MODUL 5.

2
MATERI THT-KL
MATERI

RINOLOGI INFEKSI

UNDIP UNIVERSITAS
DIPONEGORO
becomes an axcellent research university
 TOPIK BAHASAN
Rinitis akut (4)
Rinitis kronik (3A)
Rinosinusitis akut (2)
Rinosinusitis kronik (3A)
 STANDAR KOMPETENSI

Mahasiswa dapat mengevaluasi kelainan

hidung baik berupa infeksi akut dan kronik
sehingga dapat mendesain upaya kesehatan
dalam melayani masyarakat berdasarkan etika
kedokteran
 KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu :
1. Menguasai anatomi, histologi, fisiologi hidung dan sinus paranasal.
2. mampu menjelaskan etiologi, predisposisi, patofisiologi dan
gambaran klinis infeksi hidung dan sinus paranasal
3. menentukan dan melakukan pemeriksaan penunjang (foto
rontgen, CT scan, MRI, nasoendoskopi)
4. Membuat diagnosis infeksi hidung dan sinus paranasal
5. Melaksanakan penatalaksanaan infeksi hidung dan sinus
paranasal: pemberian antibotik, keputusan penanganan tindakan,
menatalaksanaan komplikasi tindakan operatif
6. melakukan work-up, menentukan terapi dan memutuskan untuk
melakukan rujukan ke spesialis yang relevan.
 RINITIS

Akut
Kronik
INFEKSI
Spesifik
Non Spesifik
 RINITIS AKUT
Meningkat saat pergantian musim
Anak 5 - 7, kadang 12x/tahun
Dewasa 2/3 x/tahun
Faktor risiko merokok, gizi buruk, lingkungan
padat penduduk, gaya hidup, sosek kurang
Aktivitas berat Risiko CC
Aktivitas sedang berhubungan dengan sistem imun
yang berperan dalam prevensi CC
SYMPTOMS SIGNS
Common / Early Other Fever
Anterior rhinoscopy :
Sore throat Headache oedem
hiperemic
Rhinorrhea Hoarseness serous nasal
discharge
Watery eyes Arthralgia

Nasal congestion Sinus

congestion/pain
Sneezing Ear pressure

Coughing Nonproductive cough

Malaise Fever

Fatigue Myalgia
 TERAPI
Hidrasi yang cukup
Berhenti atau mengurangi frekuensi merokok
Teknik pengeluaran ingus yang tepat
Room air humidifier
 FARMAKOLOGI
Tujuan mengatasi gejala dan mencegah komplikasi

DEKONGESTAN
ANTIHISTAMIN
IRIGASI NASAL

MUKOLITIK ANTIPIRETIK
ANALGETIK
ZINC, VIT C,
ECHINACEA
PENCEGAHAN
Diet seimbang
Istirahat cukup
Managemen stress
Aktivitas sedang
Mengurangi atau berhenti merokok
Hindari paparan asap rokok
Hindari kontak dengan penderita CC
Mencuci tangan secara berkala
 RINITIS KRONIK (3A)
Definisi
Patofisiologi
Diagnosis berdasarkan :
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Terapi
Indikasi merujuk pasien
 Rhinitis chronica
RINITIS KRONIK NON SPESIFIK Atrophicanscum foetida
Ozaenae
Dry rinitis
Rare and progressive cases Rhinitis sicca
Prevalens P : L = 3 : 1 Open-nose syndrome
Mostly on puberty age
Endemic in tropical areas with hot climates and in
developing countries

PRIMARY
Endocrine
SECONDARY
Vascular disorders
Surgery
Nutrition
Trauma
Anatomy
Radiation therapy
Autoimmune infection
Genetic
 RINITIS ATROFI
SYMPTOMS :
Nasal obstruction ; disruption of air flow
Headache
Epistaxis ; pell of crusting
Anosmia ; atrophy of the olfactory mucosa
Bad smell from the nose
Throat discomfort

