You are on page 1of 20

Muhammad Yusrin Al Gifari

Kegiatan lobby sebenarnya adalah kegiatan


sehari-hari yang tidak dapat terlepas dari
kehidupan manusia. Selama manusia itu
melakukan proses komunikasi dengan orang
lain maka disitulah kegiatan lobby itu terjadi
dan kadang kala kita juga melakukannya
tanpa kita sadari.
unsur-unsur utama TEKNIK LOBBY
1. sumber (source),
2. pesan (message),
3. saluran (channel),
4. penerima (receiver)
5. efek (effect)
6. umpan balik (feed back).
Proses komunikasi yang terjadi dalam
kegiatan lobby harus bersifat dua arah
(sirkular).
Tujuan dari setiap proses komunikasi adalah :
Menciptakan pengertian yang sama atas setiap
pesan dan simbol yang disampaikan,
Merangsang pemikiran pihak penerima untuk
memikirkan pesan dan rangsang yang diterimanya,
Melakukan sesuatu tindakan yang selaras dengan
pesan tersebut, yaitu untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu.
Pengirim dan penerima pesan adalah sosok
yang mempunyai kebutuhan, keinginan,
tujuan dan cara dalam melihat dunia ini
berlainan sama sekali.
Seseorang dikatakan mampu berkomunikasi
jika:
Mampu merangkai kata menjadi sebuah kalimat
yang benar-benar mewakili apa yang dipikirkan,
apa yang dirasakan
Mampu menyampaikan dengan benar dan tepat,
sesuai dengan siapa dia berbicara, dimana, kapan
(waktu) dan dalam suasana formal atau informal
Mampu menangkap respon pihak yang diajak bicara
Mampu menanggapi respon dengan benar dan
tepat
Lobby adalah pendekatan awal yang menjurus ke
suatu tujuan yang menguntungkan, baik satu
ataupun kedua belah pihak . Kegiatan lobby tidak
hanya diperlukan oleh individu untuk memperoleh
apa yang menguntungkan dari pihak lain, tetapi juga
diperlukan bagi kepentingan suatu organisasi. Bagi
suatu organisasi kegiatan melobby diperlukan demi
suksesnya pelaksanaan rencana-rencana. Disini
fungsi agensi-agensi pemerintah sangat diperlukan
dalam memberikan izin usaha, hak paten yang
sifatnya memudahkan dan menguntungkan
organisasi.
Lobby adalah proses penyampaian
argumentasi argumentasi yang bersifat
mendukung posisi organisasi kepada pejabat.
Dalam sebuah bisnis, lobby merupakan
permulaan dari sebuah negosiasi. Tetapi
dalam proses negosiasi, lobby sering
digunakan untuk mengatasi tahap-tahap
negosiasi yang mengalami jalan buntu dan
tidak menemukan kata sepakat. Jika
negosiasi sampai pada tahap ini, saat jeda
bisa dimanfaatkan negosiator untuk
melakukan pendekatan-pendekatan ulang,
agar menemukan titik temu ke arah sepakat
Lobby dilakukan dengan tujuan untuk
mempengaruhi secara persuasive agar pihak
lain mau memenuhi keinginan dan tujuan
pihak yang melobby. Kegiatan lobby ini bisa
menambah jaringan koneksi di beberapa
sector, sekaligus keberhasilan lobby
dipengaruhi seberapa banyak dan luas
jaringan yang dimiliki. Lobby lebih efektif jika
dilakukan dalam suasana informal, karena itu
lobby diartikan juga sebagai kegiatan yang
bersifat informal dan tidak resmi.
Negosiasi adalah suatu proses untuk
mendapatkan sesuatu yang pada saat itu
tidak menjadi milik kita. Proses negosiasi
tanpa kita sadari telah terlibat dengannya,
sepanjang hidup kita, hanya kita tidak
menyadari bahwa kita sedang berada di
tengah-tengah proses negosiasi. Dalam
bernegosiasi sikap kita akan mempengaruhi
sasaran kita, karena itu bersikap positif
dalam bernegosiasi adalah hal yang mutlak
diperlukan
Negosiasi dikatakan berhasil jika berakhir
dengan kedua belah pihak mendapatkan apa
yang diinginkan (Win Win). Bila seorang
negosiator menanggapi satu situasi dengan
pikiran saya harus menang dan saya tidak
perduli dengan kondisi lawan. Maka disitulah
sebetulnya bencana
Konsep negosiasi sama-sama menang tidaklah selalu
didasarkan kepada pertimbangan etika. Jika kedua belah
pihak yang berbisnis puas dengan keputusan yang
ditempuh akan menjadikan mereka lebih bersedia untuk
bekerja sama di masa datang. Pihak-pihak yang terlibat
dalam proses negosiasi mempunyai hak dan kedudukan
yang sama (equality), tidak ada satu pihak merasa lebih
tinggi dari pihak yang lain.
Keberhasilan sebuah negosiasi dapat dicapai dengan
kerjasama (cooperative). Ada keinginan untuk mencari titik
temu dari perbedaan-perbedaan yang pasti muncul
selama proses negosiasi. Negosiasi sebaiknya sebagai
sarana menjalin hubungan jangka panjang. Ada keyakinan
bahwa sesuatu yang berarti bagi kita tentu berarti pula
bagi lawan. Semua yang dilakukan hanya untuk
memperlancar negosiasi.
Negosiasi merupakan sebuah proses dimana
