You are on page 1of 51

FARMAKOTERAPI

RASIONAL
FARMAKOTERAPI RASIONAL
1. TEPAT INDIKASI:Obat yg diberikan
berdasarkan diagnosis penyakit yg akurat
2. TEPAT PENDERITA:Tdk ada kontraindikasi
atau kondisi khusus yg memerlukan
penyesuaian dosis atau mempermudah
timbulnya efek samping
3. TEPAT OBAT: Pemilihan obat berdasarkan
keamanan
4. TEPAT DOSIS:takaran, jalur, lama
pemberian sesuai kondisi penderita
5. WASPADA EFEK SAMPING OBAT
KOMPETENSI
Kasus di bagian ilmu bedah kompetensi dokter umum mencakup 3A-4B
Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk
3A. Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan
pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan
yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau
mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan
dokter juga mampu menindak lanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan
tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit
tersebut secara mandiri dan tuntas.
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
Dengan demikian didalam Daftar Penyakit ini level kompetensi tertinggi adalah 4A
Tata cara penulisan resep
Tulis nama obat, dosis (kadar) setiap kali pemberian
dan jumlah obat dengan angka / Huruf Romawi.
Jumlah obat yang diminta ditulis dalam satuan mg, g
atau ml, kalau perlu ada perintah membuat bentuk
sediaan. (m.f. = misce fac, artinya campurlah, buatlah).
Penulisan sediaan obat paten / merek dagang cukup
dengan nama dagang saja dan jumlah sesuai dengan
kemasannya.
Tulis signatura dengan jelas.
Tulis nama pasien (dewasa atau anak-anak),kalau perlu
tulis alamat.
Kaidah penulisan resep
R/ Btk Nama Kekhasan Wadah Jumlah

sediaan sediaan sediaan sediaan sediaan

Cap Amoxycillin 500 mg No XV

Tab Bactrim Forte No X

Syr Glostrum Fl. I

Supp Borraginol N No VI

Opth oint cendocillin 1% tube I


R/ Nama Kekhasan Btk Wadah Jumlah

sediaan sediaan sediaan sediaan sediaan

Amoxycillin 500 mg Cap No XV

Bactrim Forte Tab No X

Dibekacin 150 mg Inj. vial III

Lamisil cream tube I

Lidonest 2% Inj. amp IV


PENULISAN R/ DALAM BSO CAIR

OBAT BENTUK SEDIAAN CAIR

OBAT OBAT SUNTIK OBAT TETES OBAT LUAR


MINUM
OBAT LUAR SOLUSIO
SIRUP IV
- TETES MATA SUSPENSI
SOLUTIO IM - H2O
- TETES HIDUNG EMULSI
SUSPENSI
- OIL
- TETES TELINGA AEROSOL
SATURASI
MIXTURA
MIXTURA
M. AGITANDA
EMULSI

SIGNATURA HARUS
TEPAT TIDAK UNTUK OBAT DENGAN
INDEKS TERAPI SEMPIT

KADAR OBAT MENENTUKAN


INTENSITAS KERJA OBAT
Dr.
Sip. --------
Alamat: ----------- / Telp.
----------------------------------------------------

Medan, tgl.
inscriptio

R/ invocatio
Potio nigra ml 300
Adde
Codein Prescriptio
HCl mg
Efedrin
HCl mg
Chlorpheniramin maleat mg ..