PHYSICAL EXAMINATION :
Foetor nasi
Green, yellow or black crusting ;
sometimes difficult to removed
Konka media and inferior atrophy
Faringitis sicca
 RINITIS ATROFI
ADVANCE EXAMINATION :
Transillumination
Microbiology : Culture and sensitivity test
Histopatology
Radiology : CT Scan SPN
RINITIS ATROFI
THERAPY
Nasal cavity irrigation ; normal saline
Nasal drop lubrication ; 2% menthol in parafin
Intranasal tamponade ; 24hour, 25% glucose in glycerin
inhibit proteolytic organisms and soften the crust
Antibiotics ; according to culture sensitivity initial therapy :
streptomycin, rifampicin or ciprofloxacin
High dose vit A ;
(12.500 to 15.000 IU each day/2 weeks)
Iron preparation
 RINITIS TUBERKULOSA
Jarang
Causa : Mikobakterium Tuberculosa
Bisa primer atau sekunder
GEJALA : Nyeri, Obstruksi, Sekret mukopurulen
TANDA :
Nodul merah terang dg /tanpa ulserasi
Lesi : Nodul/ulserasi pd septum, konka
media/inferior
PEMERIKSAAN PENUNJANG : Bakteriologi, biopsi
TERAPI: OAT ekstrapulmoner & Nose toilet
 RINITIS SIFILIS / LUETIKA
Causa : Treponema Pallidum
Khas : edem, end arteritis pd lumen menyempit, nekrosis &
ulserasi
PRIMER : lesi di vestibulum & hidung luar, papul dg ulkus yg
keras,tidak sakit (3-4mgg stlh kontak) ,hilang spontan (6-10
mgg)
Test serologi + /-
SEKUNDER: >> 10 mgg
Sangat infeksius (mirip R.Simplek)
Sulit didiagnosa ,kec, ada lesi lain
Test serologi +++
TERSIER khas Gumma
Merusak perios,tulang : sadle nose
Terapi : PPO
RINITIS LEPROMATOSA
Granulomatosa spesifik
Causa : Mikobakterium leprae
Inkubasi s/d 10 tahun MADAROSIS

Tanda klinis : Hypocromic spots

General = tanda morbus hansen (madarosis, spot
hipokromik, plak eritematosus) saddle nose
Erytematous plaque
Rinoskopi anterior : mukosa hiperemis, dry mukosa, krusta
Pemeriksaan penunjang: laboratorik (kuman M. Leprae +)
dan histopatologi Saddle nose
Terapi anti lepra : Diapsone,rifampicin
Diffuse infiltration, crust,
dry mucosa
 FURUNKEL HIDUNG (4A)
Definisi
Patofisiologi
Diagnosis berdasarkan :
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Terapi definitif secara mandiri dan lengkap
Edukasi
INFEKSI HIDUNG LUAR
Lokasi : dorsum nasi.tip
Klinis : tanda radang +
SELULITIS
Kausa : Staph/Strepcoccus
Tx : Antibiotik

Lokasi: kel. sebasseus

folikel rambut
jar. subkutaneus
VESTIBULITIS / Tx : Analgetik
FURUNKOLOSIS AB topikal & sistemik
Kompres
Incisi
 RINOSINUSITIS (3A)
Definisi
Anatomi dan fisiologi sinus paranasal
Patofisiologi
Diagnosis berdasarkan :
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Terapi
Indikasi merujuk pasien
Sinus Paranasal
Sinus Frontal
Sinus Sphenoid
Sinus Ethmoid
Sinus Maksila
 Perkembangan Sinus
Sinus maksila dan etmoid terbentuk sejak lahir
Sinus frontal berkembang pada usia 5-6 tahun
Sinus sfenoid berkembang pada usia 8-10 tahun

23
USIA PNEUMATISASI SINUS PARANASAL

(Naumann HH : H&N Surgery. WB Saunders, 1980)

