You are on page 1of 25

Konsep Keselamatan

Kesehatan Kerja,
Ergonomi, dan Faal Kerja
DISUSUN OLEH :

Neri Andriani 131411131040


Rahendra Wahyu A 131411131046
Kiki Ayu Kusuma 131411131070
Syarif Hidayatullah 131411131088
Pratama Soldy I 131411131091
Ridha Cahya Prakhasita 131411131100
Nuzulia Azizi Islamia 131411133005
Definisi Keselamatan Kesehatan
Kerja
Menurut Edwin B. Flippo (1995), adalah pendekatan yang menentukan
standar yang menyeluruh dan bersifat (spesifik), penentuan kebijakan
pemerintah atas praktik-praktik perusahaan di tempat-tempat kerja dan
pelaksanaan melalui surat panggilan, denda dan hukuman-hukuman lain.

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993


keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang
ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja
/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap
sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
Tujuan Penerapan Keperawatan Kesehatan
Kerja
Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut
(Rachman, 1990):
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat
2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancer tanpa adanya
hambatan
Prinsip Dasar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja

Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas,


beban, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di
sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-
Undang Kesehatan Tahun 1992). Konsep dasar dari upaya kesehatan
kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan
dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja
adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari pekerja itu sendiri.
Ruang Lingkup Kerja
1. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di
dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat
kerja dan usaha yang dikerjakan.
2. Aspek perlindungan dalam K3
3. Penerapan K3 dilaksanakan secara kholistik sejak perencanaan hingga
pengelolaan hasil dari kegiatan industri barang ataupun jasa.
4. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut
bertanggungjawab atas keberhasilan usaha K3.
Indikator-indikator dalam Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Budiono dkk (2003) mengemukakan indikator Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), meliputi:
1. Faktor manusia/pribadi (personal factor) Faktor manusia disini
meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik, mental dan
psikologi, kurangnya pengetahuan dan keterampilan/keahlian,
dan stress serta motivasi yang tidak cukup.
2. Faktor kerja/lingkungan meliputi, tidak cukup kepemimpinan
dan pengawasan, rekayasa, pembelian/pengadaan barang,
perawatan, standar-standar kerja dan penyalahgunaan.
Kapasitas, Beban, dan Kondisi
Lingkungan Kerja
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang
baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seseorang pekerja
dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan
pekerja sebagai (modal) awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus
pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat
dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dan lain-lain.
Beban kerja meliputi kerja fisik maupun mental. Beban kerja yang terlalu
berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang
pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia, dan
lain-lain) dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban
tambahan tersebut secara sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan
gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kecelakaan dan Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: 03/MEN/1998
tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang
dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga semua yang dapay menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda.

Penyebab kecelakaan kerja


Secara umum, dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah
penyebab dasar (basic causes) dan penyebab langsung (immediate
causes).
Penyakit Akibat Kerja

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: PER-


01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
bahwa yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja (PAK) adalah
setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan
kerja. Beberapa ciri penyakit akibat kerja adalah dipengaruhi oleh
populasi pekerja; disebabkan oleh penyebab yang spesifik;
ditentukan oleh pemajanan di tempat kerja;ada atau tidaknya
kompensasi. Contohnya adalah keracunan timbel (Pb), asbestosis,
dan silicosis (B.Sugeng, 2003).
Penerapan Konsep Lima Tingkatan Pencegahan
Penyakit Pada Penyakit Akibat Kerja

Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five
level of prevention diseases) pada penyakit akibat kerja:
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Perlindungan khusus (specific protection)
3. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan tepat(early diagnosis and prompt
treatment)
4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation)
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Fungsi dan Tugas Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di
industry adalah sebagai berikut (Nasrul Effendy, 1998):
Fungsi perawat
1. Mengkaji masalah kesehatan
2. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
4. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan

Tugas perawat
1. Mengawasi lingkungan pekerja
2. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
3. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
Definisi Ergonomi

