You are on page 1of 34

TENTAMEN SUICIDE

DAN EUTHANASIA

Fakultas Kedokteran Unswagati


Ouve Rahadiani P
TENTAMEN SUICIDE
DEFINISI
Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan sengaja
dilakukan oleh diri sendiri.
Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) adalah upaya
yang dilakukan dengan tujuan menghabisi nyawa sendiri
Gagasan Bunuh diri adalah pikiran atau ide untuk menghabisi
nyawa sendiri, biasanya terdapat pada seseorang yang peka
terhadap stressor, dapat terjadi pada segala usia, dan dapat
berlangsung untuk waktu yang lama tanpa suatu upaya bunuh
diri.
Perilaku Bunuh Diri (Suicidal Behavior) adalah suatu perilkau
yang disengaja atau tidak, dapat membahayakan diri sendiri.
Contoh : mutilasi diri dengan memotong pergelangan tangan,
membenturkan kepala, menelan benda sing, menggigil,
menghilangkan bagian tubuh.
Kasus yang cukup sering ditemukan
Dapat mendadak ataupun direncanakan
Populasi Terabanyak dahulu Lansia, sekarang bergeser
ke usia muda
Epidemiologi
Berkaitan dengan berbagai hal seperti jenis kelamin,
umur, ras, situasi kehidupan
Keberhasilan Bunuh diri wanita dengan pria yaitu 1 : 3
meskipun usaha bunu diri lebih banyak pada wainta 3 : 1
Resiko bunuh diri meningkat seiring dengan
bertambahnya Usia. Resiko tertinggi adalah pada usia
pertengahan (biasanya berusia diatas 45 tahun) dan usia
tua
Status Pernikahan. Resiko bunuh diri dua kali lebih
banyak pada mereka yang tidak menikah
Situasi Kehidupan : Resiko bunuh diri lebih pada mereka
yang tidak mempunyai pekerjaan termasuk pengangguran
dan pensiunan
ETIOLOGI
Episode depresi = beberapa dari pasien menggunakan
obat antidepresi mereka untuk membunuh diri
Gangguan kepribadian = kepribadian paranoid dan
kepribadian ambang (emosi tak stabil)
Insomnia berat walaupun tanpa disertai depresi dapat
meningkatkan resiko bunuh diri
Penggunaan alkohol dan obat-obatan
Skizofrenia
Penyakit Fisik yang mengancam kehidupan
Gangguan stress Pasca Trauma
Ada riwayat anggota Keluarga yang bunuh diri
Hidup seorang diri disertai rasa kesepian
Kematian Pasangan Hidup
Problem Ekonomi
Faktor Resiko Bunuh Diri
1. Faktor resiko epidemiologik
a. Bercerai, janda>membujang> menikah
b. Umur lebih dari 45 tahun
c. Pria > wanita
d. Kulit putih > non kulit putih
e. Bau kehilangan
f. Agama
g. Musim
2. Data Historik
a. Riwayat keluarga dengan perilaku bunuh diri
b. Usaha atau perilaku bunuh diri sebelumnya
3. Keadaan Medis penyerta
c. Keadaan sakit kronis atau terminal
d. Nyeri kronis
e. Insomnia berar, persisten
f. Hipokondriasi
4. Keadaan Psikopatologik Terakhir
a. Kontrol Impuls yang buruk
b. Pengujian realitas buruk
c. Psikosis
d. Depresi
e. Penyalahgunaan obat atau alkohol
f. Gangguan kepribadia (ambang dan paranoid)
5. Perilaku Bunuh diri
a. Cara dan metode letal
b. Maksud yang serius persisten
c. Keinginan dan catatan bunuh diri tertulis
d. Konteks resiko tinggi (tinggal senidir, tidak ada
dukungan sosial)
MITOS
Orang yang bicara mengenai bunuh diri tidak akan benar-
benar melakukannya. Kenyataannya sebagian besar
orang yang melakukan usaha bunuh diri sebelumnya
telah memberi peringatan
Orang yang bunuh diri pasti orang gila. Sebagian besar
orang tidak berpenampilan seperti orang gila
