You are on page 1of 37

Closed Fracture Femur Dextra

Non-union

Elisa Husin - 11.2013.086


Ratna Tri Permata - 11.2013.138

Pembimbing: dr. Dhevariza, Sp.OT


Identitas Pasien
Nama : Tn. Sn
Umur : 21 tahun
Pendidikan : SMP

ANAMNESIS - Keluhan Utama


Kaki kanan tidak dapat digerakkan
ANAMNESIS Riwayat penyakit sekarang
Sekitar satu setengah tahun lalu pasien mengalami kecelakaan
saat sedang dibonceng sepeda motor. Pasien ditabrak sebuah mobil yang
datang dari arah depan pasien. Pasien terlempar dari motor, setelah
itu kaki kanannya dirasakan sangat nyeri dan tidak dapat digerakkan.
Pasien segera dibawa ke rumah sakit terdekat, diberi obat, dan kaki kanan
dibalut dengan elastik verban. Pasien tidak dapat berjalan, tidak dapat
menggerakkan kaki kanan (tidak dapat mengangkat), kaki kanan terasa sangat
nyeri, dan teraba tulang paha kanan pasien patah. Pasien disarankan agar tulang
yang patah dioperasi, namun pasien menolak. Pasien memilih berobat
alternatif dengan cara diurut
ANAMNESIS Riwayat penyakit sekarang
Hingga 1 hari SMRS, pasien sudah diurut lebih dari 10 kali. Rasa
nyeri sudah tidak ada, namun pasien masih belum mengangkat kaki

dan berjalan dengan baik. pasien dapat berjalan dengan mengunakan


tongkat dan kaki kanan yang diseret.

ANAMNESIS Riwayat penyakit dahulu


Riwayat patah tulang sebelumnya (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis Kulit : anemis (-), ikterik (-)

KU: Tampak sakit sedang Kepala : tak ada kelainan


Kesadaran: CM Mata : konjungtiva anemis -/-
Tanda vital : Leher : tidak ada pembesaran KGB
TD : 100/70 mmHg Thorax : bentuk dan gerak simetris, bunyi nafas vesikuler
Nadi : 76x/menit ki=ka, ronkhi -/-, wheezing -/-
RR : 18x/menit
Cor : BJI-II reguler, murmur -, gallop -
Suhu : 36,8 C
Abdomen: datar, lemas, tak teraba hepar, BU (+) normal,
nyeri tekan (-)
Ekstremitas : STATUS LOKALIS
Tulang belakang: nyeri (-)
STATUS LOKALIS at regio Femoralis Dextra

LOOK
MOVE
udem (-), angulasi (-), rotasi (-),
Krepitasi (+)
pemendekan (-), jaringan kulit
Motorik bagian distal
intak, warna kulit sama dengan
sekitarnya Fleksi dan ekstensi gelang

FEEL panggul dekstra (-)