 FISIOLOGI SINUS
Menghasilkan
mukus URT

FUNGSI Resonansi
Penghidu
SINUS suara

Mengurangi
beban tulang
kranium
 Normal Sinus Health Cycle
Secretions stay fluid; contain
antibodies and IgA
Frontal
Soluble pollutants are sinuses Mucous composition is
absorbed in the normal
mucosa
Ethmoid
sinuses

Particulate matter and Mucous secretion is

bacteria are removed by normal
mucociliary clearance

Maxillary
sinuses
Mucociliary flow prevents local
OSTIUM IS OPEN
mucosal damage
Host defenses resist
infection

Adapted from Kennedy DW, et al. Ann Otol Rhinol Laryngol Suppl. 1995;167:22-30.
KOMPLEKS OSTEOMEATAL

KOM area di meatus medius yang

merupakan muara dari sinus etmoid
anterior, frontal and sinus maksila
Etmoid posterior bermuara pada
meatus superior

Ostiomeatal complex is the functional

relationship between the space and the ostia
that drain into it
27
 RINOSINUSITIS atau SINUSITIS ?

Rinitis sering bersama dengan sinusitis

Sinusitis tanpa rinitis JARANG
Mukosa cavum nasi dan sinus
merupakan satu kesatuan
Gejala hidung tersumbat dan ingus
kental merupakan gejala utama
sinusitis
 RINOSINUSITIS

Inflamasi mukosa hidung dan sinus

infeksi dan non infeksi
Morbiditas tinggi
AS : 30 juta penderita ( 1989 )
90 % ke pelayanan primer
 Rinosinusitis Cycle
Mucous thickens
Secretions stay fluid; contain
antibodies and IgA
Cilia and epithelium Frontal
sinuses Mucous secretion
Soluble
are pollutants
damage are Mucous composition
stagnate is
absorbed in the normal
mucosa
Ethmoid
Lack of drainage and thick sinuses
Particulate matter
mucus create and
culture Nasal
Mucous congestion
secretion is or
bacteria
mediumare removed
growth by
in closed anatomic obstruction
normal
mucociliary clearance blocks air flow and
drainage

Retained mucus secretions Maxillary

sinuses OSTIUM
cause tissue inflamation
Mucociliary flow prevents local
OSTIUMISISCLOSED
OPEN
mucosal damage
Bacterial infection Mucosal thickening creates
develops
Host in resist
defenses the sinus further blockage
infection cavity

Adapted from Kennedy DW, et al. Ann Otol Rhinol Laryngol Suppl. 1995;167:22-30.
Sinus and Allergy Health Partnership (SAHP). Otolaryngol Head Neck Surg. 2000;123:S1-S32.
 PREDISPOSING FACTORS
Mucosal Nasal Mucus
swelling obstructions abnormality
Systemic disorder Choanal atresia Viral URI
Viral URI Deviated septum Allergic
Allergic Nasal polyp inflammation
inflammation Foreign body Cystic fibrosis
Cystic fibrosis Tumor
Immune disorder Ethmoid bullae
Immotile cilia
Local insult
Facial trauma
Swimming, diving
Rhinitis
medicamentosa
 Septal Deviation Can Impinge
on Ostiomeatal Region

F. Netter: Collection of Ciba Geigy - 1989

Allergies Cause Mucosal Edema, Resulting in Inflammation,
& Turbinate Hypertrophy with Polypoid Degeneration

Enlarged, Polypoid Turbinates

Edematous, Inflammed
Mucosa Sealing Hiatus
Semilunaris

Kennedy D: Otolaryngol Head Neck Surg 103:851, 1990

 Rhinosinusitis Versus Inhalant Allergy
Infection Allergy
Nasal obstruction / Nasal obstruction / congestion
congestion Thin, watery discharge
Thick nasal discharge Paroxysmal sneezing
Cough / irritability Pruritic nose / palate, may
Pressure with pain, & have headache from
may have headache or barosinusitis
toothache Frequently Seasonal (can
Fever (usually minor) increase incidence of sinusitis)
Other infection Sxs Other allergic Sxs
(pharyngitis, otitis) (conjunctivitis, laryngitis,
asthma, ET dysfunction)
 KLASIFIKASI RINOSINUSITIS

