor herediter Barton & Sibert :RA diturunkan dominan
autosom pada keluarga
6. Faktor lingkungan Mickiewicz : RA terjadi akibat terpapar
phosphorite dan apatide
Rinitis Atrof (Ozaena)
RINITIS ATROFI SEKUNDER

O.K. infeksi hidung kronik sinusitis kronik


Penyebab lain kerusakan jaringan yg luas o.k.
operasi bedah sinus, trauma, efek samping radiasi
Operasi bedah sinus penyebab 90%
Prosedur operasi lain yang diketahui berpengaruh
turbinektomi parsial dan total (80%), operasi sinus
tanpa turbinektomi (10%) dan maksilektomi (6%)
Penyakit granulomatosa sarkoidosis, lepra,
rhinoskleroma
Penyebab infeksi tuberkulosis dan sifilis
Rinitis Atrof (Ozaena)
Histopatologi

Metaplasia epitel torak bersilia epitel kubik atau gepeng


berlapis
Silia hilang, lapisan submukosa tipis
Di bawah epitel jaringan fibrosis padat
Kelenjar berdegenerasi/atrofi
Rinitis Atrof (Ozaena)
Histopatologi

Metaplasia epitel torak bersilia epitel kubik atau gepeng


berlapis
Silia hilang, lapisan submukosa tipis
Di bawah epitel jaringan fibrosis padat
Kelenjar berdegenerasi/atrofi
Rinitis Atrof (Ozaena)
Nafas berbau
Gejala & Ingus kental & krusta berwarna hijau
Tanda Gangguan penghidu
Klinis Sakit kepala
Hidung tersumbat

Rongga hidung lapang


Pemeriksaan Konka inferior dan media hipotrofi
Hidung atau atrofi
Sekret purulen dan krusta hijau

Membantu penegakan diagnosa


Pemeriksaan histopatologi biopsi
penunjang Mikrobiologi dan uji resistensi kuman
CT Scan sinus paranasal
Rinitis Atrof (Ozaena)
Terapi

Belum baku etiologi belum pasti & bersifat multifaktorial


Kausal dan menghilangkan gejala

A. Konservatif

Cuci hidung menghilangkan bau busuk, membersihkan krusta


& sekret campuran natrium bikarbonat, natrium biborat, atau
natrium klorida + air hangat, 2 kali sehari
Pemberian antibiotik oral kultur dan uji sensitifitas
Qizilbash & Daif (1992) Rifampisin 600 mg 1x sehari 12 mggu
Obat tetes hidung setelah pengangkatan krusta Gentamisin 80
mg dalam 1 liter NaCl fisiologis, Glukosa 25% dalam gliserin,
Kemicetine anti ozaena solution, Streptomycin 1 gr dalam NaCl
fisiologis, tetes hidung paraffin, Oestradiol dalam minyak arachis
Rinitis Atrof (Ozaena)
A. Konservatif
Sinha, Sardana & Rjvanski :
Ekstrak plasenta sistemik 80% perbaikan
Injeksi ekstrak plasenta submukosa intranasal 93,3% perbaikan
Membantu regenerasi epitel & jar. kelenjar

Suplemen vit. A dosis 3 x 50.000 IU selama 2 minggu + preparat


Fe (sulfas ferosus)

B. Operatif
Dilakukan jika terapi konservatif (-) kemajuan
Tujuan :
Menyempitkan rongga hidung yang lapang
Regenerasi mukosa hidung
Mengurangi pengeringan dan pembentukan krusta
Mengistirahatkan mukosa
Meningkatkan vaskularisasi kavum nasi
Rinitis Atrof (Ozaena)
B. Operatif

Teknik-teknik :
1. Youngs operation Austen Young (1967)
Penutupan sebagian atau total salah satu rongga hidung dengan
flap dan menjahit salah satu hidung bergantian masing-masing
Tujuan mencegah efek kekeringan, mengurangi krusta dan
membuat mukosa dibawahnya tumbuh kembali, vasodilatasi
pada lubang yg ditutup
2. Modified Youngs operation El Kholy Prinsip : penutupan
lubang hidung dengan meninggalkan 3 mm yg terbuka
3. Launtenschlager operation mobilisasi dinding medial antrum
dan bagian dari etmoid lalu dipindahkan ke lubang hidung
4. Implantasi submukosa tulang rawan, tulang, dermofit, bahan
sintetis : Teflon, campuran triosit, plastipore dan fibrin glue
5. Wittmacks operation transplantasi duktus parotis ke dalam
sinus maksilaris membasahi mukosa hidung
Modified Youngs Operation
Launtenschlager operation