Tidak teraba penonjolan tulang Fleksi dan ekstensi sendi lutut


Teraba pulsasi arteri inguinal dekstra(-)
arteri dan poplitea Dorsofleksi dan plantarflexi
Sensorik bagian distal baik
pedis dekstra(+)
Resume
Seorang pria 25 tahun mengalami trauma berat yang menyebabkan
kaki kanannya tidak dapat digerakkan disertai nyeri hebat. Pasien
didiagnosis menderita patah tulang dan dianjurkan untuk operasi,
namun lebih memilih diurut. Setelah 1,5 tahun menjalani terapi
alternatif, nyeri kaki hilang, namun kaki tidak mengalami kemajuan
sehingga pasien memutuskan ke ahli ortopedi
Riwayat patah tulang sebelumnya (-)
Resume
Pemeriksaan status generalis dalam batas normal
Pada pemeriksaan status lokalis at regio femoralis dextra
Pada inspeksi terlihat kaki kanan tidak tampak deformitas, kulit
intak
Pada palpasi tidak teraba penonjolan tulang, pulsasi distal baik.
Nyeri tekan (-)
pada pergerakkan krepitasi (+) pada 1/3 medial femur dextra.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
X-ray femur dekstra
diskontinuitas pada 1/3
medial femur dextra.
Diagnosis Kerja
Closed fracture 1/3 medial femur dextra
nonunion
Penatalaksanaan
Open Reduction and Internal Fixation (ORIF)
Post op:
Ciprofloxacin injeksi 1x1 gram/hari
Asam mefenamat injeksi 3x500 mg/hari
Latihan dan mobilisasi
Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam: bonam
Ad sanasionam: bonam
Tinjauan Pustaka
Fraktur adalah inkontinuitas korteks tulang.
Fraktur tertutup: jika kulit yang menutupi tulang tetap
intak
Fraktur terbuka: jika kulit luka dan tulang terexpose
keluar rentan terkontaminasi dan terjadi infeksi
Penyebab terjadinya fraktur:
Trauma
Repetitive stress
Patologis
Klasifikasi luka tertutup
Grade 0 : fraktur tertutup dengan sedikit atau tanpa
kerusakan jaringan
Grade 1: fraktur dengan abrasi kulit atau lebam di kulit
dan jaringan subcutaneus
Grade 2: fraktur ikut merusak jaringan lunak dalam
disertai kontusia dan tanda-tanda pembengkakan
Grade 3: fraktur disertai kerusakan jaringan yang parah
shingga mungkin saja terjadi compartment syndrome
Klasifikasi luka tertutup
Grade 0 : fraktur tertutup dengan sedikit atau tanpa
kerusakan jaringan
Grade 1: fraktur dengan abrasi kulit atau lebam di kulit
dan jaringan subcutaneus
Grade 2: fraktur ikut merusak jaringan lunak dalam
disertai kontusia dan tanda-tanda pembengkakan
Grade 3: fraktur disertai kerusakan jaringan yang parah
shingga mungkin saja terjadi compartment syndrome
Komplikasi Patah Tulang
Komplikasi dini
Lokal
- Nekrosis kulit-otot, sindrom kompartemen, trombosis,
infeksi sendi, osteomyelitis
Umum
- ARDS, emboli paru, tetanus
Komplikasi Patah Tulang
Non union terjadi apabila
Distraksi dan seperasi fragmen fraktur
Pergerakan berlebihan pada garis dasar fraktur
Vaskularisasi kurang sehingga tidak terbentuk permukaan jarnga.
infeksi
Penatalaksanaan Fraktur Tertutup
Prinsip penatalaksanaan pada fraktur:
1. Reduce: melakukan manipulasi untuk memperbaiki fragmen
tulang
2. Hold: pemberian oleh splint untuk menahan fragmen tulang
sampai tulang-tulang tersebut menyatu kembali.
3. Exercise: melakukan kembali gerak otot kegiatan sehari-hari.
Reduksi
Reduksi harus menghasilkan aposisi dan alignmen tulang
yang baik. semakin banyak permukaan area fragmen yang
bertemu, semakin cepat tulang menyembuh
Jika ada gap diantara fragmen menjadi penyebab delayed
union atau non-union
Jika tulang saling tumpang tindih, selama alignmentnya baik,
masih dapat ditoleransi, kecuali fraktur yang melibatkan
sendi.
Reduksi
Ada 2 pilihan reduksi:
Reduksi tertutup
Bagian distal ekstremitas ditarik
sejajar tulang fragmen tulang yang
meregang diposisikan ke posisi awal
memposisikan alignment ditahan
dengan cast
Reduksi terbuka
Reduksi
Ada 2 pilihan reduksi:
Reduksi terbuka. Dilakukan saat:
Reduksi tertutup gagal

Ditemukan fragmen articular yang

memerlukan posisi sempurna

Fraktur dengan fragmen terpisah jauh


Internal Fixation

Internal fixation menahan


fragmen tulang dengan baik
sehingga pergerakan mobilitas
dapat dimulai sedini mungkin
dan udem+ kekakuan sendi
dapat dicegah
Fiksasi Interna
sJenis-jenis fiksasi internal
Interfragmentary screws
Wires
Plates and screws
Neutralization
Intramedulary nails

