Professional Documents
Culture Documents
Endokrin dan
Nutrisi
MATERI
Hiperparatiroid
Kanker Tiroid Hipotiroid Goiter endemik
Hipoparatiroid
Cushings Addison
Syndrome Disease
Metabolic actions of insulin
Diabetes Mellitus
3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa
yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
Algoritme Diagnosis Diabetes Mellitus
Cara pelaksanaan TTGO
Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan seperti kebiasaan
sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan
jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,
minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/ kgBB (anak-
anak), dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
2 jam setelah minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat
dan tidak merokok
Skrining
Catatan :
Dilakukan pada mereka yang mempunyai risiko DM namun tidak menunjukkan
adanya gejala DM
Bertujuan untuk menemukan pasien dengan DM, TGT, maupun GDPT
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah
sewaktu atau kadar glukosa darah Puasa
Untuk kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil, dilakukan
ulangan tiap tahun. Bagi mereka yang berusia >45 tahun tanpa faktor risiko lain,
pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
5 Pilar Terapi Diabetes Mellitus
1 2 3
4 5
Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori.
Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal.
Protein
Dibutuhkan sebesar 10 20% total asupan energi.
Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi
0,8 g/KgBB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya
bernilai biologik tinggi.
Kebutuhan Kalori
kebutuhan kalori Faktorf-faktor
basal =25-30 Yang Menentukan Kebutuhan Kalori Antara
kalori/kgBB ideal Lain :
1. Jenis Kelamin,
Wanita: 25 kal/kg BB
Berat badan ideal = 90% x (TB dalam Pria: sebesar 30 kal/ kg BB.
cm -100) x 1 kg.
Bagi pria dengan tinggi badan di 2. Umur
bawah 160 cm dan wanita di bawah (-5%) untuk dekade antara 40 dan 59 tahun,
150 cm, rumus dimodiikasi menjadi : (-10%) untuk dekade antara 60 dan 69 tahun
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam dan (-20%) usia >70 tahun.
cm 100) x 1 kg.
3. Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
BB Normal : BB ideal 10 % (+10%)dari kebutuhan basal
Kurus : < BBI 10 % pada istirahat, (+20%) pada aktivitas
Gemuk : > BBI + 10 % ringan, (+30%) dengan aktivitas sedang,
dan (+50%) dengan aktivitas sangat berat
3. Latihan Jasmani
Continous, dilakukan terus
Jenis:
menerus selama 50-60 menit
Latihan jasmani endurasi (aerobik)
tanpa berhenti
untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi seperti bersepeda,
jogging dan berenang Rhythmical, dilakukan berirama
dan teratur
Durasi:
30-60 menit
Interval, dilakukan selang-seling,
kadang cepat, kadang lambat
Frekuensi :
Jumlah olahraga perminggu Progressive, latihan bertahap
dilakukan secara teratur 3-5x dengan beban latihan
ditingkatkan perlahan
Sulfonilurea
Efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas,
Pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang, namun
masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat
badan lebih.
Untuk menghindari hipoglikemia berkepanjangan (orang tua, gangguan faal ginjal
dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular) tidak dianjur kan penggunaan
sulfonilurea kerja panjang.
Sulphonylurea
Efficacy Safety, Tolerability and Adherence
cardiovascular, malnutrisi)
Tiazolidindion
Tiazolidindion (pioglitazon) berikatan pada Peroxisome Proliferator
Activated Receptor Gamma (PPARg), suatu reseptor inti di sel otot dan sel
lemak.
Mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan
jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan
glukosa di perifer.
Kontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung kelas IV,
karena dapat memperberat edema/retensi cairan dan juga pada gangguan
faal hati.
Pada pasien yang menggunakan tiazolidindion perlu dilakukan
pemantauan
faal hati secara berkala.
Thiazolidinediones
DPP-IV inhibitor
Glucagon-like peptide-1 (GLP1) merupakan hormon peptida yang dihasilkan oleh sel L di
mukosa usus.
