Professional Documents
Culture Documents
Sering asimptomatis
Pemeriksaan
Etiologi
Gejala
Terapi
Staphylococcus aureus
Akibat iritasi sekret hidung
Etiologi Mis : rinitis sinusitis benda asing
trauma
Gejala
& Nyeri & kemerahan pada hidung
Tanda Hiperemis indurasi udem fluktuasi
Kelainan Hidung Luar
A.B. Adekuat
Terapi Kompres hangat
Fluktuasi (+) insisi - drainase
Akut Kronis
Common Cold
Non Alergi Alergi
Etiologi
Diketahui Bakteri,
- Etiologi Tidak
- Jamur Diketahui
- Imunodefisiensi
Infeksi - Sindrom silia immotil
- Cystic fibrosis
Kelainan - Kehamilan
Metabolik - Hipertiroid Sindrom Tidak Diketahui
Etiologinya
Peny. - Sarkoidosis
Granulomatosa - Wegner Rinitis Non Alergi
- Lupus Eosinofilia
Vaskulitis - Sjogrn
- NSAID Rinitis Atrofi (Ozaena)
Drug Induced - Nasal dekongestan
- Betabloker optalmik Rinitis Vasomotor
Neoplasma - Oral kontraseptif
Kelainan
Anatomi
RHINITIS
HORMONAL
SEASONAL RHINITIS
ALERGIC
RHINITIS
DRUG INDUCED
RHINITIS
PERENNIAL
ALERGIC IRITATIVE TOXIC
RHINITIS RHINITIS
IDIOPATHIC
Bailey, BJ, 2006 (VASOMOTOR)
RHINITIS
Rinitis Akut
Radang akut mukosa hidung :
Inf. virus atau bakteri
Sering ditemukan
Sangat menular
Faktor Predisposisi
Yang lain : Myxo V., V. Coxsackie & V. Echo
Iklim dan lingkungan, kelelahan dan stres
Imun sistem AIDS, obat-obat imunosupresif
Gejala akibat tidak adanya kekebalan atau menurunnya
2. Fase katarhalis
Hidung sumbat, sekret encer, demam, gang. penciuman
3. Fase mukosa
Mukosa hidung merah membengkak
Inf. Sek. Bakteri : sekret kental (mukopurulent)
Infeksi meluas ke faring, telinga tengah dan tonsil
Gejala berkurang setelah 5-10 hari
Rinitis Simpleks
ISTIRAHAT CUKUP
Terapi simptomatis (self-limited disease)
ANALGESIK ANTIPIRETIK (paracetamol)
Terapi
NASAL DEKONGESTAN ANTIHISTAMIN
(K/P) BILA ADA KOMPLIKASI
AB (infeksi bakteri sekunder)
Komplikasi
Gejala
Terapi AB + simptomatik
Rinitis Eksantematous
Terapi Antihistamin
Rinitis Kronis
Radang kronis mukosa hidung
udara iritasi
Hidung tersumbat
Nyeri kepala
Gejala Gangguan tidur
Sekret banyak dan mukopurulen
Rinitis Hipertrof
Pemeriksaan
Komplikasi
Pengangkatan krusta tidak hati-hati iritasi berulang +
perdarahan + ulserasi terus-menerus perforasi tulang rawan
septum
Rinitis Spesifk
RINITIS DIFTERI
RINITIS ATROFI
Infeksi spesifik RINITIS SIFILIS
RINITIS TBC
RINITIS JAMUR
Rinitis Difteri : Difteri Hidung
ADS
Terapi Penicillin lokal dan IM
Isolasi kuman gram (-)
Rinitis Atrof (Ozaena)
A. Konservatif
B. Operatif
Dilakukan jika terapi konservatif (-) kemajuan
Tujuan :
Menyempitkan rongga hidung yang lapang
Regenerasi mukosa hidung
Mengurangi pengeringan dan pembentukan krusta
Mengistirahatkan mukosa
Meningkatkan vaskularisasi kavum nasi
Rinitis Atrof (Ozaena)
B. Operatif
Teknik-teknik :
1. Youngs operation Austen Young (1967)
Penutupan sebagian atau total salah satu rongga hidung dengan
flap dan menjahit salah satu hidung bergantian masing-masing
Tujuan mencegah efek kekeringan, mengurangi krusta dan