M. f potio S4 dd CI signatura
-----------
paraf
subscriptio
R/ Cefalexin 500 Cap. No. XII

S 2 dd Cap. I
-----------paraf

Pro: Tn. Kamal, 45 tahun

Jl. Kapt. Muslim No. 234 A Medan Pro


d.d de die sehari
1d.d/sdd semel de die sekali sehari
div.in.peq divide in peq bagi sama rata
d.t.d da tales doses berikan sebanyak dosis itu
Gtt guttae tetes
m.f.l.a misce fac lege artis campur&buat menurut
semestinya
i.m.m in mane medicine berikan pada dokter
p.r.n pro re nata kalau perlu
Pulv pulveres puyer
p.c post coenam sesudah makan
Tab tablete tablet
Ung unguentum salep
SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke
IGD rumah sakit dengan keluhan nyeri hebat
di daerah pinggang sebelah kanan. Nyeri
hilang timbul dan bersifat tajam. Nyeri
dirasakan sampai ke perut depan. RPD pasien
pernah BAK keluar batu kecil-kecil (seperti
pasir). Setelah dilakukan pemeriksaan di
simpulkan pasien di curigai adanya batu
saluran kemih (ureter).
Bagaimanakah terapi farmakologis yang
rasional pada kasus tersebut?
PEMBAHASAN
Kasus diatas melibatkan organ secara
langsung urerter.
Ureter dinding yang terdiri dari otot polos
Otot polos dipersarafi oleh saraf otonom
Timbul nyeri kolik ureter aktivitas peristaltik
otot polos ureter untuk berusaha
mengeluarkan batu.
Pe peristaltik tekanan intraluminal
meningkat peregangan saraf terminal
Penatalaksanaan
1. Konservatif
bila gejala (-), obstruksi (-)
2. Medikamentosa
- spasmolitik
- diuretika
- banyak minum
- banyak gerak
3. Operatif
- ESWL (Extracorporeal Shockwave
Lithotripsy)
PEMBAHASAN
Pilihan terapi:
ATROPIN
Farmakokinetik
Atropin dan senyawa alam yg sama amina
tersier alkaloid ester dari asam tropik
Atropin (hiosiamin)tumbuhan atropa
belladona/tirai malam pembunuh/biji jimson
Memiliki kemiripan dengan antihistamin,
antidepresan, antipsikotik.
Diserap baik oleh usus dan membran
konjungtiva tersier
Distribusi keseluruh tubuh ke SSP dlm waktu 30
s/d 1 jam. Con: skopolamin
Derivat kuartener ke SSP sedikit
Metabolisme; cepat hilang dari darah setelah
pemberian, waktu paruh 2 jam
60% diekresi ke dalam urin dlm bentuk utuh
Efek parasimpatis disemua organ cepat hilang
kecuali pada mata (72 jam)
Farmakodinamik
Mekanisme kerja:
Blokade reversibel aksi kolinomimetik pada
reseptor muskarinik (mencegah pelepasan
inositol trifosfat(IP3) dan hambatan adenil
siklase)
Efektivitas tergantung jaringan (paling peka:
kel. Saliva, bonkus, kel. Keringat)
Efek klinis:
1. SSP
Pada dosis lazim menstimulasi minimal
pada otak. Skopolamin dlm dosisi toksik;
dapat menimbulkan kegelisahan, agitasi,
halusinasi dan koma.
Ekstrak belladona antiparkinsonisme
Anti mabuk kendaraan efek pada vestibuler
2. Mata
Midriasis (+) hati-hati glaukoma
Mencegah sinekia pada uveitis
3. sal. Nafas
Premedikasi anestesi mengurangi sekresi
hidung, mulut, faring, bronkus
Pada bronkus bronkodilatasi tapi tidak
sebaik agonis beta adrenoreseptor
Ipratropium bromide poten terhadap asma
dan COPD
4. kardiovaskuler
Pada dosis > 2mg efek anti bradikardi
digunakan pada keracunan organofosfat
Obat tambahan pada beberapa kasus Infark
miokard
6. sal. Genitourinaria
Otot polos ureter dan dinding VU relaksasi.
Hati2 efek retensio urin
7. Kel. Keringat
Menekan termoregulasi keringat
8. sal. Cerna
efek antispasmodik efek hambat terhadap
asetilkolin lebih peka dari pada endogen(N.
Vagus)
Untuk tukak peptik jarang
9. keracuanan kolinergik
Organofosfat dan karena keracunan jamur
Efek samping:
Pengobatan dengan atropin menimbulkan efek
pada organ lain
Hipotensi ortostatik
Hiperemik atropin
Mulut kering
Gangguan miksi
Glaukoma
Keracunan atropin
Hampir semua efek samping obat = farmakodinamik
Kontra Indikasi:
pemberian pada orang glaukoma
Pada orang dengan riwayat BPH
Pada orang dengan riwayat tukak lambung
Obat sintetik mirip atropin:
Ekstrak Belladona: mengandung campuran
alkaloid
Homatropin: efek 1/10 atropin hanya efek
midriasis
Homatropin metilbromida: antispasmodik
Skopalmin metilbromida: efek sentral <
skopolamin
Metanil bromida: ulkus peptik
Ipratropium bromida: tambahan pada asma
Pirenzepin: tukak peptik
PARASIMPATOLITIK
Kelompok Efek Contoh obat

