You are on page 1of 90

MITIGASI &

PENANGANAN BENCANA
AAZOKHI WARUWU
I. MITIGASI
1.1. Definisi Mitigasi [1]
1.2. Konsep-konsep Mitigasi [1]
1.3. Mitigasi Bencana Berbasis Kajian Resiko [2]
1.1. Definisi Mitigasi
Tindakan-tindakan yang bertujuan untuk
mereduksi dampak bencana baik dampak ke
komunitas yaitu jiwa, harta benda, maupun
dampak ke infrastruktur. Dalam kaitan dengan
waktu, tindakan mitigasi hampir mirip dengan
tindakan preventif (Kodoatie,Robert J.,dan
Sjarief Roestam, 2006).
Mitigasi
Upaya yang dilakukan untuk
meminimalkan dampak yang
ditimbulkan oleh bencana
Ada 2 bentuk mitigasi :
Mitigasi struktural (membuat check dam,
bendungan, tanggul sungai, dll.)
Mitigasi non struktural (peraturan, tata
ruang, pelatihan)
Mitigasi Bencana
Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana
(UU 24/2007)

Bentuk mitigasi :
Mitigasi struktural (membuat chekdam,
bendungan, tanggul sungai, rumah tahan gempa,
dll.)
Mitigasi non-struktural (peraturan perundang-
undangan, pelatihan, dll.) 6
Rencana tindakan untuk mitigasi bencana untuk negara-negara
berkembang dalam 10 petunjuk prinsip mitigasi bencana
1.2. Konsep-konsep Mitigasi
Tahap pertama yang penting dalam setiap strategi
mitigasi adalah memahami sifat bahaya-bahaya yang
mungkin akan dihadapi.
Daftar dan urutan bahaya-bahaya sesuai dengan
kepentingan untuk setiap negara dan daerah, bahkan
bahaya bencana bisa bervariasi dari desa ke desa.
Kajian-kajian dan pemetaan bisa membantu
mengidentifikasikan bahaya bahaya yang paling
signifikan di setiap area.
Memahami bahwa setiap bahaya memerlukan
pemahaman tentang
Penyebab-penyebabnya.
Penyebaran geografisnya, ukuran atau keparahan,
dan kemungkinan frekuensi kemunculannya.
Mekanisme kerusakan fisik.