terdapat dua pihak yang memiliki keinginan,
kepentingan-kepentingan yang berbeda tetapi
sama-sama memiliki keinginan untuk duduk
bersama dalam rangka mendapatkan
kesepakatan. Ada baiknya kita memahami
mengapa seseorang ingin melakukan negosiasi.
Negosiasi dilakukan dengan beberapa alasan
yaitu:
a. Pihak kita menginginkan sesuatu yang saat ini masih
berada dalam control pihak mitra negosiasi
b. Pihak mitra negosiasi pun menginginkan sesuatu yang
ada dalam control kita
c. Untuk mendapatkan kesepakatan yang saling
menguntungkan
d. Untuk menyelesaikan permasalahan dan mencari titik
temu
e. Supaya bisnis atau usahanya bisa tetap bertahan
Proses negosiasi melalui beberapa tahap
walaupun tidak kaku yaitu tahap penawaran
(offering), tahap penjualan (selling), tahap
bargaining (tawar menawar) dan tahap
negosiasi. Seorang negositor yang baik
memiliki beberapa persyaratan yaitu :
a. Konsisten dan tetap teguh pada tujuan
yang ingin dicapai
b. Strategis dan menguasai keadaan
c. Berpikir kreatif
d. Komunikatif dan bisa melakukan
komunikasi persuasive
Negosiasi sering kali gagal bukan karena
masalah harga atau mutu barang yang tidak
sesuai, tetapi sering kali gagal karena tidak
ada niat baik pada satu pihak untuk
bernegosiasi, sika egois yang tidak kooperatif
dan akomodatif, terdapat kesenjangan
hubungan, kekhawatiran akan kalah, agenda-
agenda tersembunyi dan ketidakterbukaan,
konflik pribadi diantara peserta negosiasi,
masalah-masalah budaya dan bahasa dan
kurangnya atau bahkan tidak adanya
wewenang untuk bernegosiasi.
Diplomasi merupakan suatu cara komunikasi
yang dilakukan antara berbagai pihak
termasuk negoisasi antara wakil-wakil yang
sudah diakui. Praktik-praktik negara
semacam itu sudah melembaga sejak dahulu
dan kemudian menjelma sebagai aturan-
aturan hukum internasional.
Diplomasi pada hakikatnya merupakan
kebiasaan untuk melakukan hubungan
antarnegara melalui wakil resminya dan dapat
melibatkan seluruh proses hubungan luar
negeri, perumusan kebijakan termasuk
pelaksanaannya. Dalam arti yang luas,
diplomasi dan politik luar negeri adalah
sama. Namun, dalam arti yang sempit, atau
lebih tradisional,diplomasi itu melibatkan
cara-cara dan mekanisme, sedangkan dalam
politik luar negeri ada dasar atau tujuannya.
Dalam arti yang lebih terbatas, diplomasi
meliputi teknik operasioanl dimana negara
mencari kepentingan di luar yuridiksinya.
Menurut Brownlie, diplomasi merupakan setiap
cara yang diambil untuk mengadakan dan
membina hubungan dan berkomunikasi satu
sama lain, atau melaksanakan transaksi politik
maupun hukum yang dalam setiap hal dilakukan
melalui wakil-wakilnya yang mendapat otorisasi.
Diplomasi pada hakikatnya juga merupakan
negoisasi dan hubungan antarnegara yang
dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah,
untuk itu diperlukan suatu seni dan kemampuan
serta kepandaian untuk mempengaruhi
seseorang sehingga dapat tercapai tujuannya.
Kemampuan untuk berunding itu harus dilakukan
secara maksimal agar dapat dicapai hasil yang
maksimal pula dalam suatu system politik
dimana suatu perang mungkin bisa terjadi.
Tugas utama dari diplomat adalah
menyangkut keterwakilannya (representation)
dari suatu negara di negara lain.
Menurut Hans J. Morgenthau tugas diplomasi dapat dibagi dalam empat
pokok:
1. Diplomasi harus membentuk tujuan dalam rangka kekuatan yang
sebenarnya untuk mencapai tujuan tersebut. Suatu negara yang ingin
menciptakan tujuan-tujuannya yang belum dicapai haruslah berhadapan
dengan suatu risiko untuk perang. Karena itu diperlukan suksesnya
diplomasi untuk mencoba mendapatkan tujuannya tersebut sesuai
dengan kekuatannya.
2. Di samping melakukan penilaian tentang tujuan-tujuannya dan
kekuatannya sendiri, diplomasi juga harus mengadakan penilaian tujuan
dan kekuatan dari negara-negara lainnya. Didalam hal ini, sesuatu
negara haruslah menghadapi resiko akan terjadinya peperangan, apabila
diplomasi yang dilakukannya itu salah dalam menilai mengenai tujuan
dan kekuatan negara-negara lainnya.
3. Diplomasi haruslah menentukan dalam hal apa perbedaan dalam
tujuan-tujuan itu dapat cocok satu sama lain. Diplomasi harus dilihat
apakah kepentingan negaranya sendiri dengan negara lain cocok. Jika
jawabannya tidak, maka harus dicari jalan keluar untuk merujukkan
kepentingan-kepentingan tersebut.
4. Diplomasi harus menggunakan cara-cara yang pantas dan sesuai
seperti kompromi, bujukan dan bahkan kadang-kadang ancaman
kekerasan untuk mencapai tujuan-tujuannya

You might also like