You are on page 1of 45

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM STUDI MAKSI -PPAk

HUKUM PERIKATAN

Oleh: Yunus Husein


PENGERTIAN

Perikatan berasal dari bahasa Belanda


verbintenis. Verbintenis berasal dari kata kerja
verbiden yang artinya mengikat. Jadi, dalam hal
ini, istilah verbintenis menunjuk kepada adanya
ikatan atau hubungan.

Menurut Prof. Subekti, S.H., perikatan adalah


suatu perhubungan hukum antara dua orang atau
dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu
berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain,
dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi
tuntutan itu.
Unsur-unsur Perikatan :
1. Hubungan hukum
2. Kekayaan
3. Pihak-pihak
4. Isi Perikatan
- Prestasi tertentu
- Prestasi yang halal
Pengaturan Hukum Perikatan

Hukum perikatan diatur dalam Buku III KUH


Perdata tentang perikatan yang terdiri atas 18
Bab, terbagi dalam 2 (dua) bagian :
Bagian umum tentang perikatan pada
umumnya (Bab I s.d. Bab IV)
Bagian khusus tentang 15 perjanjian
khusus/bernama (nominaat).
Dalam Pasal 1313 KUHPerdata disebutkan
bahwa perjanjian (overeenkomst) adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau
lebih.
Menurut Prof. Subekti, S.H., perjanjian adalah
suatu peristiwa dimana seseorang berjanji
kepada orang lain atau dimana dua orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.
Sistem Hukum Perjanjian
Hukum perjanjian menganut sistem terbuka, artinya
hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-
luasnya kepada para pihak untuk membuat perjanjian
yang berisi apa saja atau mengenai apa saja, sepanjang
tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan,
ketertiban umum, kepatutan dan kebiasaan.

Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, semua


perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang.
Sifat Hukum Perjanjian
Ketentuan dalam hukum perjanjian bersifat pelengkap
(aanvullend recht/optional law) artinya ketentuan-
ketentuan dalam hukum perjanjian boleh disingkirkan
atau disimpangi, dan para pihak boleh memuat
ketentuan-ketentuan sendiri dalam perjanjian yang
disepakati bersama, sepanjang tidak bertentangan
dengan undang-undang, kesusilaan, ketertiban umum,
kepatutan dan kebiasaan (Pasal 1339 KUHPerdata).

Selain itu menurut Pasal 1319 KUH Perdata, semua


perjanjian tunduk pada peraturan-peraturan umum yang
termuat dalam Buku III KUHPerdata.

Kalau suatu materi tidak diatur dalam perjanjian,


ketentuan dalam Buku III ini akan melengkapi.
PERBEDAAN PERJANJIAN DAN
PERIKATAN ADALAH:

Perikatan memiliki pengertian yang lebih luas


daripada perjanjian
Perjanjian bersifat konkret, sedangkan perikatan
bersifat abstrak.
Perjanjian merupakan salah satu sumber
perikatan.
Sumber-sumber Hukum Perikatan :

Menurut Pasal 1233 KUHPerdata, sumber-sumber


hukum perikatan adalah :
1. Perjanjian (Pasal 1313)
2. Undang-undang, terbagi atas :
a. Karena undang-undang saja.

b. Karena perbuatan orang lain.

1)Perbuatan yang halal (Pasal 1354, 1359)


2)Perbuatan melanggar hukum (Pasal 1365)
Perikatan lahir dari :
1. Perjanjian
Dalam bentuknya perjanjian berupa suatu
rangkaian janji-janji atau kesanggupan yang
diucapkan atau ditulis. Dalam arti sempit
disebut kontrak (perjanjian tertulis)
2. Undang-undang.
a. Undang-undang saja (kewajiban orang tua
terhadap anak, pemilik perkarangan
yang bertetangga);
b. Undang-undang karena perbuatan orang lain.
i. Perbuatan yang halal
Seseorang yang sukarela, mewakili urusan orang
lain, maka ia berkewajiban untuk meneruskan dan
menyelesaikan urusan dimaksud, sedangkan pihak
yang diwakili kepentingannya berkewajiban
memenuhi janji-janji yang dibuat si wakil dan
menggantikan pengeluaran si wakil tadi;
Pembayaran tak terhutang wajib dikembalikan

ii. Perbuatan melanggar hukum


Orang yang dirugikan mempunyai hak untuk
menuntut kerugian, dan orang yang karena
perbuatannya merugikan orang lain berkewajiban
untuk membayar ganti rugi.
Asas-asas Hukum Perikatan :