Elemen-elemen dan aktivitas yang paling rentan


terhadap kerusakan.
Kemungkinan konsekuensi sosial dan ekonomi dari
bencana.
Mitigasi tidak hanya menyelamatkan hidup dan yang
terluka dan mengurangi kerugiankerugian harta benda,
akan tetapi juga mengurangi konsekuensi-konsekuensi
yang saling merugikan dari bahaya-bahaya alam
terhadap aktivitas-aktivitas ekonomi dan sosial.
Jika sumber-sumber mitigasi terbatas, maka harus
ditargetkan pada yang paling efktif untuk elemen-
elemen yang paling rentan dan mendukung tingkat
aktivitas-aktivitas masyarakat yang ada.
Penilaian kerentanan merupakan aspek penting dari
perencanaan mitigasi yang efektif. Kerentanan secara
tidak langsung menyatakan kerawanan terhadap
kerusakan fisik dan kerusakan ekonomi dan kurangnya
sumber daya untuk pemulihan yang cepat.
Untuk mengurangi kerentanan fisik elemenelemen yang
lemah bisa dilindungi atau diperkuat. Untuk mengurangi
kerentanan institusiinstitusi sosial dan kativitas-aktivitas
ekonomi, infrastruktur perlu dimodifikasi atau diperkuat
atau pengaturan-pengaturan institusi dimodifikasi.
Elemen-elemen yang paling beresiko
Kumpulan bangunan yang lemah dengan tingkat hunian yang
tinggi.
Tanah, pecahan batu, dan bangunan dari batu tanpa diperkuat
kerangka.
Bangunan-bangunan dengan atap yang berat.
Bangunan-bangunan tua.
Bangunan dengan kualitas rendah atau dengan konstruksi yang
cacat.
Bangunan-bangunan tinggi yang jauh dari gempabumi, dan
bangunan-bangunan
yang dibangun diatas tanah lembek, bangunan-bangunan yang
ditempatkan
pada lereng-lereng yang lemah.
Infrastruktur diatas tanah atau tertanam didalam tanah-tanah
yang mengalami perubahan bentuk.
Pabrik-pabrik industri dan kimia juga mendatangkan resiko
sekunder.
Strategi-strategi mitigasi utama
Rekayasa bangunan-bangunan untuk menahan kekuatan getaran.
Undang-undang bangunan gempa dan peraturan tata guna
tanah.
Kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan undang-undang
bangunan dan dorongan akan standar kualitas bangunan yang
lebih tinggi.
Konstruksi dari bangunan-bangunan sektor umum yang penting
menurut standar tinggi dari rancangan teknik sipil.
Memperkuat bangunan-bangunan penting, yang diketahui
rentan.
Perencanaan lokasi untuk mengurangi kepadatan penduduk
didaerah-daerah geologi yang diketahui dapat melipatgandakan
getaran bumi.
Asuransi.
Penetapan zona gempa.
Partisipasi masyarakat
Konstruksi bangunan tahan gempa dan keinginan untuk
bertempat tinggal didalam rumah yang aman terlindung dari
kekuatan gempa.
Kesadaran akan resiko gempabumi.
Aktivitas-aktivitas dan pengaturan isi bangunan dilakukan
dengan selalu mempertimbangkan adanya kemungkinan
getaran bumi.
Sumber-sumber kebakaran yang terbuka, peralatan yang
berbahaya dan sebagainya dibuat stabil dan aman.
Pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan pada saat
terjadi gempa.
Partisipasi dalam latihan-latihan gempabumi,
praktek-praktek, program-program kesadaran
umum.
Kelompok-kelompok aksi masyarakat terhadap
perlindungan sipil. pelatihan pemadam kebakaran
dan bantuan pertama.
Persiapan memadamkan kebakaran, alatalat
penggalian, dan peralatan perlindungan sipil lainnya.
Rencana pelatihan anggota-anggota keluarga pada
tingkat keluarga.
1.3. Mitigasi Bencana Berbasis
Kajian Resiko
II. BENCANA ALAM
2.1. Definisi Bencana [3], [4]
2.2. Potensi Ancaman Bencana
2.3. Sistem Penaggulangan Bencana
2.4. Peran Serta Masyarakat
2.1. Definisi Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. (Definisi bencana menurut UU No.
24 tahun 2007)
Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu
ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang di
picu oleh suatu kejadian.
Definisi Bencana (1)

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian


peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
non-alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (UU
24/2007)
22
Definisi Bencana (2)

Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian


suatu masyarakat, sehingga menyebabkan
kerugian yang meluas pada kehidupan manusia
dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan
yang melampaui kemampuan masyarakat yang
bersangkutan untuk mengatasi dengan
menggunakan sumberdaya mereka sendiri.
(ISDR, 2004)
23
Jenis Bencana (UU
24/2007)
Alam

BENCANA Non Alam

Sosial

24
Bencana Alam :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempabumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor

25
Bencana non-Alam :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain
berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,
dan wabah penyakit.

Bencana Sosial :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia
yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror.
26
Jenis Bencana
Geologi Teknologi
Gempabumi, tsunami, Kecelakaan transportasi,
longsor, gerakan tanah industri
Hidro-meteorologi Lingkungan
Banjir, topan, banjir Kebakaran,kebakaran
bandang,kekeringan hutan, penggundulan
Biologi hutan.
Epidemi, penyakit Sosial
tanaman, hewan Konflik, terrorisme
2.2. Potensi Ancaman Bencana
Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster)
maupun oleh ulah manusia (man-made disaster). Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan bencana antara lain:
Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia
(man-made hazards) yang menurut United Nations International
Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) dapat
dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological hazards),
bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya
biologi (biological hazards), bahaya teknologi (technological
hazards) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental
degradation)
Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat,
infrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/ kawasan yang
berisiko bencana
Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam
masyarakat
Terjadinya Bencana
Pemicu

Ancaman
Bahaya

RISIKO
BENCANA
BENCANA

Kerentanan
Risiko

?
Manajemen Risiko
Risiko
Kapasitas Hazard

Global Development
Warming Vs
Climate Developing
Changes kerentanan

Risiko = Hazard x Kerentanan/Kapasitas


Bahaya (hazard)
Suatu kondisi, secara alamiah maupun karena
ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan
kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa
manusia.

