Professional Documents
Culture Documents
B Onk
Kelenjar parotis merupakan kelenjar yang berkembang
pertama sekali yaitu pada minggu ke 4 embriogenesis
dibandingkan kelenjar liur mandibula dan sublingual.
Jaringan parenkim dari kelenjar berasal dari proliferasi
epitel-epitel rongga mulut.
Stroma (kapsul dan septum) kelenjar berasal dari mesenkim
yaitu krista neuralis.
Walaupun merupakan yang pertama kali berkembang,
namun enkapsulasi kelenjar ini yang terakhir dibandingkan
kelenjar liur lainnya.
Kelenjar parotis unik karena epitel buds tumbuh bercabang
dan meluas di sekitar saraf facialis.
Epitel buds ini membesar, memanjang dan bercabang
sebagai awal pembentukan struktur padatnya.
Tiap cabang diakhir dengan satu atau dua end bulb yang
padat.
End bulb terus memanjang dan menjadi tubulus terminal.
Tubulus ini bergabung dengan duktus kanalisasi dan
peripheral acini.
Duktus kanalisasi komplit perkembangannya pada bulan ke
6 embrio.
Sel acinar dibentuk pada bulan ke 7-8, sel sekretori
(acini) mulai berkembang di sekitar sistem duktus.
Sel serosa : terdiri dari granul-granul kecil yang
mensekresikan protein dan enzim.
Sel mucus: terdiri dari granul-granul yang lebih besar yang
memproduksi mukoprotein dan lebih kental sekretnya.
Sel seromusinosa
Unit sekresi kelenjar liur terdiri dari terminal asinus, duktus
ekskresi, sel mioepitel, unit sekresi yang dasar adalah asinus
yang berada di sekitar duktus.
Sel sekretorinya adalah pyramidal dengan lumen yang
sempit.
Membran basalnya dikelilingi sel mioepitel stelata kontraktil.
Duktus asiner bergabung dengan duktus interkalatum,
kemudian bersatu menjadi saluran utama ekskretori
kelenjar.
Acini dalam kelenjar liur mayor terdapat dalam lobulus dan
lobus.
Tiap lobulus mempunyai satu duktus ekskretori.
Tiap lobulus disatukan oleh jaringan ikat padat yang terdiri
dari duktus ekskretori, pembuluh limfe, serabut saraf dan
ganglia yang membentuk lobus.
Tipe dan Posisi Kelenjar
- Kelenjar saliva yang terbesar dan hampir seluruhnya
tersusun oleh kelenjar tipe acini serosa.
- Terletak di bawah meatus acusticus eksternus dan terletak
di dalam suatu lekukan di belakang ramus mandibulae dan di
depan M.sternocleidomastoideus.
Bentuk, Lobus dan Processus Kelenjar
- Dari superficial, berbentuk baji, dengan dasarnya di atas
dan apeksnya di belakang angulus mandibulae.
- N.facialis dan cabang-cabangnya berjalan ke depan di
dalam glandula parotidea dan membagi glandula ini dalam
lobus superficialis dan profunda.
- Margo superior glandula meluas ke atas di belakang
articulation temporomandibularis masuk ke bagian posterior
fossa mandibularis. Bagian kelenjar ini disebut processus
glenoidalis.
Margo anterior glandula ini meluas ke depan, superficial
terhadap M.masseter, membentuk processus facialis.
Sebagian kecil dari processus facialis dapat terpisah dari
glandula utama dan disebut sebagai glandula parotidea
acessoria.
Pars profunda kelenjar dapat meluas ke depan di antara
m.pterygoideus medialis dan ramus mandibulae,
membentuk processus pterygoideus.
Kapsula Kelenjar
- Glandula parotidea adalah massa berlobus yang dikelilingi
oleh kapsula jaringan ikat.
- Selain itu glandula dibungkus oleh kapsula fibrosa padat
yang berasal dari lamina superficialis fascia colli profunda
Duktus Parotideus
- Duktus parotideus berjalan ke depan di atas
permukaan lateral M.masseter, 1 jari di bawah arcus
zygomaticus.