1. Asas konsensualisme
2. Asas kebebasan berkontrak
3. Asas Pacta Sunt Servanda
4. Asas Itikad Baik
Pasal 1320 KUHPer

Untuk sahnya suatu perjanjian


diperlukan syarat :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan
diri;
2. Kecakapan untuk membuat suatu
perjanjian
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Syarat ke-1 dan 2 disebut syarat subyektif.
Apabila syarat subyektif tidak terpenuhi,
maka perjanjian dapat dimintakan
pembatalan kepada hakim
Syarat ke 3 dan 4 disebut syarat obyektif.
Jika syarat obyektif tidak terpenuhi, maka
perjanjian batal demi hukum
MACAM-MACAM PERIKATAN
1. Perikatan Bersyarat (tangguh dan batal);
Digantungkan pada peristiwa yang masih akan
datang dan masih belum tentu;
Perikatan dengan syarat tangguh lahir pada saat
peristiwa terjadi ;
Syarat batal, perikatannya akan batal pada saat
peristiwanya terjadi (perikatan dengan suatu
syarat batal);
Syarat batal membawa segala sesuatunya
kekeadaan semula pembayaran yang telah
dilakukan wajib dikembalikan.
2. Perikatan Dengan Ketetapan Waktu;
Perikatan lahir pada saat ada kesepakatan;
Yang ditunda atau ditangguhkan hanya
pelaksanaannya (ex- saya akan
menyewakan rumah ini pada tanggal
tertentu)
3. Perikatan Alternatif;
Prestasi orang yang mempunyai kewajiban
dalam perjanjian ditentukan secara
alternatifnya;
Hak memilih ada pada orang yang
mempunyai kewajiban, jika tidak ditentukan
sebaliknya dalam perjanjian
4. Perikatan Tanggung Menanggung;
Tiap-tiap debitur dapat dituntut untuk memenuhi
seluruh utang;
Tiada perikatan tanggung menaggung, kecuali
dinyatakan secara tegas di dalam perjanjian;
Dalam perjanjian penanggungan, maka jika beberapa
orang telahmengikatkan diri sebagai penanggung
untuk seorang debitur yang sama, mereka masing-
masing terikat untuk seluruh utang;
5. Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat
dibagi;
Adalah sekedar mengenai prestasi apakah secara
fisik dapat dibagi atau tidak. (dapat dibagi -kewajiban
beberapa orang kreditur untuk menyerahkan hasil
bumi, tidak dapat dibagi kewajiban penyerahan
seekor kuda)
6. Perikatan Dengan Ancaman Hukuman;
Digunakan untuk menjamin pelaksanaan
perikatannya;
Hukuman tersebut mempunyai 2 maksud :
Sebagai cambuk bagi si debitur agar memenuhi
ketentuan perikatan;
Untuk membebaskan beban pembuktian
tentang jumlah dan besarnya kerugian yang
diderita apabila si debitur inkar janji;
Apabila hukumannya terlalu berat, hakim
berwenang mempunyai wewenang untuk
mengurangi atau meringankan hukuman.
SUBYEK DAN OBYEK
PERJANJIAN

Subyek dalam perjanjian :


1. Kreditur
2. Debitur
Obyek perjanjian/prestasi (Pasal
1234 KUHPerdata) :
1. Memberikan sesuatu
2. Untuk berbuat sesuatu
3. tidak berbuat sesuatu
Wanprestasi
Tidak melakukan apa yang disanggupi akan
dilakukan;
Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak
sebagaimana yang diperjanjikan;
Melakukan apa yang diperjanjikan akan tetapi
terlambat;
Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian
tidak boleh dilakukan;
AKIBAT WANPRESTASI