Bahaya berpotensi menimbulkan bencana, tetapi


tidak semua bahaya selalu menjadi bencana.
Faktor Bahaya
Geologi Teknologi
Gempabumi, Kecelakaan
tsunami, longsor, transportasi,
gerakan tanah industri
Hidro-meteorologi Lingkungan
Banjir, topan, banjir Kebakaran,kebakar
an hutan,
bandang,kekeringan
penggundulan
Biologi hutan.
Epidemi, penyakit Sosial
33
tanaman, hewan Konflik, terrorisme
Kerentanan (vulnerability)
Sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat
keadaan (faktor fisik, sosial, ekonomi dan
lingkungan) yang berpengaruh buruk
terhadap upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan bencana.
Faktor Kerentanan
Fisik:
kekuatan bangunan struktur (rumah, jalan, jembatan)
terhadap ancaman bencana
Sosial:
kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi,
perilaku masyarakat) terhadap ancaman bencana
Ekonomi:
kemampuan finansial masyarakat dalam menghadapi
ancaman di wilayahnya
Lingkungan:
Tingkat ketersediaan / kelangkaan sumberdaya (lahan, air,
udara) serta kerusakan lingkungan yan terjadi.
35
Kemampuan (capability)
Kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh
perorangan, keluarga dan masyarakat yang
membuat mereka mampu mencegah,
mengurangi, siap-siaga, menanggapi dengan
cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan
dan bencana.
Resiko (risk)
Besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi
korban manusia, kerusakan dan kerugian
ekonomi yg disebabkan oleh bahaya tertentu di
suatu daerah pada suatu waktu tertentu.
Resiko biasanya dihitung secara matematis,
merupakan probabilitas dari dampak atau
konsekwesi suatu bahaya.
Kerentanan (vulnerability)
Sekumpulan kondisi yang mengarah dan
menimbulkan konsekwensi (fisik, sosial,
ekonomi dan perilaku) yang berpengaruh buruk
terhadap upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan bencana.
Misalnya : penebangan hutan, penambangan
batu, membakar hutan. .
Posisi Geografis Indonesia
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng
tektonik dunia, memiliki lebih dari 128 gunung berapi
aktif, dan sekitar 150 sungai, baik besar maupun kecil,
yang melintasui wilayah padat penduduk.
Danau toba yang terkenal itupun sebetulnya sebuah
Caldera atau lubang dipermukaan bumi yang
diakibatkan oleh gempa vulkanik. Bila luas danau toba
mencapai 100 kilometer persegi, bisa dibayangkan
betapa besar gempa tersebut, yang konon terjadi sekitar
74000 tahun lalu.
Coba kita ingat beberapa catatan bencana alam besar yang
pernah di alami negeri tercinta ini.
1815 Gunung tambora meletus. Jumlah korban saat itu
tidak tercatat dengan baik, namun dapat dipastikan melebihi
jumlah korban letusan gunung krakatau.
1883 Gunung krakatau meletus, mengakibatkan tsunami
dan menghilangkan lebih dari 36000 jiwa. Letusan ini
menjadi catatan sejarah dunia tersendiri karena tsunami
yang diakibatkan mencapai hingga Hawaii dan Amerika
Selatan.
1930 Gunung merapi meletus. Mengakibatkan 1300 orang
harus kehilangan nyawa
1963 Gunung Agung Meletus. Menewaskan sekitar 1000
jiwa
2004 Gempa dan Tsunami melumatkan aceh dan
kawasan sekitarnya serta menewaskan sekitar 170
ribu jiwa, jumlah terbesar yang tercatat dalam
sejarah modern bencana alam indonesia
2005 Gempa di Nias Sumatera tanggal 28 Maret
2005 mengakibatkan sekitar 1000 orang meninggal
2006 Gempa di Yogyakarta, menewaskan sekitar
5.782 jiwa
2007 Gempa di Bengkulu - Sumatera tanggal 12
september 2007 yang mengakibatkan sekitar 70
penduduk tewas.
Itu semua belum termasuk bencana banjir, tanah longsor, angin
topan dan sebagainya. Dan yang penting harus tertanam dibenak
kita, bencana bukan hanya bencana alam, bencana dapat terjadi
karena faktor alam maupun non alam seperti budaya, agama, dan
tentu saja manusia. Di indonesia, risiko bencana dapat
disebabkna oleh faktor geologis (gempa, tsunami, letusan gunung
berapi), Hydrometeorologis (bnajir, tanah longsor, kekeringan,
angin topan), biologis (wabah penyakit, penyakit tanaman,
penyakit ternak, hama tanaman), kegagalan teknologi (kecelakaan
industri dan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan
kimia), dan faktor sosial politik (konflik horisontal, terorisme,
ideologi, religi).
BAHAYA
Bahaya adalah keadaan atau fenomena alam yang dapat
berpotensi menyebabkan korban jiwa atau kerusakan benda
/ lingkungan