membuat mukosa dibawahnya tumbuh kembali, vasodilatasi
pada lubang yg ditutup
2. Modified Youngs operation El Kholy Prinsip : penutupan
lubang hidung dengan meninggalkan 3 mm yg terbuka
3. Launtenschlager operation mobilisasi dinding medial antrum
dan bagian dari etmoid lalu dipindahkan ke lubang hidung
4. Implantasi submukosa tulang rawan, tulang, dermofit, bahan
sintetis : Teflon, campuran triosit, plastipore dan fibrin glue
5. Wittmacks operation transplantasi duktus parotis ke dalam
sinus maksilaris membasahi mukosa hidung
Modified Youngs Operation
Launtenschlager operation
Implantasi Submukosa
Rinitis Tuberkulosa
Infeksi tuberkulosa ekstra pulmoner
Non Invasif
Invasif
Etiologi
Sekret mukopurulen
Ulkus atau perforasi septum
Jaringan nekrotik berwarna kehitaman (black eschar)
Terapi
NON INVASIF
- Mengangkat seluruh bola jamur
- Obat jamur sistemik maupun topikal tidak diperlukan
INVASIF
Mengeradikasi agen penyebabnya antijamur oral dan topikal
Pengolesan Gentian violet
Debridement seluruh jar. nekrotik, bila nekrotik luas
rekonstruksi
Cuci hidung secara rutin mengangkat krusta
AVIAN INFLUENZA
Manifestasi Klinis
Indikasi Rawat
Pneumonia
Hipoksia Pemberian O2
Gagal nafas Intubasi + mesin ventilasi
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Pemeriksaan
Lab
Hari
Hari ke-5
ke 5 Hari ke
Hari ke-7
7 Harike
Hari ke-10
10
Tran Tinh Hien, Nguyen Thanh Liem, Nguyen Thi Dung, et al. New England
Journal of Medicine. 18 March, 2004. vol. 350 no. 12. pp 1179-1188.
Terapi Obat antiviral + Simptomatis
Neuraminidase Inhibitors
Kortikosteroid
- Tidak dianjurkan
- Hanya memperburuk sepsis dgn
insufisiensi adrenal
ATRESIA KOANA
Anomali kongenital dari dasar
tengkorak bagian anterior yang
Definisi ditandai dengan penyempitan
atau penutupan terhadap satu
atau dua rongga hidung posterior
Etiologi
Klasifikasi
Berdasarkan derajatnya :
1. Unilateral 65-75%
2. Bilateral 50%
Berhubungan dengan anomali kongenital lainnya
CHARGE (Coloboma, Heart defects, choanal Atresia,
Retarded growth, Genitourinary abnormalities, and Ear
anomalies)
Berdasarkan tipenya :
1. Tipe tulang (bony) 90%
2. Tipe membran (membranous) 10%
3. Campuran (mixed)
Gambaran
Klinis
Bilateral
Unilateral
Transnasal
Transpalatal
Transseptal
Transnasal/transseptal
Cedin AC, Fujita R, Cruz OL: Endoscopic transeptal surgery for choanal atresia
with a stentless folded-over-flap technique. Otolaryngol Head Neck Surg 2006
Nov; 135(5): 693-8
Endoscopic transnasal repair dilakukan dengan U-shaped
stent yang terbuat dari endotracheal tube stent ditaruh
selama 6 minggu lalu dilepas
Setelah proses pelepasan, mitomycin C topikal (0.4 mg/ml)
segera dioleskan pada koana selama 2 menit
Penggunaan mitomycin C topikal dapat mengurangi angka
kebutuhan dilakukannya dilatasi post-op dan mengurangi
resiko penutupan berulang
Penderita biasanya memiliki prognosis yang baik butuh
evaluasi berulang guna mempertahankan patensi jalan nafas
Transpalatal approach
Terima Kasih