Apakah rinosinusitis akutViral

viral atau bakterial?
Akut
Bakterial
Subakut
RINOSINUSITIS
Akut berulang

Kronik

Kronik eksaserbasi akut

Lanza D, Kennedy D. Adult rhinosinusitis defined. Otolaryngol Head Neck Surg
1997;117(suppl):S1.
 Causes of Rhinosinusitis Time Course
Viral
100
Aerobes
Resistant Aerobes,
80 Anaerobes & Fungi
Percent of Patients

60

40

20

0
710 Days Time 3 Months
 RINOSINUSITIS AKUT
DEFINISI : Rinosinusitis yang berlangsung < 12 minggu
VIRAL BAKTERIAL
KLASIFIKASI :
Lama sakit < 10 hari Insidensi : 0.5 2% dari 1juta
A. Rinosinusitis akut viral gejala < 10
ISPA hari sinusitis
viral/thn
Inflamasi pada mukosa
B. Rinosinusitis
sinus sama sepertiakut non viral bila
mukosa gejala tidak membaik
bakterial
kavumdalam
nasi10 hari atau memburuk setelah
RSA 5-7 hari
bakterial bila gejala
Sembuh tanpa antibiotik tidak membaik dalam 10 hari
Terapi : atau memburuk setelah 5-7
hari
Dekongestan, irigasi hidung,
cukup istirahat dan minum

1Gwaltney Clin Infect Dis 1996;23:1209

2Berg et al. Rhinology 1986;24:223-5
 PATHOGENESIS OF A RHINOVIRUS COLD
Virus Infection of Nasal Epithelium

Proinflammatory
cytokines Neurogenic Tracheobronchial
(IL-1, -6, -8) responses infection

Secondary Cholinergic stimulation

inflammation
(PMNs, kinins)
Vasodilation Mucus Airway
Serum transudation secretion hyperreactivity

Nasal
Sore Throat Sneezing Obstruction Rhinorrhea Cough
 MOST PREVALENT PATHOGENS
IN ADULT SINUSITIS
Other (4%)
Staphylococcus aureus
(0-8%)
Moraxella catarrhalis Streptococcus
(2-10%) pneumoniae (20-43%)

Anaerobes (0-9%)

Streptococcus spp.
(3-9%)

Haemophilus influenzae
1. Sinus and Allergy Partnership. Otolaryngol Head Neck Surg 2004. (22-35%)
2. AAOHNS. Otolaryngol Head Neck Surg. 2007.
 GEJALA
MAYOR SAPHIRO & RACHELEFSKY MINOR
Rhinorhe purulen Demam
Drainase post nasal Nyeri kepala & sinus
Batuk Foetor

MAYOR TASK FORCE AAOA DAN ARS MINOR

Nyeri wajah Batuk,
Buntu hidung Demam (akut)
Ingus purulen Nyeri kepala
Gangguan penciuman Nyeri geraham
Ingus purulen Halitosis
Post nasal drip
 GEJALA
MAYOR EPOS 2012 MINOR

Nasal Facial pain/pressure

obstruction/blockage/c
ongestion Reduction/loss of
smell (adult)
Nasal discharge
(anterior / posterior Cough (children)
nasal drip)

European Position paper on Rhinosinusitis and nasal

polyps (EPOS) 2012, by International Rhinologic Society
SINUS HEADACHE

Page
 PEMERIKSAAN FISIK
Nyeri ketok daerah pipi / dahi
Rinoskopi anterior :
* mukosa udem, hiperemis
* sekret mukopurulen kental
* warna kuning-kehijauan di kavum
nasi dan
meatus medius
Pemeriksaan faring :
Drainase post nasal
SINUS TRANSILLUMINATION

