You are on page 1of 19

OM SWASTYASTU

Nama Kelompok 4 :
1. Ni Putu Ayu Puspita Arisya (8)
2. Indu Putrawan (17)
3. I Gede Oka Pradnyana Putra (22)
4. I Gst Ayu Rida Ningrum (24)
5. Ni Nyoman Trisna Haryanti (31)
6. I Komang Widnyana (33)
7. Yolanda Onazis (35)
Politik Luar Negeri Masa
Pemerintahan B.J.Habibie
dan Abdurrahman Wahid
( Era Reformasi )
Pemerintahan Habibie
Era pemerintahan Habibie dimulai saat berakhirnya
masa pemerintahan Orde Baru di bawah rezim
Soeharto. Soeharto lengser dari jabatannya sebagai
Kepala Negara sekaligus mengakhiri pemerintahan
Orde Baru yang telah berlangsung selama 32 tahun
pada.tanggal 21 Mei 1998. Dengan turunnya
Soeharto, maka tongkat kekuasaan Republik
Indonesia saat itu dialihkan kepada wakilnya yaitu BJ
Habibie.Habibie langsung mewarisi beberapa
persoalan era Orde Baru.
Merosotnya nilai tukar rupiah yang sangat
tajam, akibat dari serbuan yang mendadak dan
secara bertubi-tubi terhadap dollar AS dan
jatuh temponya utang swasta luar negeri dalam
jumlah besar. Inflasi yang tinggi, jumlah
pengangguran dan kemiskinan yang meningkat
Krisis multidimensional yang dialami Indonesia
akhir orde baru mengakibatkan berkurangnya
kepercayaan internasional terhadap
Indonesia.Sebab, kondisi Indonesia sedang kacau
balau baik dari kehidupan ekonomi, politik,
maupun sosial-budaya. Para investor asing pun
menjadi enggan berinvestasi di Indonesia.
Aktor Yang Berperan Dalam Polugri Era Habibie
A. Presiden
Sebagai presiden, Habibie memang berperan besar dalam
proses pengambilan kebijakan. Pada awal masa
pemerintahannya, banyak terdapat permasalahan legitimasi dan
krisis moneter, yang mengakibatkan kurangnya kepercayaan
masyarakat domestik dan internasional terhadapnya.Untuk
memperoleh dukungan internasional, Habibie menghasilkan dua
Undang-Undang (UU) menyangkut masalah Hak Asasi Manusia
(HAM). Selain itu, pemerintahan B.J. Habibie pun berhasil
mendorong ratifikasi empat konvensi internasional dalam
masalah hak-hak pekerja, serta membentuk Komnas Perempuan.
B. TNI
Pada masa reformasi era presiden BJ Habibie, TNI
adalah salah satu aktor politik luar negeri yang cukup
berpengaruh dalam kepemerintahan negara Republik
Indonesia.Dalam masa pemerintahan Presiden BJ Habibie
yang melanjutkan era Soeharto, beliau membuat kebijakan
terkait reformasi militer.Ada beberapa hal yang perlu
dicatat sebagai bagian positif penataan militer pada era ini
dalam hal penataan masalah pertahanan dan kemanan serta
perubahan paradigma militer.
Fokus Politik Luar Negeri Era Habibie
Dalam menjalankan politik luar negeri era reformasi, terdapat 3
fokus utama yaitu :
a. Pemulihan citra Indonesia
Fokus pertama adalah pemulihan citra Indonesia di mata
internasional. Sebab, ketika orde baru banyak permasalahan
yang diwariskan kepada kepemimpinan yang baru, utamanya
adalah krisis multidimensional yang menyebabkan
keterpurukan yang dialami Indonesia tidak sebatas
permasalahan ekonomi-politik tetapi juga merambah ke aspek
sosial-budaya.Menurut Dhurorudin Mashad Realitas ekonomi
dan politik domestik pasca orde baru telah menyebabkan
posisi dan kredibilitas Indonesia di luar negeri sangat
merosot.
b. Mendahulukan stabilisasi sosial, ekonomi dan politik
Fokus kedua adalah mendahulukan stabilisasi
ekonomi, sosial dan politik. Karakter politik luar neneri
Indonesia era pemerintahan BJ Habibie dikatakan no
profile, hal tersebut karena tidak adanya peranan
Indonesia secara jelas dalam implementasi politik luar
negerinya.