Peptida disekresi oleh sel mukosa usus bila ada makanan yang masuk ke dalam saluran
pencernaan.
GLP1 perangsang kuat penglepasan insulin dan sebagai penghambat sekresi glukagon.
DPP-4 inhibitors
DPP-4 inhibitors
*
Cara Pemberian OHO
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan
secara bertahap
sesuai respons kadar glukosa darah, dapat diberikan
sampai dosis optimal
Sulfonilurea: 15 30 menit sebelum makan
Repaglinid, Nateglinid: sesaat sebelum makan
Metformin : sebelum /pada saat / sesudah makan
Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan
suapan Pertama
Tiazolidindion: tidak bergantung pada jadwal makan.
DPPIV inhibitor dapat diberikan bersama makan dan
atau
sebelum makan.
2. Suntikan
A. Insulin
Insulin Diperlukan Pada Keadaan:
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai
ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non
ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat Efek Samping Terapi Insulin
Gagal dengan kombinasi OHO dosis Hipoglikemia.
optimal reaksi imunologi terhadap
Stres berat (infeksi sistemik, operasi insulin yang dapat menimbulkan alergi
besar, IMA, stroke) insulin
Kehamilan dengan DM/diabetes melitus atau resistensi insulin.
gestasionalyang tidak terkendali dengan
perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang
berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap
OHO
Tx insulin.....
Defisiensi insulin mungkin merupakan defisiensi insulin basal, prandial, atau
keduanya.
Defisiensi insulin basal hiperglikemi pd puasa
Defisiensi insulin prandial hiperglikemia stlh makan
1st target:
GD Basal
Insulin Basal Target GDBasal
Insulin Premix /
(kerja sedang tercapai
1st / panjang) / Dosis Target A1C 2nd Insulin Short-
acting
disesuaikan
target: OHO (Algoritma 3-0-
BELUM Target:
GDBasal 3) GDPP
Jika gula darah puasa Gunakan insulin
meningkat basal 1 kali insulin basal + 1 kali
Jika gula darah insulin prandial (basal plus)
Gunakan insulin
sesudah makan Aksi Cepat (Rapid)
meningkat 1 kali basal + 2 kali prandial
Jika gula darah puasa Gunakan insulin (basal 2 plus)
dan sesudah makan premix
meningkat Atau tambahkan 1 kali basal + 3 kali prandial
insulin basal pada
terapi OAD
(basal bolus).
Atau mulai terapi
basal bolus
Hiperglikemia Asidosis
DKA
Ketosis
Hipoglikemia
Status Hiperglikemi Hiperosmolar
Keadaan dimana kadar glukosa darah
(SHH)
<60 mg/dL dengan atau tanpa gejala
Pada keadaan ini terjadi peningkatan
klinis, atau dengan gejala klinis dan
glukosa darah sangat tinggi (600-
kadar glukosa darah <80 mg/dL.
1200 mg/dL), tanpa tanda dan
Hipoglikemia merupakan komplikasi akut
gejala asidosis, osmolaritas plasma
dari penyandang diabetes melitus dan
sangat meningkat (330-380
geriatri.
mOs/mL), plasma keton (+/-), anion
Hipoglikemia dapat terjadi karena:
gap normal atau sedikit meningkat.
a.Kelebihan obat/ dosis obat, terutama
insulin atau obat hipoglikemia oral yaitu
Catatan:
sulfonilurea.
Kedua keadaan (KAD dan SHH)
b.Kebutuhan tubuh akan insulin yang
tersebut mempunyai angka
relatif menurun; gagal ginjal kronik pasca
morbiditas dan mortalitas yang
persalinan.
tinggi. Memerlukan perawatan di
c.Asupan makan tidak adekuat: jumlah
rumah sakit guna mendapatkan
kalori atau waktu makan tidak tepat.
penatalaksanaan yang memadai.
d. Kegiatan jasmani berlebihan.
