You are on page 1of 32

Asuhan Keperawatan Klien

dengan Ruptur Uteri &


Haemorragic Post Partum
(HPP)
Oleh :
Kelompok 5 Kelas A1
Kelompok 5
Rofita Wahyu A. 131411131028
Retno Dwi Susanti 131411131058
Senja Putrisia Fajar E. 131411131082
Elyta Zuliyanti 131411131085
Niken Ariska Prawesti 131411133002
Prasetya Wahyuni 131411133032
Maratul Hasanah 131411133035
RUPTUR
UTERI
DEFINISI RUPTUR UTERI
Pecahnya dinding
rahim sehingga
sebagian besar
janin telah
terlempar ke dalam
ruangan abdomen
bersama dengan
plasentanya.
KLASIFIKASI
1. Menurut Waktu
Terjadinya
A. Ruptur Uteri Gravidarum
B. Ruptur Uteri Durante 3. Menurut Lokasinya
A. Korpus Uteri
Partum B. Segmen bawah rahim (SBR)
C. Serviks uteri
2. Menurut Robeknya D. Kolpoporeksis Kolporeksis

Uterus
A. Ruptur uteri Kompleta
B. Ruptur Uteri Inkompleta
ETIOLOGI
1. Ruptur Uteri Spontan
Rupture uteri spontan pada
uterus normal dapat terjadi
karena beberapa penyebab yang 3. Ruptur Uteri Jaringan Parut
menyebabkan persalinan tidak karena adanya locus minoris pada dinding uterus sebagai akibat
adanya jaringan parut bekas operasi pada uterus sebelumnya,
maju enukleasi mioma atau miomektomi, histeretomi, histerotomi,
histerorafi dan lain lain
2. Ruptur Uteri Traumatika
Factor utama pada uterus
meliputi kecelakaan dan
tindakan
PATOFISIOLOGI

Saat his korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi. Dengan demikian,
dinding korpus uteri atau segmen atas rahim menjadi lebih tebal dan volume
korpusuteri menjadi lebih kecil. Akibatnya tubuh janin yang menempati korpus
uteri terdorong ke dalam segmen bawah rahim. Segmen bawah rahim menjadi
lebih lebar dan karenanya dindingnya menjadi lebih tipis karena tertarik keatas
oleh kontraksi segmen atas rahim yang kuat, berulang dan sering sehingga
lingkaran retraksi yang membatasi kedua segmen semakin bertambah tinggi.
Apabila bagian terbawah janin tidak dapat turun
oleh karena suatu sebab (misalnya: panggul sempit
atau kepala besar) maka volume korpus yang

PATOFISIOLOGI bertambah mengecil pada waktu ada his harus


diimbangi perluasan segmen bawa rahim ke atas.
Dengan demikian lingkaran retraksi fisiologis
semakin meninggi kearah pusat melewati batas
fisiologis menjadi patologis yang disebut lingkaran
bandl (ring vanbandl) Ini terjadi karena, rahim
tertarik terus menerus kearah proksimal tetapi
tertahan dibagian distalnya oleh serviks yang
dipegang ditempatnya oleh ligamentum-ligamentum
pada sisi belakang (ligamentum sakrouterina), pada
sisi kanan dan kiri (ligamentum cardinal) dan pada
sisi dasar kandung kemih (ligamentum
vesikouterina).
Jika his berlangsung terus menerus kuat, tetapi
bagian terbawah janin tidakkunjung turun lebih ke
bawah, maka lingkaran retraksi semakin lama
semakin tinggi dan segmen bawah rahim semakin
tertarik ke atas dan dindingnya menjadi sangat
tipis. Ini menandakan telah terjadi rupture uteri
iminens dan rahim terancam robek. Pada saat
dinding segmen bawah rahim robek spontan dan his
berikutnya dating,terjadilah perdarahan yang
FAKTOR RESIKO
Persalinan yang mengalami distosia, grande multipara,
penggunaan oksitosinatau prostaglandin untuk
mempercepat persalina.
Pasien hamil yang pernah melahirkan sebelumnya melalui
bedah seksiosesarea atau operasi lain pada rahimnya.
Pernah histerorafi
Pelaksanaan trial of laborterutama pada pasien bekas
seksio sesarea, dan sebagainya
MANIFESTASI KLINIS
Biasanya rupture uteri didahului oleh gejala-gejala rupture membakat,
yaitu his yang kuat dan terus menerus, rasa nyeri yang hebat di perut
bagian bawah nyeri waktu ditekan, gelisah atau seperti ketakutan,
nadi dan pernafasan cepat, cincin van bandl meninggi.
Setelah terjadi ruptutr uteri dijumpai gejala-gejala syok, perdarahan
(bisa keluar melalui vagina ataupun kedalam rongga perut).
Jika kajadian rupture uteri telah lama terjadi, akan timbul gejala-
gejala meteorismus dan defence muscular sehingga sulit untuk dapat
meraba bagian janin.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tes Laboratorium
A. Laparoscopy
B. Pemeriksaan Laboratorium
C. Tes Prenatal
D. Faal Koagulasi
E. Active Partial Thromboplastin time (APTT) dan PPT
F. Bleeding Time
PENATALAKSANAAN
1. Histerektomi
Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim
dan uterus) pada seorang wanita, sehingga setelah menjalani
operasi ini dia tidakbisa lagi hamil dan mempunyai anak.
2. Histerorafi
Histerorafi adalah tindakan operatif dengan mengeksidir luka
dan dijahit dengan sebaik-baiknya.
3. Pengobatan Anti Syok
PENCEGAHAN
Strategi pencegahan kejadian ruptura uteri langsung adalah dengan
memperkecil jumlah pasien dengan resiko ; kriteria pasien dengan resiko
tinggi ruptura uteri adalah:
1. Persalinan dengan SC lebih dari satu kali
2. Riwayat SC classic ( midline uterine incision )
3. Riwayat SC dengan jenis low vertical incision
4. LSCS dengan jahitan uterus satu lapis
5. SC dilakukan kurang dari 2 tahun
6. LSCS pada uterus dengan kelainan kongenital
7. Riwayat SC tanpa riwayat persalinan spontan per vaginam
8. Induksi atau akselerasi persalinan pada pasien dengan riwayat SC
9. Riwayat SC dengan janin makrosomia
10. Riwayat miomektomi per laparoskop atau laparotomi
KOMPLIKASI
Syok Hipovolemik
Kematian maternal dan janin dalam rahim
Kematian ibu akibat perdarahan
PROGNOSIS
Rupture uteri merupakan hal yang membahayakan untuk ibu dan janin
oleh karena itu tindakan pencegahan sangat penting dilakukan . Setiap
ibu bersalin yang mengalami distosia, kelainan letak janin atau pernah
mengalami tindakan operatig pada uterus seperti seksio sesaria,
miomektomi harus diawasi dengan cermat. Bergantung pada apakah
ruptur uteri pada uterus yang masih utuh atau pada bekas seksio sesarea
atau suatu dehisens. Bila terjadi pada bekas seksio sesarea atau pada
dehisens perdarahan yang terjadi minimal sehingga tidak sampai
menimbulkan kematian maternal dan kematian perinatal. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah kecepatan pasien menerima tindakan bantuan
yang tepat dan cekatan.
WOC
HAEMORRAGI
C
POST PATRUM
DEFINISI HPP