Implantasi Submukosa
Rinitis Tuberkulosa
Infeksi tuberkulosa ekstra pulmoner

TB pada hidung bentuk noduler atau ulkus,


T.U. tulang rawan septum perforasi

Gejala & pemeriksaan klinis

Sekret mukopurulen dan krusta


Hidung tersumbat

BTA (+) pada sekret hidung

Histopatologi Sel datia Langerhans & limfositosis

Pengobatan Anti TB + cuci hidung


Rinitis Jamur
Invasif & non invasif

Non Invasif

Rinolith dgn inflamasi mukosa yg lebih berat


Fungus ball
Dekstruksi kartilago dan tulang (-)

Invasif

Hifa jamur pada lamina propria invasi jamur


submukosa perforasi septum / hidung pelana

Etiologi

Berdasarkan histopatologi, sediaan langsung


atau kultur jamur : aspergillus, candida,
histoplasma, fussarium dan mucor
Rinitis Jamur
Pemeriksaan

Sekret mukopurulen
Ulkus atau perforasi septum
Jaringan nekrotik berwarna kehitaman (black eschar)

Terapi

NON INVASIF
- Mengangkat seluruh bola jamur
- Obat jamur sistemik maupun topikal tidak diperlukan
INVASIF
Mengeradikasi agen penyebabnya antijamur oral dan topikal
Pengolesan Gentian violet
Debridement seluruh jar. nekrotik, bila nekrotik luas
rekonstruksi
Cuci hidung secara rutin mengangkat krusta
AVIAN INFLUENZA
Manifestasi Klinis

Human Avian Influenza A


Influenza (H5N1)
Kelompok Mengenai semua usia Mengenai anak-
usia anak dan dewasa
>>> anak usia <5 thn
muda
Komplikasi >>>
penderita usia >65 thn & >>> penderita
penderita peny. kronis usia <40 thn

Masa Mean : 2 hari Mean : 2 5 hari


inkubasi Range : 1 4 days Range : 7 hari
Tipe Infeksi Saluran pernafasan bawah

Demam, batuk, nyeri kepala, nafas


Gejala
pendek, sulit bernafas, kadang diare

Indikasi Rawat

Pneumonia
Hipoksia Pemberian O2
Gagal nafas Intubasi + mesin ventilasi
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Pemeriksaan
Lab

Menurunnya jumlah leukosit darah (leukopenia)


Menurun secara ringan sedang jumlah trombosit
darah
Meningkatnya aminotransferase (enzim hati)
Paparan Virus Avian Influenza
(H5N1)

Cairan/ lendir dari lubang hidung, mulut, mata


(konjungtiva), dan lubang anus (tinja) unggas yg
sakit ke lingkungan
Kontak langsung
Tidak langsung pakan, air minum, pekerja
kandang, peralatan peternakan, rak telur,
keranjang ayam dan alat transportasi yg tercemar
Unggas air reservoir virus H5N1 pada saluran
cerna dan dilepaskan melalui kotoran
Kebiasaan unik daerah yg berhubungan dgn paparan H5N1

Kegiatan sambung ayam


Bermain-main dengan ayam mati
Makanan yang berasal dari darah unggas

Spesimen yg dapat diperiksa untuk mendeteksi virus H5N1

Lower Respiratory Tract Lebih dianjurkan


- Broncheoalveolar lavage fluid
- Aspirasi Endotracheal
- Cairan Pleural
- Sputum

Upper Respiratory Tract


- Oropharyngeal swab
- Nasal Swab
Gambaran Radiologis Thoraks penderita Avian
Influenza A (H5N1)

Hari
Hari ke-5
ke 5 Hari ke
Hari ke-7
7 Harike
Hari ke-10
10

Tran Tinh Hien, Nguyen Thanh Liem, Nguyen Thi Dung, et al. New England
Journal of Medicine. 18 March, 2004. vol. 350 no. 12. pp 1179-1188.
Terapi Obat antiviral + Simptomatis

Neuraminidase Inhibitors

Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir (Relenza )


Harus diberikan sesegera mungkin
Efektif digunakan sbg terapi maupun pencegahan
Pengobatan Amantadine and Rimantadine
lain Beberapa virus H5N1 resisten

Kortikosteroid
- Tidak dianjurkan
- Hanya memperburuk sepsis dgn
insufisiensi adrenal
ATRESIA KOANA
Anomali kongenital dari dasar
tengkorak bagian anterior yang
Definisi ditandai dengan penyempitan
atau penutupan terhadap satu
atau dua rongga hidung posterior

