Professional Documents
Culture Documents
OLEH
Reny Selvia
Lisya Permata
Radi Irdianto H
PEMBIMBING
dr Eko Waskito Wibowo., Sp.An
Dr. Reza Fazri Prasetio., Sp.An
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama : Rahma
Umur : 44 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Labuhan kede
Suku : Aceh
No. RM : 60-56-35
Tanggal masuk : 22 November 2016
Berat badan : 67 kg
ANAMNESIS
Thorax
Inspeksi : Simetris, Retraksi (-)
Palpasi : SF ka=ki, Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba (+)
Perkusi : Redup
Auskultasi: Murmur (-)
Abdomen
Inspeksi: Distensi (-)
Palpasi : Soepel (+), Nyeri tekan (+)
Perkusi : Tympani
Auskultasi: Peristaltik (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Anus : Penonjolan membran mukosa yang melapisi daerah anus dan
rektum (+)
Ekstremitas : Pucat (-), Oedem (-), Sianosis (-), CRT <2s.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 12,7 x 103/uL
Ht : 37,7 %
Eritrosit : 4,22
Leukosit : 8.360 x 103/uL
Trombosit : 329.000 x 103/uL
Golongan Darah : B
KGDS : 79 mg/100 ml
DIAGNOSIS DIAGNOSIS BANDING
Hemoroid grade IV 1. Hemoroid
2. Prolaps rekti
3. Prolaps Ani
Teknik Anestesi
Anestesi spinal dengan bupivacaine hydrochloride 5 mg/ml, fentanyl 0,025 mg
Pernafasan spontan, maintenance O2 sebanyak 2 lpm memakai canal O2 nasal
Tekanan darah dan nadi senantiasa terkontrol
Infus RL diberikan kepada pasien sebagai rumatan, selama operasi pasien menghabiskan 1500
cc RL
Medikasi : Inj Efedrin HCL 50 mg/ml
Inj Transamin 50 ml
Propenid Supp
PASCA BEDAH
Pasien dibawa keruang recorvery room pada pukul 12 40 wib dan kembali diberikan
O2 sebayak 2 lpm. Dilakukan observasi, mual(+), muntah (-), lemas (+), pucat (-).
Keadaan pasien di ruang RR :
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Skala nyeri :6
ALDRETTE SCORE
Kesadaran : bereaksi terhadap rangsangan
Respirasi : napas spontan, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Sirkulasi : tekanan darah 120/80 mmHg
Aktivitas : anggota gerak atas dan bawah bergerak aktif/diperintah
Nadi : 100x/menit
Warna kulit : merah muda
Total aldrette score 9, pasien tidak di bawa ke ruangan
CAIRAN PEMELIHARAAN
Jumlah kebutuhan cairan pemeliharaan dewasa = 1,5-2 ml / KgBB /
Jam . (BB 67 Kg)
1,5 cc x 67 kg = 100,5 cc
Hemoroid
pembengkakan
Pemeriksaan
Diagnosis vena di pleksus
Fisik
hemoroidalis
Pemeriksaan Anoskopi
Penunjang sigmoidoskopi
penonjolan
membran mukosa
yang melapisi
daerah anus dan
rectum Nyeri pada
hemoroid
Darah segar derajat IV
pada BAB yang telah
mengalami
trombosis
Anamnesis
Hemoroid
Nonfarmakologis
Farmakologis
Penatalaksanaan
Minimal invasive
Bedah
Anestesi Spinal
Analgesia spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam
ruang subaraknoid
Indikasi
Bedah ekstremitas bawah
Bedah panggul
Tindakan sekitar rektum-perineum
Bedah obstetri-ginekologi
Bedah urologi
Bedah abdomen bawah
Pada bedah abdomen atas dan bedah pediatri biasanya
dikombinasi dengan anestesia umum ringan.
PERALATAN ANALGESIA SPINAL
Peralatan monitor
Tekanan darah, nadi, oksimetri denyut (Pulse Oxymetre) dan EKG
Peralatan resusitasi atau anestesia umum
Jarum spinal
Jarum spinal dengan ujung tajam ( ujung bambu runcing, Quncke
Babcock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pecil point whitecare).
Persiapan analgesia spinal
Setel di monito lalu tidurkan pasien misalnya dalam posisi dekubitus lateral. Beri bantal kepala, agar
tulang belakang stabil. Atur pasien membungkuk maksimal agar prosesus spinosus mudah teraba.
Posisi lain bisa dilakukan dengan duduk
Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista iliaka dengan tulang punggung ialah L4-
L5. Tentukan tempat tusukan misalnya L2-3, L3-4, Atau L4-L5. Tusukan pada L1-2 atau diatasnya
beresiko trauma terhadap medula spinalis.
Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau alkohol
Beri anestetik lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan lidocain 1-2% 2-3 mL
Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G,23G atau 25G dapat langsung
digunakan, jarum suntik biasanya spuit 10 cc. Tusukan introducer sedalam kira-kira 2cm agak sedikit
kearah sefal, kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum tersebut.
Setelah resistensi menghilang, mandrin jarum spinal dicabut dan keluar liqour, pasang spuit berisi
obat dan secara perlahan (0,5 mL per detik, diselingi aspirasi sedikit). Kalau ujung jarum spinal pada
posisi yang benar dan liquor tidak keluar, putar arah jarum 90 o biasanya liquor keluar.
Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal, misalnya bedah hemoroid dengan anestesi
hiperbarik. Jarak kulit- ligamentum flavum dewasa 6 cm.
Anestetik local yang paling sering
digunakan
Bupivakaine(markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobaric, dosis 5-
20mg
Bupivakaine(markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat
hiperbarik, dosis 5-15mg(1-3ml)
Lidokaine(xylobain,lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobaric, dosis 20-
100mg
(2-5ml)
Lidokaine(xylobain,lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.003,
sifat hyperbaric, dose 20-50mg(1-2ml)
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran
larutan bupivakain hiperbarik pada Anestesi spinal
Gravitasi
Postur tubuh
Tekanan intra abdomen
Anatomi kolumna vertebralis
Tempat penyuntikan
Manuver valsava
Volume obat
Posisi tubuh
Komplikasi
Hipotensi berat akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa dicegah
dengan memberikan infus cairan elektrolit 1000 ml atau koloid 500 ml sebelum
tindakan.
Bradikardia dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia,terjadi akibat
blok sampai T-2
Hipoventilasi akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas
Trauma pembuluh saraf
Trauma saraf
Mual-muntah
Gangguan pendengaran
Blok spinal tinggi atau spinal total
Komplikasi pasca tindakan