You are on page 1of 28

HEMOROID

OLEH
Reny Selvia
Lisya Permata
Radi Irdianto H

PEMBIMBING
dr Eko Waskito Wibowo., Sp.An
Dr. Reza Fazri Prasetio., Sp.An
STATUS PASIEN

IDENTITAS
Nama : Rahma
Umur : 44 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Labuhan kede
Suku : Aceh
No. RM : 60-56-35
Tanggal masuk : 22 November 2016
Berat badan : 67 kg
ANAMNESIS

Keluhan utama : Benjolan di anus


Telaah : Pasien datang ke RSUD Langsa dengan keluhan adanya benjolan di anus
sejak 10 tahun yang lalu, pasien mengeluhkan nyeri saat duduk dan BAB,
serta BAB berdarah, keluhan memberat sejak 1 tahun ini. Sakit
kepala (+), muntah (-).
Riwayat Penggunaan Obat : riwayat penggunaan obat disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga: riwayat penyakit keluarga disangkal
Riwayat Penyakit Terdahulu : riwayat penyakit terdahulu disangkal, Dm (-), hipertensi (-).

SATATUS GENERALISATA

Keadaan umum : Lemah


Sensorium : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
Pernafasan : 24 kali/menit
Temperatur : 37 0C
Skala nyeri :8
Berat badan : 67 kg
Panjang badan : 158 cm
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normocephal
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Cekung (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), Sekret (-)
Telinga : Normotia, Sekret (-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), Kering (+), Sianosis (-)
Lidah : Beslaq (-)
Tonsil : T1T1
Faring : Hiperemis (-)
Leher : Trakea midline, Pembesaran KGB (-)

Thorax
Inspeksi : Simetris, Retraksi (-)
Palpasi : SF ka=ki, Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba (+)
Perkusi : Redup
Auskultasi: Murmur (-)
Abdomen
Inspeksi: Distensi (-)
Palpasi : Soepel (+), Nyeri tekan (+)
Perkusi : Tympani
Auskultasi: Peristaltik (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Anus : Penonjolan membran mukosa yang melapisi daerah anus dan
rektum (+)
Ekstremitas : Pucat (-), Oedem (-), Sianosis (-), CRT <2s.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hb : 12,7 x 103/uL
Ht : 37,7 %
Eritrosit : 4,22
Leukosit : 8.360 x 103/uL
Trombosit : 329.000 x 103/uL
Golongan Darah : B
KGDS : 79 mg/100 ml
DIAGNOSIS DIAGNOSIS BANDING
Hemoroid grade IV 1. Hemoroid
2. Prolaps rekti
3. Prolaps Ani

PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN NON


IVFD Rl cor 20 tetes makro/ menit. FARMAKOLOGI
Inj Zibac 1 gram/ 12 jam. Diet bubur kecap
Inj Ketorolac 1 gram / 12 jam.
Inj Ranitidine 1 gram / 12 jam.
Inj Kalnex 1 gram / 12 jam
Inj Tramadol 1 amp
Inj Anbacim 1 gram / 12 gram
LAPORAN ANASTESI

Status fisik ASA : ASA 1


Rencana Tindakan Bedah : Hemoroidektomi

RENCANA TEKNIK ANASTESI


Persiapan : Puasa 6 jam
Tidak ada alergi obat-obatan ataupun makanan
Pemberian obat-obatan pramedikasi sesaat sebelum
operasi
VITAL SIGN
TD : 120/80 mmHg BB : 67 Kg
N : 80x/menit Skala nyeri : 8
RR : 20x/menit ASA : ASA 1
T : 37 C

Pramedikasi : Pemberian Ondansetron HCL 1 amp

Teknik Anestesi
Anestesi spinal dengan bupivacaine hydrochloride 5 mg/ml, fentanyl 0,025 mg
Pernafasan spontan, maintenance O2 sebanyak 2 lpm memakai canal O2 nasal
Tekanan darah dan nadi senantiasa terkontrol
Infus RL diberikan kepada pasien sebagai rumatan, selama operasi pasien menghabiskan 1500
cc RL
Medikasi : Inj Efedrin HCL 50 mg/ml
Inj Transamin 50 ml
Propenid Supp

PASCA BEDAH
Pasien dibawa keruang recorvery room pada pukul 12 40 wib dan kembali diberikan
O2 sebayak 2 lpm. Dilakukan observasi, mual(+), muntah (-), lemas (+), pucat (-).
Keadaan pasien di ruang RR :
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Skala nyeri :6
ALDRETTE SCORE
Kesadaran : bereaksi terhadap rangsangan
Respirasi : napas spontan, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Sirkulasi : tekanan darah 120/80 mmHg
Aktivitas : anggota gerak atas dan bawah bergerak aktif/diperintah
Nadi : 100x/menit
Warna kulit : merah muda
Total aldrette score 9, pasien tidak di bawa ke ruangan

CAIRAN PEMELIHARAAN
Jumlah kebutuhan cairan pemeliharaan dewasa = 1,5-2 ml / KgBB /
Jam . (BB 67 Kg)
1,5 cc x 67 kg = 100,5 cc
Hemoroid

Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan


penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum
Etiologi

Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelainan organik


Idiopatik
Buang air besar yang sulit
Pola buang air besar yang salah
Peningkatan tekanan intra abdomen
Kehamilan
Konstipasi kronik
Diare kronik atau diare akut yang berlebihan
Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat
Kurang olahraga
Klasifikasi Dan Derajat
GEJALA KLINIS

HEMOROID INTERNA HEMOROID EKSTERNAL


1. Prolaps dan keluarnya mukus. 1. Rasa terbakar.
2. Perdarahan. 2. Nyeri ( jika mengalami trombosis)
3. Rasa tak nyaman. 3. Gatal.
4. Gatal.
Diagnosis Hemoroid

Darah segar pada BAB


anamnesis Adanya masa pada anus
Nyeri pada anus

pembengkakan
Pemeriksaan
Diagnosis vena di pleksus
Fisik
hemoroidalis

Pemeriksaan Anoskopi
Penunjang sigmoidoskopi
penonjolan
membran mukosa
yang melapisi
daerah anus dan
rectum Nyeri pada
hemoroid
Darah segar derajat IV
pada BAB yang telah
mengalami
trombosis

Anamnesis
Hemoroid
Nonfarmakologis

Farmakologis

Penatalaksanaan
Minimal invasive

Bedah
Anestesi Spinal
Analgesia spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam
ruang subaraknoid
Indikasi
Bedah ekstremitas bawah
Bedah panggul
Tindakan sekitar rektum-perineum
Bedah obstetri-ginekologi
Bedah urologi
Bedah abdomen bawah
Pada bedah abdomen atas dan bedah pediatri biasanya
dikombinasi dengan anestesia umum ringan.
PERALATAN ANALGESIA SPINAL

Peralatan monitor
Tekanan darah, nadi, oksimetri denyut (Pulse Oxymetre) dan EKG
Peralatan resusitasi atau anestesia umum
Jarum spinal
Jarum spinal dengan ujung tajam ( ujung bambu runcing, Quncke
Babcock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pecil point whitecare).
Persiapan analgesia spinal

Setel di monito lalu tidurkan pasien misalnya dalam posisi dekubitus lateral. Beri bantal kepala, agar
tulang belakang stabil. Atur pasien membungkuk maksimal agar prosesus spinosus mudah teraba.
Posisi lain bisa dilakukan dengan duduk
Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista iliaka dengan tulang punggung ialah L4-
L5. Tentukan tempat tusukan misalnya L2-3, L3-4, Atau L4-L5. Tusukan pada L1-2 atau diatasnya
beresiko trauma terhadap medula spinalis.
Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau alkohol
Beri anestetik lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan lidocain 1-2% 2-3 mL
Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G,23G atau 25G dapat langsung
digunakan, jarum suntik biasanya spuit 10 cc. Tusukan introducer sedalam kira-kira 2cm agak sedikit
kearah sefal, kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum tersebut.
Setelah resistensi menghilang, mandrin jarum spinal dicabut dan keluar liqour, pasang spuit berisi
obat dan secara perlahan (0,5 mL per detik, diselingi aspirasi sedikit). Kalau ujung jarum spinal pada
posisi yang benar dan liquor tidak keluar, putar arah jarum 90 o biasanya liquor keluar.
Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal, misalnya bedah hemoroid dengan anestesi
hiperbarik. Jarak kulit- ligamentum flavum dewasa 6 cm.

Anestetik local yang paling sering
digunakan
Bupivakaine(markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobaric, dosis 5-
20mg
Bupivakaine(markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat
hiperbarik, dosis 5-15mg(1-3ml)
Lidokaine(xylobain,lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobaric, dosis 20-
100mg
(2-5ml)
Lidokaine(xylobain,lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.003,
sifat hyperbaric, dose 20-50mg(1-2ml)
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran
larutan bupivakain hiperbarik pada Anestesi spinal

Gravitasi
Postur tubuh
Tekanan intra abdomen
Anatomi kolumna vertebralis
Tempat penyuntikan
Manuver valsava
Volume obat
Posisi tubuh
Komplikasi

Hipotensi berat akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa dicegah
dengan memberikan infus cairan elektrolit 1000 ml atau koloid 500 ml sebelum
tindakan.
Bradikardia dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia,terjadi akibat
blok sampai T-2
Hipoventilasi akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas
Trauma pembuluh saraf
Trauma saraf
Mual-muntah
Gangguan pendengaran
Blok spinal tinggi atau spinal total
Komplikasi pasca tindakan

Nyeri tempat suntikan


Nyeri punggung
Nyeri kepala karena kebocoran likuor
Meningitis
referensi

1. Latif, Said A. Suryandi, Kartini A. Dachlan M Ruswan, Anestesiologi Ed 2, 2007, Jakarta :


Bagian Anestesiologi Dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
2. Nileshwar, Anita. Instant Access Anestesiologi, 2014, Tanggerang Selatan : Binarupa Aksara
Publisher.
3. Emergency And Critical Care Medical Mini Notes, 2015, Makasar.
4. Sudoyo, A W, dkk., 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
5. Katzung B, 2010, Farmakologi Dasar Dan Klinik Ed 10, Fakultas Kedokteran UNSRI, Jakarta :
EGC.
6. Bernads, Christopher M., 2006, Spinal Anesthesia. Clinical Anasthesia 5 th, USA ; Lippcott
William & Wilkins.

You might also like