Perbandingan DKA vs HHS
Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik (berdebar-debar,
banyak keringat, gemetar, dan rasa lapar) dan gejala neuro-glikopenik
(pusing, gelisah, kesadaran menurun sampai koma).
Kwashiorkor, keluhan:
1. Edema
2. Wajah sembab
3. Pandangan sayu Marasmus, keluhan:
Marasmus
4. Rambut tipis, 1. Sangat kurus
Kwashiorkor, dengan
kemerahan seperti 2. Cengeng
keluahan kombinasi
warna rambut jagung, 3. Rewel
dari ke 2 penyakit
mudah dicabut tanpa 4. Kulit keriput
sakit, rontok.
5. Anak rewel, apatis.
Faktor Risiko
a. Berat badan lahir rendah.
b. HIV.
c. Infeksi TB.
d. Pola asuh yang salah.
Pemeriksaan Fisik
Patognomonis
BB/TB < 70% atau < -3SD
Marasmus: tampak sangat kurus, tidak
ada jaringan lemak bawah kulit, anak
tampak tua, baggy pants appearance.
Kwashiorkor: edema, rambut kuning Pemeriksaan Penunjang
mudah rontok, crazy pavement Laboratorium: gula darah, Hb, Ht,
dermatoses preparat apusan darah, urine rutine,
Tanda dehidrasi feses.
Demam
Frekuensi dan tipe pernapasan:
Antropometri.
pneumonia atau gagal jantung Foto toraks.
Sangat pucat Uji tuberkulin.
Pembesaran hati, ikterus
Tanda defisiensi vitamin A pada mata:
konjungtiva kerig, ulkus kornea,
keratomalasia
Ulkus pada mulut
LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan
Diagnosis Klinis
a. BB/TB < -3SD atau 70% dari median
(marasmus).
b. Edema pada kedua punggung kaki sampai
seluruh tubuh (kwashiorkor: BB/TB >-3SD atau
marasmik-kwashiorkor BB/TB <-3SD)
Biasanya pasien datang bukan dengan keluhan kelebihan berat badan namun dengan
adanya gejala dari risiko kesehatan yang timbul.
Penyebab karena ketidakseimbangnya asupan energi (bukan hanya makanan utama,
tapi termasuk cemilan dan minuman) dengan tingkatan aktifitas fisik
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan: kebiasaan makan berlebih, genetik,
kurang aktivitas fisik, faktor psikologis dan stres, obat-obatan (beberapa obat
seperti steroid, KB hormonal, dan anti-depresan memiliki efek samping
penambahan berat badan dan retensi natrium), usia (misalnya menopause),
kejadian tertentu (misalnya berhenti merokok, berhenti dari kegiatan olahraga,
dsb).
Pemeriksaan Fisik
Faktor Risiko
Umur pria 45 tahun dan wanita 55 tahun
Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu ayah usia < 55
tahun dan ibu < 65 tahun
Kebiasaan merokok
Hipertensi (140/90 mmHg atau sedang mendapat obat antihipertensi)
Kolesterol HDL rendah (<40 mg/dl). Jika didapatkan kolesterol HDL 60
mg/dl maka mengurangi satu faktor risiko dari jumlah total
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam menegakkan
diagnosa. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar kolesterol
total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserida plasma.
Keluhan Pemeriksaan Fisik
Pada anamnesis biasanya Pemeriksaaan antropometri
didapatkan pasien dengan faktor (lingkar perut dan IMT/Indeks
risiko seperti konsumsi tinggi Massa Tubuh) dan tekanan darah.
lemak, merokok, riwayat keluarga Cara pengukuran IMT(kg/m2)=
dengan dislipidemia dan DM, BB(kg)/TB2(m)
kurang beraktivitas fisik,
konsumsi alkohol, riwayat
diabetes sebelumnya. Pada
umumnya dislipidemia tidak
bergejala dan biasanya ditemukan
pada saat pasien melakukan
pemeriksaan rutin kesehatan
(medical check-up).