Tujuan orang melakukan percobaan bunuh diri adalah
mencari pertolongan untuk mengakhiri penderitaannya
dan mati bukanlah tujuan akhirnya
Orang yang bunuh diri tidak mencari terapi. Pengamatan
menunjukkan lebih dari setengah orang yang bunuh diri
mencari terapu 6 bulan sebelumnya
SIAPA BERPERAN?
Semua orang bisa berpartisipasi dalam usaha prevensi
bunuh diri
Petugas kesehatan primer perlu memiliki pengetahuan
khusus kemana harus mengirim orang seperti itu agar
mendapatkan pemeriksaan lanjutan. Psikiater memilki
kompetensi untuk memberikan intervensi farmakologis
maupun psikoterapi untuk mereka ini
Tanggung jawab perawatan pasien penyakit mental sudah
saatnya dibagi antara institusi kesehatan mental dan
masyarakat, termasuk didalamnya keluarga dan teman-
teman pasien.
Media massa
Siapa Yang berisiko Bunuh diri?
Pasien yang baru melakukan percobaan bunuh diri
Pasien yang ditemukan dengan pikiran bunuh diri
Pasien yang mengungkapkan pikiran bunuh diri hanya
bila ditanyakan
Pasien yang menyangkal pikiran bunuh diri, tetapi
perilakunya menunjukkan kemungkinan bunuh diri
Pasien dengan riwayat perilaku menyerang
Penatalaksanaan
Perbaiki keadaan umum
Terapi farmakologik tergantung diagnosa yang mendasari
percobaan bunuh diri
Gagasan bunuh diri pada pasien alkoholik biasanya akan
membaik dalam beberapa hari abstinensi
Gagasan bunuh diri pada pasien skizofrenia harus
diperhatikan secara serius
Rawat inap jangka panjang dianjurkan bagi pasien
dengan kecenderungan mutilasi diri
Penanganan
Tergantung tingkat Kesadarannya
Tingkat kesadaran pasien dengan percobaan bunuh diri
yang dibawa ke UGD dapat berupa:
a. Kesadaran berkabut sampai koma
b. Kesadaran composmentis
EUTHANASIA
Pendahuluan
PROSES KEMATIAN :
Orthothansia ialah proses kematian yang terjadi karena
proses ilmiah atau secara wajar, seperti proses ketuaan,
penyakit dan sebagainya.
Dysthanasia ialah proses kematian yang terjadi secara
tidak wajar, seperti pembunuhan, bunuh diri dan lain-lain.
Euthanasia ialah proses kematian yang terjadi karena
pertolongan dokter.
PENGERTIAN EUTHANASIA
Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu dan
thanatos. Kata eu berarti baik, tanpa penderitaan dan
thanatos berarti mati. Dengan demikian euthanasia dapat
diartikan mati dengan baik tanpa penderitaan. Ada yang
menerjemahkan mati cepat tanpa derita.
Menurut kamus hukum, Euthanasia adalah menghilangkan nyawa
tanpa rasa sakit untuk meringankan sakaratul maut seorang
penderita yang tak ada kemungkinan sembuh lagi. Menurut
pandangan dokter, Euthanasia adalah dengan sengaja tidak
melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau
sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau
mengakhiri hidup seorang pasien, dan dilakukan untuk kepentingan
pasien sendiri.
Unsur-unsur euthanasia dilihat dari beberapa definisi di
atas, antara lain :
1) Berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.
2) Mengakhiri hidup, mempercepat kematian, atau tidak
memperpanjang hidup pasien.
3) Pasien menderita suatu penyakit yang sulit untuk
disembuhkan kembali.
4) Atas atau tanpa permintaan pasien atau keluarganya.
5) Demi kepentingan pasien dan keluarganya.
Jenis Jenis Euthanasia
Berdasarkan cara pelaksanaannya:
1) Euthanasia pasif
2) Euthanasia aktif