Hukuman bagi debitur yang lalai : (Pasal 1236 dan 1243


KUHPerdata)
Ganti rugi (biaya, rugi, bunga)
Pembatalan perjanjian
Peralihan resiko
Membayar biaya perkara
Dalam hal debitur lalai, kreditur dapat memilih : (Pasal
1267 KUHPerdata)
Pemenuhan perjanjian
Pemenuhan Perjanjian dan ganti rugi
Ganti rugi saja
Pembatalan perjanjian
Pembatalan perjanjian dan ganti rugi
Actio Paulina
Actio Paulina adalah seorang kreditur diberi hak untuk
mengajukan pembatalan terhadap segala perbuatan
yang tidak perlu dilakukan oleh debiturnya, yang
mendatangkan kerugian baginya. (Pasal 1341
KUHPerdata)
Syarat-syarat actio paulina :
Yang meminta pembatalan itu adalah kreditur
Perjanjian itu merugikan baginya
Perbuatan atau perjanjian itu tidak diwajibkan
Debitur dan pihak lawan kedua-duanya itu
merugikan kreditur
PEMBELAAN DEBITUR YANG
DITUDUH LALAI YAITU:
1. Keadaan memaksa (overmacht/force majuer)
adalah tidak terlaksananya perjanjian bukan
karena kesalahan debitur.
2. Kreditur sendiri telah lalai (exceptio non ad
impleti contractus) adalah kreditur sendiri
tidak menepati janjinya.
3. Kreditur sendiri telah melepaskan haknya
(rechtverwerking) adalah suatu sikap kreditur
yang membuat debtur menyimpulkan bahwa
kreditur sudah tidak akan menuntut ganti rugi.
OVERMACHT
OVERMACHT adalah suatu keadaan
dimana tidak terpenuhinya prestasi oleh
debitur karena terjadi peristiwa di luar
kesalahannya.

Syarat-syarat overmacht : (Pasal 1244 dan


Pasal 1255 KUHPerdata)
1. Kejadian itu tidak dapat diduga
2. Kejadian itu tidak disengaja
3. Kejadian itu tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
HAPUSNYA PERIKATAN
(1318 KUHPERDATA)
1. Pembayaran;
2. Penawaran Pembayaran Tunai diikuti dengan
penyimpanan atau Penitipan;
Uang yang akan dibayarkan ditawarkan secara resmi
oleh notaris atau seorang juru sita pengadilan kepada
kreditur;
Notaris atau juru sita akan membuat perincian jumlah
uang yang akan dibayarkan dan kemudian pergi ke
tempat kreditur;
Di depan kreditur notaries/juru sita akan
memberitahukan bahwa ia berdasarkan perintah dari
debitur bermaksud membayar hutangnya;
Notaris./juru sita telah mempersiapkan catatan
sebagai proses verbal;
Jika kreditur kemudian menerima pembayaran yang
dibawa notaries/juru sita, maka kemudian hutang
menjadi lunas;
Namun demikian jika kreditur menolak pembayaran
yang diberikan oleh notaries/juru sitas, kreditur di
minta untuk menandatangani berita acara penolakan;
Jika kreditur menolak menandatangani, maka
notaries/juru sita memberikan catatan pada berita
acara;
Dengan demikian terdapat bukti penolakan
pembayaran dari kreditur;
Kemudian debitur mengajukan permohonan
pengesahan penawaran pembayaran kepada
Pengadilan negeri;
Setelah penawaran pembayaran tersebut
disahkan, maka uang yang akan dibayarkan
kepada kreditur dititipkan dan disimpan oleh
Panitera pengadilan negeri;
Dengan proses demikian hapuslah hutang piutang
dimaksud.
3. Pembaharuan Utang;
Novasi obyektif hutang jual beli diganti dengan
perjanjian utang piutang;
Novasi subyektif aktif adalah hasil perundingan
tiga pihak yaitu debitur, kreditur lama dan kreditur
baru- perjanjian utang lama diganti menjadi
perjanjian utang baru
Novasi subyektif passif adalah hasil perundingan
tiga pihak yaitu debitur lama, debitur baru dan
kreditur- perjanjian utang lama diganti perjanjian
utang baru;
4. Perjumpaan utang / Kompensasi;
saling mempunyai hutang antara A dan B
terjadi demi hukum;
5. Percampuran Utang;
Kreditur dan debitur kawin;
Debitur dalam surat wasiat ditulis sebagai ahli waris tunggal
dar seorang kreditur;
6. Pembebasan Utang;
Pembebasan hutang oleh kreditur kepada debitur;
7. Musnahnya barang terutang;
resiko (diluar kesalahan kedua belah pihak) musnahnya
barang yang telah dibeli oleh pembeli dalam perjalanan yang
dikirim oleh penjual;
resiko ambruknya rumah yang disewa oleh penyewa
kewajiban penyewa untuk mengembalikan barang jadi
berakhir.
8. Batal/Pembatalan;
kekurangan syarat obyektif atau subyektif
dalam perjanjian;
9. Berlakunya Syarat batal;
perjanjian digantungkan oleh suatu peristiwa
yang belum tentu terjadi (sewa menyewa akan
berakhir jika anak saya pulang dari Aussy),
maka perjanjian sewa menyewanya menjadi
batal, penyewa dapat menuntut dan yang
menyewakan berkewajiban untuk
mengembalikan pembayaran-pembayaran
yang telah dilakukan oleh penyewa;
10. Lewatnya waktu;
pasal 1967 tuntutan hukum akan hapus
setelah lewatnya waktu 30 tahun
ANATOMI KONTRAK
Secara Umum Kontrak Terdiri dari:
1. Bagian Pendahuluan