- Jalan ductus ini yang miring di antara membran
mucosa dan m.buccinator berfungsi mencegah
masuknya udara ke dalam duktus pada saat meniup
dengan kuat.
- Glandula parotidea accessoria bermuara melalui
duktus kecil ke dalam bagian atas ductus parotideus.
Struktur di Dalam Glandula Parotidea
- Struktur di dalam glandula parotidea, dari lateral ke medial
adalah n.facialis, v.retromandibularis dan a.carotis eksterna.
Beberapa nodus dari kelompok nodi lymphoidei parotidei
juga terdapat di dalam kelenjar.
Batas-Batas Glandula Parotidea
Batas superficial: nodi lymphoidei parotidei, fascia,
n.auricularis magnus, dan kulit.
Batas superior : meatus acusticus eksternus dan facies
posterior articulation temporomandibularis.
Batas posteromedial : processus mastoideus,
M.sternocleidomastoideus, selubung carotis a.carotis
interna, v.jugularis interna, n.vagus, n.glossopharyngeus,
n.acessorius, n.hypoglossus, dan n.facialis.
Batas anteromedial: pinggir posterior ramus mandibula,
articulation temporomandibularis, m.masseter dan
m.pterygoideus medialis. Glandula ini menempel pada
dinding faring.
Perdarahan
A.carotis eksterna dan cabang terminalnya. Vena
bermuara ke dalam vena retromandibularis.
Aliran Limfe
Pembuluh limfe bermuara ke dalam nodi lymphoidei
parotidei dan nodi lymphoidei cervicales profundi.
Persarafan
Serabut-serabut sekretomotorik parasimpatis dari nucleus
salivatorius inferior n.IX mempersarafi glandula parotidea.
protein seperti musin,
Organik amilase, enzim, dan
karbohidrat
Produksi air
liur (saliva) ion kalsium, flour,
Non-organik magnesium, dan
fosfat
memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase saliva,
yang merupakan suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi
disakarida
mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel
makanan.
memiliki efek antibakteri, oleh lisozim, suatu enzim yang melisiskan
atau menghancurkan bakteri tertentu
sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang meransang papil
pengecapan
membantu kita berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan
lidah.
Saliva berperan penting dalam higiene mulut dengan membantu
menjaga kebersihan mulut dan gigi. Aliran saliva yang terus menerus
membantu membilas residu makanan, melepaskan sel epitel, dan
benda asing.
Penyangga bikarbonat di saliva menetralkan asam di makanan serta
asam yang dihasilkan oleh bakteri di mulut, sehingga membantu
mencegah karies gigi.
sekitar 1-2 liter saliva disekresikan per hari,
kecepatan 0,5 ml/menit sampai 5 ml/menit.
Sekresi saliva yang bersifat spontan dan
kontinu, bahkan tanpa adanya rangsangan yang
jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat
rendah ujung-ujung saraf parasimpatis yang
berakhir di kelenjar saliva.
Terjadi sewaktu kemoresptor atau reseptor
tekanan di dalam rongga mulut berespons
Refleks saliva terhadap adanya makanan memulai impuls di
sederhana, serat saraf aferen yang membawa informasi ke
atau tidak pusat saliva di medula batang otak mengirim
terkondisi impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke
kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi
saliva.
M (metastasis)
MX : Tidak ditemukan metastasis jauh
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh
1. Pleomorphic Adenoma
2. Warthin Tumor
3. Onkositoma
4. Adenoma Monomorphic
Prevalensi:
70% tumor parotis
50% tumor submandibula
45% tumor kelenjar liur minor
6% tumor sublingual
Adenoid cyctic
Limfoma primer
carcinoma (ACC)
Salivary duct
carcinoma
Tumor malignant mixed
tumor
(carcinoma ex-
Maligna pleomorphic
adenoma)
Karsinoma sel
Adenocarcinoma
skuamous primer
Acinic cell
carcinoma
Tipe tersering pada
anak dan dewasa
Makroskopik terlihat
batas tegas dan
mungkin parsial
encapsulated.