Ditinjau dari permintaan :


1) Euthanasia voluntir
2) Euthanasia involuntir
1. Euthanasia aktif
Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan secara aktif oleh
dokter untuk mengakhiri hidup seorang (pasien) yang dilakukan
secara medis. Biasanya dilakukan dengan penggunaan obat-obatan
yang bekerja cepat dan mematikan. Euthanasia aktif terbagi menjadi
dua golongan
2. Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut
segala tindakan atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan
hidup manusia, sehingga pasien diperkirakan akan meninggal setelah
tindakan pertolongan dihentikan.
3. Euthanasia volunter
Euthanasia jenis ini adalah Penghentian tindakan pengobatan atau
mempercepat kematian atas permintaan sendiri.

4. Euthanasia involunter
Euthanasia involunter adalah jenis euthanasia yang dilakukan pada
pasien dalam keadaan tidak sadar yang tidak mungkin untuk
menyampaikan keinginannya.
Jenis Jenis Euthanasia
Berdasarkan Inisiatif :
1) Atas Permintaan Sendiri
2) Atas Permintaan Bukan Pasien

Berdasarkan Akibat :
1) Langsung
2) Tidak Langsung

Berdasarkan Cara :
1) E. pasif
2) E. Aktif
EUTHANASIA DILIHAT DARI BERBAGAI ASPEK
1. Aspek Hukum.
Undang undang yang tertulis dalam KUHP Pidana hanya melihat dari dokter
sebagai pelaku utama euthanasia, khususnya euthanasia aktif dan dianggap
sebagai suatu pembunuhan berencana, atau dengan sengaja
menghilangkan nyawa seseorang.
2. Aspek Hak Asasi.
Hak asasi manusia selalu dikaitkan dengan hak hidup, damai dan
sebagainya.Tapit idak tercantum dengan jelasa dan hak seseorang untu
kmati. Mati sepertinya justru dihubungkan dengan pelanggaran HAM.

3. Aspek Ilmu Pengetahuan.


Pengetahuan kedokteran dapat memperkirakan kemungkinan keberhasilan
upaya tindakan medis untuk mencapai kesembuhan atau pengurangan
penderitaan pasien.

4. Aspek Agama.
Kelahiran dan kematian merupakan hak dari Tuhan sehingga tidak ada
seorangpun di dunia ini yang mempunyai hak untuk memperpanjang atau
memperpendek umurnya sendiri.
TINJAUAN YURIDIS EUTHANASIA

1. Euthanasia di Indinesia dianggap ilegal sesuai dengan pasal :


- Pasal 338 KUHP
- Pasal 340 KUHP
- Pasal 359 KUHP
- Pasal 345 KUHP
BAGAIMANA POSISI DOKTER
Jika ada Kasus :
Penyakit yang tidak dapat disembuhkan

Pasien Menderita Sakit terus menerus


Mana Yang Lebih Baik?
Membiarkan Pasien Terus Tersiksa Oleh Penyakitnya?

Mempercepat Kematiannya

Sehingga, Bolehkah dokter Memilih hentikan penderitaan


pasien melalui Euthanasia?
Timbul Masalah
Apakah pasien harus dibiarkan kesakitan terus menerus
dengan bantuan alat? ATAU

Dipercepat Kematiannya?
Sumpah dokter Indonesia (Kalimat ke-7)
Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai
dari saat pembuahan .

Tujuan Medis :
Untuk memulihkan Pasien dan Untuk Kurangi
Penderitaan Manusia
Euthanasia dan KODEKI
Pasal 2 Kode Etik Kedokteran, yaitu seorang dokter
harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya
sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
Kode Etik Kedokteran yaitu pada Pasal 7c bahwa
seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-
hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan
harus menjaga kepercayaan pasien. Hak pasien yang
dimaksud pada Pasal tersebut salah satunya adalah hak
untuk hidup dan hak atas tubuhnya sendiri.
Pasal 7d menyatakan bahwa setiap dokter harus
senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup
insani.
Euthanasia dan HAM
Pada Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 tahun
1999 juga menjelaskan bahwa Setiap orang berhak
untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan
taraf kehidupannya.

Apabila dokter mengabulkan permintaan pasien untuk


dilakukannya euthanasia maka secara tidak langsung
dokter telah melanggar Hak Asasi Manusia
KESIMPULAN
1. Euthanasia lebih menunjukkan perbuatan yang
membunuh karena belas kasihan, maka menurut
pengertian umum sekarang ini, euthanasia dapat
diterangkan sebagai pembunuhan yang sistematis karena
kehidupannya merupakan suatu kesengsaraan dan
penderitaan.

2. Euthanasia dapat dikelompkkan menjadi euthanasia aktif,


euthanasia pasif, euthanasia volunter, dan uethanasia
involunter.
3. Menurut kode etik kedokteran, dokter tidak diperbolehkan
mengakhiri hidup seorang yang sakit meskipun menurut
pengetahuan dan pengalaman tidak akan sembuh lagi.

4. Di Indonesia dilihat dari perundang-undangan dewasa ini,


memang belum ada pengaturan (dalam bentuk undang-
undang) yang khusus dan lengkap tentang euthanasia.
Maka satu-satunya yang dapat dipakai sebagai landasan
hukum, adalah apa yang terdapat di dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana Indonesia.

You might also like