Jenis-jenis Bahaya :
1. Geologi
2. Hidrometeorolgi
3. Teknologi
4. Lingkungan
5. Sosial
6. Biologi
BAHAYA GEOLOGI
WILAYAH RAWAN BENCANA GEMPABUMI
Dampak Bencana Gempabumi

Korban Gempa Jateng, DIY


BUNKER PENGAMAN UMBUL
WADON DI K. KUNING 1994
Kawah Merapi terbentuk karena
Letusan 1930
(letusan terbesar pada abad XX,
korban 1369 org)

Sabo
TANAH LONGSOR
TSUNAMI

1945/12/4000
1819/ ? / ?
1762/1.8/ ?
1524/ ? / ?
1868/4/ ?
1941/ ? /5000
1881/1.2/ ?

2004/35/300,000
1907/2.8/400 1967/2/0
2 x1861/ ? / 2605
1797/ ? /300
1931/32/ ?
1883/35/36,500
2006/4/637 1994/13/238
1977/6/180

Year/Run-up (m)/Deaths
(18 major events since 1524)
HIDRO-
METEOROLOGI
PETA PERKIRAAN DAERAH RAWAN BANJIR
BANJIR
BANJIR BANDANG

Banjir Bandang Bohorok


KEKERINGAN

Perbaikan saluran (di Cirebon) Kekeringan di Jawa 2003


TOPAN

Warning System

Prakiraan badai

Awan Badai Tropical Cyclone


BIOLOGI
BIOLOGI
Epidemi, penyakit
tanaman, hewan,
SARS, Flu Burung
dll.

Kandang kurang Bersih ?

Korban Flu Burung


BAHAYA
TEKNOLOGI
Bahaya Teknologi

Kecelakaan Pesawat

Semburan lumpur Sidoarjo

Akibat Radiasi Nuklir / Radioaktif


LINGKUNGAN
KEBAKARAN HUTAN

Memadamkan kebakaran hutan

Peta Rawan Kebakaran Hutan


SOSIAL
TEROR

Tragedi Bom Bali


KONFLIK

Konflik Sosial di Pontianak


2.3. Sistem Penanggulangan
Bencana
Undang-undang no. 24 tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana merupakan landasan bagi
sistem nasional penanggulangan bencana yang terdiri
atas :
Legislasi
Kelembagaan
Perencanaan
Pendanaan
Ilmu Penegtahuan dan Teknologi
Penyelenggaraan PB
Penanggulangan Bencana
(Disaster Management)
Serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang
berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat,
rehabilitasi dan rekonstruksi (UU
24/2007).

69
Pencegahan
Pem ulihan dan Mitigasi

Tanggap
Kesiapsiagaan
Darurat

BENCANA

70
Siklus Manajemen Bencana
BENCANA

Tanggap
Kesiapan Darurat

Pencegahan Pemulihan
dan Mitigasi
Pra Bencana Tanggap Darurat Pasca Bencana
72
MANAJEMEN BENCANA

MANAJEMEN
RESIKO
BENCANA
PENCEGAHAN
DAN MITIGASI MANAJEMEN MANAJEMEN
KEDARURATAN PEMULIHAN
KESIAPSIAGAAN

PRA BENCANA SAAT BENCANA PASCA BENCANA


73
Kegiatan-kegiatan Manajemen Bencana
A. Pencegahan (prevention)
B. Mitigasi (mitigation)
C. Kesiapan (preparedness)
D. Peringatan Dini (early warning)
E. Tanggap Darurat (response)
F. Bantuan Darurat (relief)
G. Pemulihan (recovery)
H. Rehablitasi (rehabilitation)
I. Rekonstruksi (reconstruction)
Pencegahan (prevention)