Diagnosis
Klasifikasi berdasarkan WHO
Klasifikasi berdasarkan NECP
Penatalaksanaan
Tabel faktor risiko (selain kolesterol LDL) yang menentukan sasaran kolesterol
LDL yang ingin dicapai berdasarkan NCEP-ATP III
Pasien Dibagi Kedalam Tiga Kelompok Risiko Penyakit
Arteri Koroner Yaitu Risiko Tinggi, Risiko Sedang Dan
Risiko Tinggi.
Upaya Non Farmakologis
modifikasi diet
latihan jasmani Evaluasi ulang
pengelolaan berat badan. dilakukan setelah 3
bulan modifikasi gaya
Modifikasi diet harus sehat, berimbang, hidup sehat diterapkan.
beragam dan aman dengan mengurangi Bila kadar kolesterol
asupan makanan tinggi lemak jenuh dan LDL belum mencapai
kolesterol. target yang diinginkan,
perlu ditambahkan
Latihan fisik dilakukan selama 150 menit terapi farmakologi.
per minggu sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan pasien.
Bila kadar LDL>160mg/dl dengan 2 atau lebih faktor risiko lainnya
maka dapat diberikan statin dengan titrasi dosis sampai tercapai
dosis efektif terapi.
Thyrotropin-Releasing Hormone
kelenjar hipofisa
kelenjar tiroid
HYPERTHYROIDISM:
Tirotoksikosis yg diakibatkan
oleh kelenjar tiroid yg hiperaktif
(radioactive neck-uptake )
Tirotoksikosis
Inflamasi Hipertiroid
Diagnostic
accuracy of 85%.
Grave Disease
Suatu penyakit autoimun yang biasanya ditandai oleh produksi
autoantibodi yang memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid.
Autoantibodi IgG ini, yang disebut immunooglobulin perangsang
tiroid (Thyroid-Stimulating Immunoglobulin) sehingga meningkatkan
pembentukan hormon tiroid
Etiologi
Adanya autoantibodi kerja mirip TSH
(reseptor TSH) di membran sel folikel tiroid.
Autoantibodi IgG ini, yang disebut
immunooglobulin perangsang tiroid (Thyroid-
Stimulating Immunoglobulin), thyroid
peroksidase antibodies (TPO), dan TSH receptor
antibodies (TRAb) yang menyebabkan
perangsangan produksi hormon tiroid secara
terus menerus, sehingga kadar hormon tiroid
menjadi tinggi.
Patoflow
Hipotalamus
Thyrotropin-Releasing Hormone
kelenjar hipofisa
v
Thyroid Stimulating Hormone -
Proses
glikogenesi
s meningkat Metabolisme
tubuh meningkat
inflamasi
fibroblast dan
Aktivitas GI miositis
Pembakara meningkat orbita,
n lemak Produksi kalor meningkat
menyebabkan
meningkat pembengkaka
n otot-otot,
proptosis dan
Nafsu makan meningkat
Peningkatan suhu tubuh diplopia.
.
Suplai
nutrisi
tidak Gangguan rasa Perubahan pola
adekuat nyaman panas nutrisi
Penurunan
berat
badan
Diagnosis Penyakit Graves
Anamnesis dan Pemeriksaan
Fiisik
Surgery
Anti-thyroid Drugs
Radioactive Iodine
Kelompok Obat Efeknya Indikasi
Obat anti tiroid Menghambat sintesis hormon Pengobatan lini pertama pada
-Propiltiourasil (PTU) 100-200 tiroid dan berefek Graves.