Komplikasi pemasangan fiksasi internal


Infeksi
Non-union
Implan failure
refraktur
Eksternal Fiksasi
Indikasi
Fraktur disertai soft tissue swelling yang berat
sehingga fiksasi internal menjadi
risky dan pembedahan ulang diperlukan untuk melihat luka
Fraktur disekitar sendi yang mengharuskan internal fiksasi,
namun mengalami soft tissue swelling berat penggunaan
fiksasi eksternal hanya sementara sampai bengkak hilang
Pasien dengan multipel injuries yang parah dengan perdarahan
banyak.
Mobilisasi/ pergerakan sendi
Tujuan mobilisasi ialah untuk mengurangi

udem, mempertahankan pergerakan sendi,

mempertahankan kekuatan otot, sehingga

pasien dapat kembali ke aktivitas biasa


Mobilisasi/ pergerakan sendi
Jenis-jenis fiksasi internal
Interfragmentary screws
Wires
Plates and screws
Neutralization
Intramedulary nails

Komplikasi pemasangan fiksasi internal


Infeksi
Non-union
Implan failure
refraktur
PENATALAKSANAAN
Cara pertama penanganan adalah proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi.
Pada fraktur dengan dislokasi fragmen patahan yang minimal atau tidak
akan menyebabkan cacat di kemudian hari, cukup dilakukan dengan
proteksi saja, misalnya dengan mengenakan mitela atau sling.
Cara kedua ialah imobilisasi luar tanpa reposisi, imobilisasi diperlukan agar
tidak terjadi dislokasi fragmen. Contoh kasus adalah patah tulang tungkai
bawah tanpa dislokasi yang berarti.
PENATALAKSANAAN
Cara ketiga berupa reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan
imobilisasi. Kasus yang menggunakan teknik ini adalah patah tulang
dengan dislokasi fragmen yang berarti, seperti tulang radius distal.
Cara keempat berupa reposisi dengan traksi terus-menerus selama masa
tertentu, misalnya beberapa minggu, lalu diikuti dengan imobilisasi. Hal ini
dilakukan pada patah tulang yang bila direposisi akan terdislokasi kembali
di dalam gips, biasanya pada fraktur yang dikelilingi oleh otot yang kuat
seperti pada patah tulang femur.
PENATALAKSANAAN
Cara kelima berupa reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan
fiksasi luar.
Cara keenam berupa reposisi secara non-operatif diikuti dengan
pemasangan fiksator tulang secara operatif, misalnya reposisi patah
tulang kolum femur. Fragmen direposisi secara non-operatif dengan
meja traksi, setelah tereposisi dilakukan pemasangan protesis pada
kolum femur secara operatif.
PENATALAKSANAAN
Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi eksterna (ORIF).

Keuntungan ORIF adalah tercapainya reposisi yang sempurna dan fiksasi yang

kokoh sehingga pascaoperasi tidak perlu lagi dipasang gips dan mobilisasi segera

bisa dilakukan. Kerugiannya adalah adanya risiko infeksi tulang. ORIF biasanya

dilakukan pada fraktur femur, tibia, humerus, antebrachii.

Cara terakhir adalah dengan eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya

dengan protesis yang dilakukan pada patah tulang kolum femur. Kaput femur

dibuang secara operatif lalu diganti dengan prosthesis. Penggunaan prosthesis

dipilih jika fragmen kolum femur tidak dapat disambung kembali, biasa pada orang

lanjut usia.
Komplikasi Patah Tulang
Komplikasi segera
Lokal
- Kulit dan otot berbagai vulnus (abrasi, laserasi, sayatan, dll), kontusio,
avulsi
- Vaskular terputus, kontusio, perdarahan
- Organ dalam, jantung, paru-paru, hrpar, limpa (pada fraktur kosta), buli-
buli (pada fraktur pelvis)
- Neurologis: otak, medula spinalis, kerusakan saraf perifer
Umum
- Trauma multiple, syok

You might also like