Upaya yang dilakukan untuk mencegah


terjadinya bencana (jika mungkin
dengan meniadakan bahaya).
Misalnya :
- Melarang pembakaran hutan
dalam perladangan
- Melarang penambangan batu di
daerah yang curam.
Kesiapsiagaan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007)

Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos


komando, penyiapan lokasi evakuasi,
Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi
peraturan / pedoman penanggulangan
bencana. 76
Peringatan Dini
Serangkaian kegiatan pemberian
peringatan sesegera mungkin kepada
masyarakat tentang kemungkinan terjadinya
bencana pada suatu tempat oleh lembaga
yang berwenang (UU 24/2007)

Pemberian peringatan dini harus :


Menjangkau masyarakat (accesible)
Segera (immediate)
Tegas tidak membingungkan (coherent)
Bersifat resmi (official) 77
Peringatan Dini
Upaya untuk memberikan tanda
peringatan bahwa bencana
kemungkinan akan segera terjadi.
Pemberian peringatan dini harus :
- Menjangkau masyarakat (accesible)
- Segera (immediate)
- Tegas tidak membingungkan
(coherent)
- Bersifat resmi (official)
Mitigasi Bencana
Serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana, baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman
bencana (UU 24/2007)

Bentuk mitigasi :
Mitigasi struktural (membuat chekdam,
bendungan, tanggul sungai, rumah tahan
gempa, dll.)
Mitigasi non-struktural (peraturan perundang-
undangan, pelatihan, dll.) 79
Mitigasi
Upaya yang dilakukan untuk
meminimalkan dampak yang
ditimbulkan oleh bencana
Ada 2 bentuk mitigasi :
Mitigasi struktural (membuat check dam,
bendungan, tanggul sungai, dll.)
Mitigasi non struktural (peraturan, tata
ruang, pelatihan)
Tanggap Darurat (response)
Upaya yang dilakukan segera pada
saat kejadian bencana, untuk
menanggulangi dampak yang
ditimbulkan, terutama berupa
penyelamatan korban dan harta
benda, evakuasi dan pengungsian.
Bantuan Darurat (relief)
Merupakan upaya untuk
memberikan bantuan
berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan
dasar berupa :
- pangan,
- sandang
- tempat tinggal
sementara
- kesehatan, sanitasi
dan air bersih
Pemulihan (recovery)
Proses pemulihan darurat kondisi
masyarakat yang terkena bencana,
dengan memfungsikan kembali
prasarana dan sarana pada keadaan
semula.
Upaya yang dilakukan adalah
memperbaiki prasarana dan pelayanan
dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar
puskesmas, dll).
Rehabilitasi (rehabilitation)

Upaya langkah yang diambil setelah


kejadian bencana untuk membantu
masyarakat memperbaiki rumahnya,
fasilitas umum dan fasilitas sosial
penting, dan menghidupkan kembali
roda perekonomian.
Rekonstruksi (reconstruction)

Program jangka menengah dan jangka


panjang guna perbaikan fisik, sosial dan
ekonomi untuk mengembalikan
kehidupan masyarakat pada kondisi
yang sama atau lebih baik dari
sebelumnya.
KEMITRAAN SEBAGAI WUJUD KEBERSAMAAN
DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

I know!, You guys want to help


me. But please wait ya, I will tell
you what I need.
What should we do together ?

? BNPB ? SEKTOR
/BPBD LAIN / LSM
2.4. Peran Serta Masyarakat
Sebagai lembaga koordinasi dan pelaksana BNPB (Dulu
Bakornas PB) telah banyak terjun langsung menangani bencana
di seluruh pelosok indonesia. Bencana gempa dan tsunami aceh
pada tanggal 26 desember 2004 merupakan momentum penting
yang menandai peran aktif masyarakat, baik lokal maupun yang
datang dari propinsi lain serta masyarakat dan lembaga
internasional, dalam penangan bencana.
Namun secara kualitas hal ini masih bisa ditingkatkan, mengingat
penanganan bencana didaerah masih lebih banyak bersifat
responsif (bertindak ketika bencana telah terjadi) belum
sepenuhnya preventif (melakukan antispasi pengurangan risiko
sebelum bencana terjadi).

You might also like