2. Bagian Isi
3. Bagian Penutup
4. Lampiran (apabila ada)
Bagian Pendahuluan :
Bagian Pembuka: berisi kata pembuka,
termasuk penyingkatan judul perjanjian
dan tanggal perjanjian
Bagian Pencantuman Identitas Para
Pihak yang mengikatkan diri pada
perjanjian
Bagian Penjelasan: berisi penjelasan
mengapa para pihak membuat
perjanjian
Bagian Isi :
Klausula Definisi adalah pasal yang mengatur
tentang berbagai definisi, interpretasi maupun
konstruksi dalam perjanjian
Klausula Transaksi adalah pasal-pasal yang
mengatur tentang transaksi yang dilakukan oleh
para pihak
Klausula Spesifik adalah pasal-pasal yang
mengatur hal-hal yang secara khusus dikenal
dalam transaksi yang dilakukan
Klausula Ketentuan Umum adalah pasal-pasal
yang mengatur hal-hal yang bersifat antisipasi
Klausa Ketentuan Umum terdiri
atas :
Biaya (Expenses)
Peristiwa Cidera Janji (Event of Default)
Domisili (Domicile)
Pengaturan tentang Penyelesaian
Sengketa
Dalam Ketentuan Penyelesaian Sengketa ada dua hal
yang penting:
Forum untuk menyelesaikan sengketa (choice of
forum)
Hukum yang harus diberlakukan untuk
menyelesaikan sengketa (choice of law)
Keadaan Memaksa (Force Majeure)
Pengakhiran (Termination)
Pemberitahuan (Notice)
Kerahasiaan (Confidentialy)
Perubahan dalam Peraturan Perundang-
undangan (Change of Law)
Keseluruhan Perjanjian (Entire Agreement)
Pengalihan Hak (Assignment of Rights)
Bagian Penutup terdiri atas :
Sub Bagian kata Penutup
Sub Bagian Penempatan Tanda Tangan
Lampiran yang berisi:
Perjanjian yang akan datang tetapi sudah
dinegosiasikan
Deskripsi barang atau jasa yang akan
ditransaksikan
Legal opinion (pendapat hukum)
Financial statement
Lain-lain sesuai kebutuhan
Memorandum of Understanding (MoU)
Pengertian MoU
MoU berasal dari kata memorandum dan understanding
Secara gramatikal berarti Nota Kesepahaman.
Blacks Law Dictionary :
Memorandum is to serve as the basis of future formal contarct
(dasar untuk memulai penyusunan kontrak secara formal
pada masa datang).
Understanding is an implied agreement resulting from the
express term of another agreement, whether written or oral
(pernyataan persetujuan secara tidak langsung terhadap
hubungannya dengan persetujuan lain, baik secara lisan
maupun secara tertulis).
Dari 2 pengertian tersebut, dapat disimpulakn bahwa
Memorandum of understanding adalah dasar penyusunan
kontrak pada masa datang yang didasarkan pada hasil
permufakatan para pihak, baik secara tertulis maupun
secara lisan.
Tujuan dibuatnya MoU