Dalam usaha menjaga stabilitas sosial, ekonomi dan
politik dalam negeri Habibie berusaha
mendapatkan dukungan internasional melalui berbag
ai cara, antara lain : pemerintahan Habibie
menghasilkan dua Undang- Undang (UU) yang
berkaitan dengan perlindungan atas hak asasi manusia
yaitu UU no.5/1998 mengenai Pengesahan Convention
against Torture and other Cruel,Inhuman or Degrading
Treatment or Punishment dan UU no.29/1999 mengenai
Pengesahan Convention on the Elimination of All
Forms of Racial Discrimination 1965.
Tetapi Habibie kurang berhasil dalam menyikapi
masalah Timor-Timur. Pada kasus Timor-Timur
Juni 1998 Habibie mengeluarkan pernyataan
adanya pemberlakuan otonomi seluas-luasnya
untuk provinsi Timor Timur. Hingga pada akhirnya
Indonesia harus kehilangan Timor- Timur,
akibatnya Habibie kehilangan kepercayaan baik
dimata masyarakat internasional maupun domestik.
c. Memobilisasi sumber daya demi memperoleh
bantuan ekonomi.
Implementasi yang dilakukan Habibie
terutama lebih ditekankan pada upaya
pendekatan kepada Barat, utamanya Eropa.
Kepemimpinan Habibie akhirnya mendapat
dukungan internasional ketika menawarkan
referendum kepada Timor-Timur.
Habibie berhasil menarik perhatian internasional
sebagai kompensasi atas minimnya legitimasi
dalam negeri, seperti terlihat dalam hubungan
Habibie dan IMF. Jika di era Soeharto, IMF
mendesak menghentikan proyek pembuatan
pesawat rancangan Habibie yang berbiaya tinggi,
namun di era Habibie justru tidak dipersoalkan
lagi. IMF dan bank dunia justru mencairkan
program bantuan untuk mengatasi krisis ekonomi
sebesar 43 milliar dolar AS, bahkan menawarkan
tambahan bantuan sebesar 14 milliar dolar AS
Pemerintahan Abdurrahman Wahid
Abdurrahman Wahid atau yang kerap disapa Gus
Dur termasuk salah satu presiden Indonesia yang
paling sering melakukan kunjungan ke luar negeri
dengan tujuan untuk memulihkan nama baik
Indonesia sekaligus berdiplomasi meminta bantuan
dan dukungan luar negeri.
Keberhasilan yang diraih Gus Dur dalam sektor
politik luar negeri ialah perbaikan citra Indonesia
sehingga investasi asing pun dapat mengalir
membantu perekonomian Indonesia yang masih
merosot akibat krisis. . Profil Gus Dur banyak
dinilai controversial dan mengarahkan politik luar
negeri Indonesia ke arah yang high profile
kembali. Salah satu niatan Gus Dur yang paling
controversial ialah rencananya untuk membuka
hubungan dagang dengan dengan Israel, namun
dibatalkan karena banyaknya kecaman dan
penolakan dari dalam negeri.
Hambatan yang muncul pada era kepemimpinan Gus Dur:
1. Transisi demokrasi menyebabkan ketidakstabilan
politik
2. Perekonomian masih belum bangkit dari krisis
3. Konflik horizontal dan vertical semakin
bermunculan dan mengancam keamanan nasional
4. Kurangnya kepercayaan internasional terhadap citra
Indonesia yang memburuk
5. Kurangnya dukungan dari dalam negeri terhadap
kebijakan yang diambil Gus Dur
6. Transisi politik dan demokrasi menyebabkan
kepercayaan terhadap pemerintah dari rakyat masih
minim
Indonesia pada masa pemerintahan Gus Dur
menetapkan kebijakan politik dan hubungan luar negeri
yang disebut Ecumenical Diplomacy yaitu merangkul
semua negara untuk memperluas persahabatan dan
kerjasama yang saling menguntungkan
Diplomasi ekonomi juga menjadi aspek penting yang
menjadi fokus dalam pemerintahan Gus Dur.Tujuannya
adalah mendapatkan kepercayaan dari luar negeri
dengan maksud menarik investor asing ke Indonesia.
OM
SANTIH, SANTIH, SANTIH
OM

You might also like