Menurut Chapanis (1985) ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan


mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku manusia, kemampuan,
keterbatasan dan karakteristik manusia lainnya untuk merancang peralatan, mesin,
sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan,
kenyamanan dan efektifitas pekerjaan manusia.
Sejarah Ergonomi
Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang
berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa
kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut:
1. C.T. Thackrah, England, 1831
2. F.W. Taylor, U.S.A., 1989
3. F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911
4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatique Research Board),
England, 1918
5. Elton Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933
6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A
7. Pembentukan Kelompok Ergonomi
Spesialisasi Bidang Ergonomi
Spesialisasi bidang ergonomi meliputi: ergonomi fisik, ergonomi
kognitif, ergonomi sosial, ergonomi organisasi, ergonomi lingkungan
dan faktor lain yang sesuai. Evaluasi ergonomi merupakan studi
tentang penerapan ergonomi dalam suatu sistem kerja yang
bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan
ergonomi, sehingga didapatkan suatu rancangan keergonomikan
yang terbaik.
Pengelompokan Bidang Kajian
Ergonomi
Pengelompokkan bidang kajian ergonomi yang secara lengkap
dikelompokkan oleh Dr. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana (1979) sebagai berikut:
1. Faal Kerja
2. Antropometri
3. Biomekanika
4. Penginderaan
5. Psikologi kerja
Prinsip Ergonomi
Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja,
menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi yaitu:
1. Bekerja dalam posisi atau postur normal
2. Mengurangi beban berlebihan
3. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan
4. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh
5. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan
6. Minimalisasi gerakan statis
7. Minimalisasikan titik beban
8. Mencakup jarak ruang
9. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
10. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja
11. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti
12. Mengurangi stres
Metode dan Aplikasi Penerapan Ergonomi
Metode-metode tersebut antara lain:
1. Diagnosis
2. Treatment
3. Follow-up

Aplikasi / penerapan tersebut antara lain:


4. Posisi Kerja
5. Proses Kerja
6. Tata Letak Tempat Kerja
7. Mengangkat beban
Definisi Faal Kerja
Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang
dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk
perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang
dikeluarkan saat bekerja (Dr. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana, 1979).
Definisi Industrial Hygiene
Dalam buku panduan Perhimpunan Higiene Kerja Inggris istilah itu
didefinisikan sebagai berikut : higiene kerja adalah ilmu terapan
yang mendalami masalah identifikasi, pengukuran, evaluasi dan
pengendaliannya sesuai dengan standar baku, terhadap risiko faktor
fisika, kimia dan biologi yang timbul dan berasal dari tempat kerja
yang dapat mempengaruhi kesehatan atau kesejahteraan mereka
yang bekerja atau yang ada dalam masyarakat.
Prinsip Dasar Industrial
Hygiene
Untuk penerapan higiene perusahaan di tempat kerja suatu
perusahaan akan di perlukan pemahaman terhadap tiga prinsip dasar
yaitu :
1. Pengenalan terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja.
2. Penilaian/evaluasi terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja.
3. Pengendalian terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja.
Manfaat Penerapan Industrial Hygiene

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan higiene


perusahaan/industry, yaitu :
1. Mencegahan dan memberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja.
2. Dapat memelihara dan meningkatan kesehatan tenaga kerja.
3. Dapat memeliharaan dan meningkatan efisiensi dan daya
produktifitas tenaga manusia.
4. Memberantasan kelelahan kerja dan meningkatan kegairahan kerja.
5. Memeliharaan dan meningkatan higiene dan sanitasi perusahaan pada umumnya
seperti kebersihan ruangan-ruangan, cara pembuangan sampah, atau sisa-sisa
pengolahan dan sebagainya.
Antisipasi Bahaya di Lingkungan Kerja

Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di lingkungan


kerja ditempuh tiga langkah utama sebagai berikut (Ferry & Makhfudli, 2009):
1. Pengenalan Lingkungan Kerja
2. Evaluasi Lingkungan Kerja
3. Pengendalian Lingkungan Kerja
a. Pengendalian lingkungan (Environmental control measures)
b. Pengendalian perorangan (Personal control measures)
Peran Perawat dalam Industrial Hygiene
Peranan perawat kesehatan kerja sudah berubah secara cepat
selama dua dekade terakhir ini. Dahulu, perawat dipekerjakan di
suatu perusahan untuk mengobati dan memberikan pertolongan
pertama. menangani kecelakaan, dan penyakit. Profesi keperawatan
sudah berkembang sampai meliputi seluruh bidang upaya kesehatan
pencegahan.
Thanks a lot
for your attention

You might also like