Terkadang infiltrative
dan diferensiasi
buruk. Pada cut
Karsinoma surface mungkin
mucoepidermoid mengandung area
solid, kistik atau
keduanya.
Mikroskopik ditandai
oleh adanya 2
populasi sel, yakni sel
mucous dan sel
epidermoid
Adenoid cyctic
carcinoma(ACC)
duct
carcinoma
Insidennya jarang (1-8% dari seluruh
Limfoma limfoma) dan hanya dapat didiagnosa
bila tidak terdapat keterlibatan kelenjar
getah bening intra dan ekstra glandular
primer
Pertumbuhan tumor ganas lebih cepat
Berdasarkan sifat:
Trauma akut
Trauma kronis
Anamnesis:
Dijumpai adanya riwayat terbentur
Dijumpai adanya riwayat pemakaian gigi palsu
Pemeriksaan fisik:
Pada inspeksi dinilai adanya cedera wajah baik
menyeluruh maupun sebagian
Pada palpasi dinilai adanya fraktur tulang dan
fungsi otot-otot wajah
Pemeriksaan fisik tambahan
Dinilai fungsi nervus fasialis, nervus lingualis
dan nervus hypoglosus
Pemeriksaan penunjang
Sialography
Konservatif
menghindari penggunaan rongga mulut dengan mengurangi asupan
secara oral dengan tujuan penyembuhan primer
Pembedahan
Definisi
tidak adanya kelenjar ludah, bisa menjadi
unilateral atau bilateral
etiologi
etiologi tidak diketahui, tetapi dapat diisolasi atau
terjadi pada cacat perkembangan lainnya,
seperti hemifacial micostomia dan dysostosis
mandibulo-wajah (Treacher Collins syndrome),
sindrom Down, dan ectodermal displasia
Gejala klinis
kekeringan pada mulut, kesulitan dalam
pengunyahan dan menelan makanan padat,
pola yang tidak biasa dari gigi karies, erosi gigi,
adanya plak, penyakit periodontal, infeksi
jaringan lunak, chelitis, mucositis atrofi, dan
tidak adanya saluran saliva.
pemeriksaan
CT-scan atau MRI akan menunjukkan adanya
kelenjar atau penggantian dengan jaringan
lemak dan fibrous
Terapi
supportive dan diarahkan untuk mengurangi
xerostomia dan dampaknya, pengganti
saliva, mencuci mulut sesering mungkin,
terapi flourida dan kebersiha mulut yang baik
Adalah kelainan bentuk anatomi. Kondisi ini
sulit dalam melokalisasi lesi dengan
radiografi periapikal pada anak-anak dan
karena biasanya tanpa gejala. Lokasi
termasuk amandel, rektum, dan mandibula.
Pada Radiografi, radiolusensi bulat atau oval
antara rahang bawah kanal dan perbatasan
inferior mandibula.
Definisi
Adalah tumor yang palig umum dari kelenjar parotid
pada waktu kecil. Neoplasma epitel jinak yg biasanya
berproliferasi selama tahun pertama kehidupan
Diagnosis
Berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik, dengan
lesi biasanya lembut, kenyal, massa yang perhatikan
selama bulan-bulan pertama hidup dan terus
membesar selama sekitar satu tahun. Hampir setengah
dari semua pasien memiliki tanda vaskular terkait atas
pipi.
Konfirmasi radiografi dengan resonansi magnetic
imaging (MRI) dianjurkan untuk tumor yang mendalam
tanpa keterlibatan kulit di mana diagnosis klinis kurang
pasti
Terapi
Selama tahun pertama kehidupan, ketika lesi aktif
berkembang biak, observasi adalah pengobatan
pilihan. Namun, sistemik steroid dosis tinggi,
biasanya diberikan selama rata-rata 8-9 bulan, dalam
kasus ulserasi kulit, gangguan pernapasan, gangguan
penglihatan dari keterlibatan kelopak mata, gagal
jantung kongestif, atau gangguan pendengaran
konduktif dari kanal auditori eksternal kompresi.
Dengan dosis tinggi steroid terapi, regresi atau
stabilisasi tumor terjadi pada sekitar 84% tumor .