Parasimpatolitik Menurunkan sekresi Pirenzepin


asam lambung
Midriatikum Atropin, homatropin
(melebarkan
pupil)pemeriksaan
bagian dalam mata
Pelebaran saluran Ipratropium
nafasbronkodilatasi
Memberikan efek Skopolamin
sedasi mencegah
kinetosis/ mabuk
perjalanan
Mengurangi spasmus Hiosiamin
otot polos
Dosis dan Sedian obat
SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke
puskesmas dengan keluhan ada benjolan
didaerah anus. Benjolan dirasakan nyeri,
panas dan tidak nyaman. Benjolan tampak
sedikit keluar bila mengejan tapi dapat masuk
kembali, tidak keluar darah. Setelah dilakukan
pemeriksaan RT, dokter mencurigai pasien
mengalami hemoroid interna grade 1-2
Lakukan penatalaksanaan farmakoterapi yang
rasional pada kasus diatas!
PEMBAHASAN
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran
satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di
daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar
pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat
lebih kompleks yakni melibatkan beberapa
unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak
dan otot di sekitar anorektal (Felix, 2006)
patogenesis
Lumen anal arteriovenousus faktor resiko
petekanan di P.D balik prolapsus
Jika terjadi gesekan dengan mukosa
perdarahan
Ada peran sel mast:
Menginduksi awal terjadinya vasokontriksi
permeabilitas
Tjd ekstravasasi sel darah membesar
Platelet activating factor agregasi
trombosit
Rasa nyeri yang di timbulkan aktivasi dari saraf tepi yang
ada daerah anal canal.
Aktivasi saraf tepi di sekitar mucosa anal adanya
depolarisasi pada badan sel saraf kanal ion Na terbuka
Na masuk dan ion K keluar
penatalaksanaan
Untuk hemoroid grade 1-2: (konservatif)
Memperbaiki pola hidup ( makanan berserat,
banyak minum, hindari duduk/berdiri lama)
Anstetik lokal
Kortikosteroid lokal
antiseptik
Anestetik lokal
Anestetika lokal terdiri dari 3 bagian, gugus
amin hidrofilik yang dihubungkan dengan
gugus aromatik hidrofobik oleh gugus antara.
Gugus antara dan gugus aromatik
dihubungkan oleh ikatan amida atau ikatan
ester.
Berdasarkan ikatan ini, anestetika lokal
digolongkan menjadi :
- senyawa ester (prokain, tetrakain, benzokain,
kokain)
- senyawa amida (lidokain, dibukain,
mepivakain, prilokain)
Farmakokinetik
Kecepatan onset anestetika lokal ditentukan
oleh: - kadar obat dan potensinya - jumlah
pengikatan obat oleh protein dan pengikatan
obat ke jaringan lokal - kecepatan
metabolisme - perfusi jaringan tempat
penyuntikan obat.
Aplikasi topikal anestetik lokal (trasmukosa
dan transdermal) difusi obat
Pemberian vasokonstriktor (epinefrin) +
anestetika lokal dapat menurunkan aliran
darah lokal dan mengurangi absorpsi sistemik.
Vasokonstriktor tidak boleh digunakan pada
daerah dengan sirkulasi kolateral yang sedikit
dan pada jari tangan atau kaki dan penis.
Golongan ester (prokain, tetrakain) dihidrolisis
cepat menjadi produk yang tidak aktif oleh
kolinesterase plasma dan esterase hati.
Bupivakain terikat secara ekstensif pada
protein plasma.
Farmakodinamik
Meknisme kerja utama: blokde kanal Na
Anestetik lokal berikatan dengan reseptor
dekat ujung intrasel kanal Na gerbang h
menutupi ion K kembali masuk dan ke ion Na
sebagian keluar (seimbang)
Pada anestetik topikal butuh agen yang
mampu menembus dengan cepat kulit dan
mukosa kurang berdifusi ke tempat lain.
Contoh obat: tetrakain, pramoksin, dibukain,
benzokain, diklonin.
Pada SSP
Menyebabkan efek sedasi, anxietas
Pada kardiovaskuler
Mendepresi kekuatan otot jantung dilatasi
Anestetika lokal dapat diberikan dengan cara :
Anestesi permukaan (mukosa)
Anestesi infiltrasi
Anestesi blok
Anestesi spinal
Anestesi epidural
Anestesi kaudal

You might also like