mg/6-8 jam imunosupresif PTU juga Obat jangka pendek prabedah
-Metimazol menghambat konversi T4-T3
-Karbimazol
Beta blocker Mengurangi dampak hormon Obat tambahan, kadang obat
Propanolol 20-40 mg/ 6 jam tiroid pada jaringan tunggal pada tiroiditis
Metoprolol
Atenolol
nadolol
Bahan mengandung iodin Menghambat keluarnya T4 dan Persiapan tiroidektomi, pada
Kalium iodida T3, menghambat produksi T4 krisis tiroid, bukan untuk
Sol lugol dan T3 serta produksi T3 pengobatan rutin
Na ipodat ekstratiroidal
Asam iopanoat
Iodine Radioactive Therapy
a. Memblok sintesis hormon baru: PTU dosis besar loading 600-1000 mg diikuti 200 mg PTU/4 jam dengan dosis
sehari total 1000-1500 mg
b. Memblok keluarnya hormon dgn sol lugol 10 gtt/6-8 jam atau SSKI (larutan kalium iodida jenuh) 5 gtt/6 jam
c. Menghambat konversi perifer dari T4T3 dgn propranolol, ipodat, beta blocker dan/atau kortikosteroid
Pemberian hidrokortison dosis stress (100 mg/8 jam) atau deksametason 2mg/6 jam (karena
ada defisiensi steroid relatif akibat hipermetabolisme dan menghambat konversi perifer T4).
Antipiretik: asetaminofen
Tx faktor pencetus
KRITERIA DIAGNOSTIK KRISIS TIROID
Thyroid Storm A clinical
diagnosis at the end of a
hyperthryoid continuum
Hipertermia
Mental Status Changes
Cardiovascular Collapse
Precipitatants in hyperthyroid
patients:
surgery
sepsis
iodine loads
post-partum
Endocrine emergency (Mortality
20-50%)
<25 : unlikely
25-44 : impending
45-60 : likely
>60 : highly likely
Bimbel UKDI MANTAP
Thyroiditis
1. Acute:
Bacterial (tender goiter, may be asymmetric, fever, dysphagia, erythema,
lymphadenopathy, ESR, TSH/FT4 N)
radiation, amiodarone, trauma.
2. Subacute:
Transient thyrotoxicosis transient hypothyroidism normal thyroid.
Painful, enlarged goiter (viral, granulomatous, or de Quervain): fever, ESR
Silent (postpartum, autoimmune): painless, TPO Ab (+), ESR N,
3. Chronic
Hashimotos thyroiditis
Riedels (idiopathic fibrosis, hard nontender, normal function test)
Thyroid Enlargement (goiter)
Classification
Toxic goiter
associated with hyperthyroidism
Examples:
diffuse toxic goiter (Graves disease)
toxic multinodular goiter
toxic adenoma
Nontoxic goiter
Without hyperthyroidism or hypothyroidism
It may be diffuse or multinodular
Examples:
goiter identified in early Graves disease
endemic goiter
chronic lymphocytic thyroiditis (Hashimoto disease)
Cushing's syndrome
(hyperadrenocorticalism/hypercortisoli
s
m)
clinical condition resulting from
chronic exposure to excessive
circulating levels of glucocorticoids
Cause:
excess ACTH secretion from the
anterior pituitary gland (Cushing's
disease).
Ectopic ACTH (lung cancer)
Adrenocortical tumor
Exogenous glucocorticod (drug)
Cushings Syndrome
Etiology
ACTH-dependent (ACTH) ACTH-independent (ACTH due to
negative feedback)
Pituitary (Cushings Disease) (Factitious): iatrogenik
Microadenomas (95%)
Macroadenomas (5%) Unilateral
Adrenal adenoma (10%)
Adrenal carcinoma (5%)
Ectopic ACTH or CRH
Small cell lung ca
Bilateral
Carcinoids: lung, pancreas,
Macronodular Hyperplasia
thymus (AIMAH) (<2%)
Adenoma 75-80%
Primary hyperplasia (diffuse or nodular) 10-15%
Parathyroid carcinoma < 5%