Have patient sit at your eye level in

darkened room (the darker the better)
Let eyes get accustomed to dark
Place bright light (transilluminator) over inferior orbital
ridge to look at maxillary sinuses, under superior orbital
rim for frontal sinuses
Look at palate for presence/absence of transilluminated
light

46
PEMERIKSAAN PENUNJANG
X foto sinus para nasal
Pungsi sinus
CT Scan
 PEMERIKSAAN RADIOLOGI
X Foto SPN Occipitomental, Occipitofrontal, Axial,
Lateral bitemporal, Rheses oblique

CALDWELL
CT Scan SPN

Polip sinus maksila

Ethmoiditis dan sfenoiditis

Ethmoiditis ant-post
 D
I
A
PEMERIKSAAN
G
PENUNJANG
N
PEMERIKSAAN O
FISIK S
I
S
ANAMNESIS
 DIAGNOSIS
AKUT
WAKTU
KRONIK
FRONTAL
ETHMOID
LOKASI
MAKSILA
SFENOID

MULTISINUSITIS
JUMLAH SINUS
PANSINUSITIS
 TERAPI
Antibiotik TUJUAN TERAPI RSA
Antiinflamasi Mempercepat penyembuhan
Antihistamin Menghindari kronisitas
Dekongestan Mengurangi kekambuhan asma/
Mukolitik penyakit lain

Nasal irigasi INDIKASI RAWAT INAP:

Keadaan akut dengan demam
GAGAL
dan nyeri kepala berat
Susp sphenoiditis
Operatif
Dengan komplikasi
 KOMPLIKASI

Terjadi perluasan infeksi di mukosa yang melibatkan

tulang dan struktur disekitarnya

AKUT
KLASIFIKASI
KRONIK

Lokal (locoregional)
LOKASI
Jauh (distant)
 KOMPLIKASI LOKAL
Mata
Tulang
EKSTRAKRANIAL
Telinga
Tenggorok

Subdural empyema
INTRAKRANIAL Epidural abscess
Cerebral abscess
 KOMPLIKASI LOKAL
Granulasi faring
Tonsillitis kronik
Laringitis
Otitis media efusi
OSTEOMYELITIS.
Frontal Bone
Dangerous and more extensive.
Dull local pain and swelling of the upper eye lid.
Potts puffy tumor
High risk if intracranial complications
Treatment
IV ABs and debridement
 KOMPLIKASI ORBITA
Sinus
etmoid

Selulitis orbita

Hubungan sinus terhadap orbita

 INTRA CRANIAL COMPLICATIONS
Complications arise form
Frontal
Etmoid
Sphenoid
Mode of Spread
Direct
Retrograde thrombophlebitis
Meningitis- commonest
Intracranial abscess
Sinus
Extradural
frontal Subdural
Cerebral
Encephalitis
Sinus Cavernous sinus thrombophlebitis
ethmoi
d A. Subdural empiema
Sinus B. Abses serebri
sfenoid C. Meningitis
D. Trombosis sinus sagitalis superior
 PENATALAKSANAAN
Diagnosis by clinical presentation
Thight Evaluate for complications
Admit to hospital
Treat high dose AB ,anti inflamation
Do the surgery
Work up &Consult to opthalmic and neuro surgeon
 Summary
Acute rhinosinusitis is usually related to
infection
Antibiotic management is first line
Chronic rhinosinusitis is usually related to
inflammation
Further characterization of the condition is important
(nasal polyps)
Exploration of underlying allergy is important
Management is challenging
 PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan furunkel dengan selulitis
nasi!
2. Apa tanda patognomonis rinitis atrofi?
3. Bagaimana cara menegakkan diagnosis rinitis
spesifik?
4. Apa faktor predisposisi terjadinya sinusitis
maksilaris?
5. Apa penyebab komplikasi orbita pada
rinosinusitis?