untuk menghindari kesulitan pembatalan suatu


agreement nantinya.
Pembatalan kontrak masih lama karena masih
dilakukan negosiasi yang a lot.
adanya keraguan para pihak dan masih perlu
waktu untuk pikir-pikir dalam hal pendatangan
suatu kontrak.
MoU dibuat dan ditandatangani oleh pihak
eksekutif teras dari suatu perusahaan, sehingga
untuk suatu erjanjian yang lebih rinci, mesti
dirancang dan negosiasi khusus oleh staf-staf
yang lebih rendah tetapi lebih menguasai secara
teknis.
Ciri-ciri MoU :

1. isi ringkas
2. berisikan hal-hal pokok saja
3. bersifat pendahuluan, yang akan diikuti oleh perjanjian lain
yang lebih rinci
4. mempunyai jangka waktu berlaku
5. biasanya dibuat dalam bentuk perjanjian di bawah tangan
6. biasanya tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa
kepada para pihak untuk membuat suatu perjanjian yang
lebih detail setelah penandatanganan MoU, karena secara
reasonable barangkali kedua belah pihak punya rintangan
untuk membuat dan menandatangani perjanjian yang detail
tersebut.
Para Pihak dan Objek MoU

Para Pihak dalam MoU yang berlaku secara nasional :


1. badan hukum privat dengan badan hukum privat Indonesia
lainnya;
2. badan hukum privat Indonesia dengan pemerintah
provinsi/kabupaten/kota;
3. badan hukum privat Indonesia dengan penegak hukum;
4. badan hukum publik dengan badan hukum publik lainnya.
Para pihak dalam MoU yang berlaku secara internasional :
1. pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara asing;
2. badan hukum privat Indonesia dengan badan hukum privat
negara asing.

Objek MoU : kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan.


Kekuatan Mengikat MoU

Menurut Munir Fuady, ada 2 macam kekuatan


hukum mengikat dari MoU, yaitu : gentlement
agreement dan agreement is agreement.
Gentlement agreement maksudnya adalah
bahwa MoU tidak sama dengan perjanjian biasa
dan hanya sebatas pengikatan moral belaka.
Agreement is agreement adalah bahwa sekali
suatu perjanjian dibuat, apapun bentuknya,
tetap merupakan perjanjian dan karenanya
mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti
layaknya suatu perjanjian, sehingga seluruh
ketentuan pasal-pasal tentang hukum perjanjian
telah bisa diterapkan kepadanya.
Bentuk dan Struktur MoU

Bentuk MoU : tertulis


Struktur MoU :
1. judul MoU
2. pembukaan MoU
3. para pihak/komparisi MoU
4. isi/substansi kesepakatan yang dibuat oleh
para pihak;
5. penutup;
6. tanda tangan para pihak
Jangka Waktu Berlakunya MoU

Jangka waktu berlakunya MoU,


tergantung kesepakatan dari para
pihak dan dapat diperpanjang.
Daftar Bacaan Pokok
KUH Perdata
Pokok-pokok Hukum Perjanjian,
karangan Prof. Soebekti, SH
Subekti, 2008, Hukum Perjanjian, PT.
Intermasa, Jakarta
J. Satrio, 1999, Perikatan Pada
Umumnya, PT. Alumni, Bandung
Salim HS, dkk, 2008, Perancangan
Kontrak dan Memorandum of
Understanding MoU), Sinar Grafika,
Jakarta
PERTANYAAN2
1. APA YG DIMAKSUD DG PERIKATAN DAN APA
BEDANYA DG PERJANJIAN ?
2. APA SAJA SYARAT SAHNYA PERJANJIAN DAN APA
SAJA AKIBATNYA KALAU SYARAT TSB TDK DIPENUHI ?
3. APA YG DIMAKSUD DENGAN WAN PRESTASI DAN APA
SAJA AKIBATNYA?
4. JELASKAN JENIS PERJANJIAN DISERTAI DG
CONTOH!
5. HAL-HAL APA SAJAKAH YG MENGAKIBATKAN
HAPUSNYA PERJANJIAN, JELASKAN DG SINGKAT.
Selamat mengerjakan.

You might also like