Etiologi

Tidak diketahui diduga karena persistensi membran


nasobuccal, membran buccopharngeal, atau kesalahan
migrasi ke lapisan mesodermdan keterlibatan kromosom
22q11.2 jaringan tipis pemisah ruang hidung dan
mulut selama masa pembentukan janin tetap ada setelah
lahir
Embriogenesis (3-4 minggu)

Nasal placode invaginasi membentuk lubang hidung


membesar dan migrasi ke lapisan mesoderm
membentuk kantong hidung

Rongga hidung meluas ke arah posterior akibat pengaruh


fusi secara langsung dari prosesus palatum ke arah
posterior

Lantai antara hidung dan rongga bukal menipis


membentuk membran nasobuccal memisahkan rongga
hidung posterior dari rongga mulut

6 minggu 2 lapisan membran yang terdiri dari epitel


hidung dan mulut menjadi ruptur membentuk koana
(nares posterior) GAGAL atresia koana
1:5000 - 1:8000 kelahiran
Epidemiologi
Bayi >>> Bayi (2 : 1)

Klasifikasi

Berdasarkan derajatnya :
1. Unilateral 65-75%
2. Bilateral 50%
Berhubungan dengan anomali kongenital lainnya
CHARGE (Coloboma, Heart defects, choanal Atresia,
Retarded growth, Genitourinary abnormalities, and Ear
anomalies)

Berdasarkan tipenya :
1. Tipe tulang (bony) 90%
2. Tipe membran (membranous) 10%
3. Campuran (mixed)
Gambaran
Klinis

Bilateral

Sumbatan hidung secara komplit :


- Sianosis siklik keluhan teratasi dengan menangis
- Gawat nafas
- Membutuhkan intubasi segera
Rentan meninggal akibat asfiksia bayi baru lahir sangat
bergantung pada pernafasan hidung setelah usia 4 6
minggu baru dapat melakukan pernafasan melalui mulut
Tidak dapat mengasup makanan dan bernafas sekaligus
secara bersamaan
Tidak dapat menembus kateter ke dalam masing-masing
lubang hidung hingga ke tenggorokan
Gambaran
Klinis

Unilateral

Sumbatan hidung secara inkomplit dan persisten pada satu


sisi hidung
Tidak terdiagnosa sampai munculnya gejala keluarnya
cairan dari hidung secara persisten pada satu sisi hidung
Tes sederhana memberikan sumbatan eksternal pada
sisi hidung berlawan tidak adanya pergerakan udara
curiga adanya sumbatan komplit
Diagnosa

Memasukkan kateter melalui masing-masing lubang hidung


hingga ke dalam tenggorokan
Memperhatikan ada tidaknya kondensasi pada cermin
yang diletakkan di depan lubang hidung
Meletakkan gumpalan kapas di depan lubang hidung
perhatikan ada tidaknya pergerakan udara
Memasukkan cairan methylene blue ke dalam lubang
hidung perhatikan ada tidaknya cairan tsb mengalir ke
dalam faring
Penggunaan nasoendoskopi paling akurat
CT scan dengan potongan axial 3 mm
tampak komposisi tulang dan membran serta penebalan
Penatalaksanaan

Penggunaan alat bantu nafas diperlukan


Diperlukan langkah pengamanan jalan nafas pada bayi
dengan atresia koana bilateral disertai gagal nafas
penggunaan McGovern nipple dan intubasi orotracheal
Airway bypass dengan trakeostomi jarang diperlukan
Atresia koana bilateral dengan gagal nafas repair
biasanya dilakukan segera setelah kondisi umum bayi
memungkinkan
Atresia koana unilateral penatalaksanaan biasanya
setelah bayi beranjak usia anak-anak
Pendekatan Operatif

Transnasal
Transpalatal
Transseptal
Transnasal/transseptal

Cedin AC, Fujita R, Cruz OL: Endoscopic transeptal surgery for choanal atresia
with a stentless folded-over-flap technique. Otolaryngol Head Neck Surg 2006
Nov; 135(5): 693-8
Endoscopic transnasal repair dilakukan dengan U-shaped
stent yang terbuat dari endotracheal tube stent ditaruh
selama 6 minggu lalu dilepas
Setelah proses pelepasan, mitomycin C topikal (0.4 mg/ml)
segera dioleskan pada koana selama 2 menit
Penggunaan mitomycin C topikal dapat mengurangi angka
kebutuhan dilakukannya dilatasi post-op dan mengurangi
resiko penutupan berulang
Penderita biasanya memiliki prognosis yang baik butuh
evaluasi berulang guna mempertahankan patensi jalan nafas
Transpalatal approach
Terima Kasih

You might also like