Perdarahan post partum adalah perdarahan dari saluran genital


yang lebih dari 500 cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam
atau lebih dari 1000 mL setelah persalinan abdominal / secara
seksio sesaria
ETIOLOGI
faktor-faktor yang menyebabkan hemorrhage post partum :
1. Atonia uteri
2. Retensio plasenta
3. Trauma
4. Sisa plasenta
5. Kelainan pembekuan darah
MANIFESTASI KLINIS
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah
dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat,
lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan
dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, mual.
PATOFISIOLOGI
Perdarahan berasal dari tempat plasenta, bila tonus uterus tidak ada, kontraksi
uterus lemah, maka anteri-arteri spiral yang seharusnya tertutup akibat
kontraksi uterus tetap terbuka. Darah akan terus mengalir melalui bekas
melekatnya plasenta ke cavum uteri dan seterusnya keluar pervaginam (El-
Refaey, 2003). .
Setelah kelahiran anak, otot-otot rahim terus berkontraksi dan plasenta mulai
memisahkan diri dari dinding rahim selama jangka waktu tersebut. Jumlah
darah yang hilang tergantung pada berapa cepat hal ini terjadi. Biasanya,
persalinan kala III berlangsung selama 5-15 menit. Bila lewat dari 30 menit,
maka persalinan kala III dianggap lama (DepKes RI, 2004). Perdarahan
postpartum bisa terjadi karena kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta atau karena plasenta melekat terlalu erat pada dinding uterus
(Hakimi, 2010).
PATOFISIOLOGI
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah -
pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehinga
pedarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan terakhir seperti epiostomi
yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan
perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu;
misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada kurangnya
fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan
penyabab dari perdarahan dari postpartum. Perdarahan yang sulit
dihentikan bisa mendorong pada keadaan syok hemoragik.
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko utama yang mempengaruhi perdarahan post
partum :
1. Usia
2. Gravida
3. Paritas
4. jarak antara kelahiran
5. antenatal care
6. kadar hemoglobin
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan fisik
Pucat, dapat disertai tanda tanda syok, tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat, kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah keluar melalui
vagina terus menerus
2. Pemeriksaan obsetri
Mengkin kontraksi usus lembek, uterus membesar bila ada atonia uteri.
Bila kontraksi uterus baik, perdarahan mungkin karena luka jalan lahir.
3. Pemeriksaan ginekologi
Dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki, dapat diketahui
kontraksi uterus, luka jalan lahir dan retensi sisa plasenta
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan USG
2. Jumlah darah lengkap
3. Kultur uterus dan vagina
4. Urinalisis
5. Profil koagulasi
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan umum
a. Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal
b. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih
dan aman
c. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
d. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila
dihadapkan dengan masalah dan komplikasi
e. Atasi syok jika terjadi syok
f. Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah.
PENATALAKSANAAN
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Atonia Uteri
b. Retensio plasenta
c. Sisa plasenta
d. Perdarahan akibat trauma jalan lahir
e. Perdarahan karena gangguan pembekuan darah
KOMPLIKASI
1. Syok hipovolemik
2. Mudah terjadi komplikasi infeksi terutama akibat
perdarahan yang berasal dari trauma jalan lahir
3. Sindroma Sheehan
PROGNOSIS
Prognosis perdarahan postpartum biasanya baik jika
pengobatan tepat diberikan kepada klien. Prognosis juga
tergantung pada penyebab perdarahan postpartum, durasi
perdarahan, jumlah kehilangan darah kondisi komorbid
klien dan efektivitas pengobatan. Jika penanganan yang
tepat lambat diberikan, komplikasi dapat timbul. Apabila
terlalu banyak perdarahan yang terjadi mungkin berakibat
fatal bagi klien.
WOC
ASUHAN
KEPERAWATAN
TERIMA
KASIH

You might also like