You are on page 1of 17

Kelompok 1

Demensia Alzheimer
N A MA :
1. A F R I AYU W U L A N TIK A
2. HE N I CHA ROL I N
3. I MA N UEL S I N GGIH BI M A N TA RA
4. MA R I A A N G GELA P UT R I
5. V EG GI A N G GRAENI
Pendahuluan
Penyakit Alzheimer dimulai dengan penurunan kemampuan otak seperti, pemikiran , daya ingat,
dan penggunaan bahasa. Meskipun penelitian masih terus dilakukan penyebab penyakit ini
belum diketahui.
Penyakit Alzheimer dilaporkan untuk pertama kali oleh Alois Alzheimer, seseorang ahli psikiatri,
pada tahun 1906. Pasiennya adalah seorang wanita usia 51 tahun, yang mengalami gangguan
intelektual dan memori. Dia tidak mengetahui cara kembali ketempat tinggalnya, sedangkan
wanita tersebut tidak mengalami gangguan saraf atau motorik. Pada autopsi, terlihat bagian
otak yang mengalami difus dan simetris, dan secara mikroskopik tampak bagian kortikal otak
dengan plak neuritis dan degenerasi neurofibliar.
Penyakit ini merupakan bagian dari demensia 50% sampai 60% ditimbulkan penyakit Alzheimer.
Istilah demensia digunakan untuk menggambarkan sindrom klinis dengan gejala penurunan daya
ingat dan kemunduran fungsi intelektual lainnya.
Pengertian Demensia
Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya sehingga mengganggu
aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial. Kemunduran kognitif pada demensia biasanya di
awali dengan kemunduran memori/daya ingat (pelupa). Demensia terutama yang disebabkan
penyakit alzheimer berkaitan erat dengan usia lanjut.
Gejala-Gejala Demensia
1) Memori (daya ingat)
2) Orientasi : Gangguan orientasi orang, tempat dan waktu tetapi kesadarannya tidak
mengalami gangguan.
3) Bahasa : Aphasia, stereotipik, sirkumstansial, gangguan penamaan objek.
4) Daya pikir dan daya nilai : Daya pikir lebih lambat, aliran ide dan konsentrasi
berkurang, sudut pandang yang jelek dan kurang, pikiran paranoid, delusi, dll.
5) Kapasitas belajar komprehensif : Gangguan otak dalam memproses informasi yang
masuk.
6) Kemampuan dalam perhitungan.
Stadium Demensia
Stadium awal
1. Kesulitan dalam berbahasa
2. Mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna
3. Disorientasi waktu dan tempat
4. Sering tersesat ditempat yang biasa dikenal
5. Kesulitan membuat keputusan
6. Kehilangan inisiatif dan motivasi
7. Menunjukan gejala depresi dan agitasi
8. kehilangan minat dalam hobi dan aktivitas
Stadium menengah
1. Sangat mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang baru dan nama orang
2. Tidak dapat mengelola kehidupan sendiri tanpa timbul masalah
3. Tidak dapat memasak, membersihkan rumah, ataupun berbelanja
4. Sangat bergantung pada orang lain
5. Semakin sulit berbicara
6. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri (ketoilet,mandi, dan berpakaian)
7. Senang mengembara/ngeluyur tanpa tujuan. Ngeluyur ini bisa berupa :
a. Checking = berulang kali mencari pemberi asuhan
7. Senang mengembara/ngeluyur tanpa tujuan. Ngeluyur ini bisa berupa :
a.Checking = berulang kali mencari pemberi asuhan
b.Trailing = terus membuntuti pemberian asuhan
c. Pottering = terus berkeliling rumah
8. Terjadi perubahan perilaku
9. Adanya gangguan kepribadian
10. Sering tersesat, walaupun jalan tersebut telah dikenal (tersesat dirumah sendiri)
11. Dapat juga menunjukkan adanya halusinasi
Stadium lanjut
1. Ketidakmandirian dan inaktif yang total
2. Tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi personal)
3. Sukar memahai dan menilai peristiwa
4. Tidak mampu menemukan jalan disekitar rumah sendiri
5. Kesulitan berjalan
6. Mengalami inkontinensia (berkemih atau defekasi)
7. Menunjukkan perilaku tidak wajar dimasyarakat
8. Akhirnya bergantung pada kursi roda/tempat tidur
Faktor predisposi demensia
1. Faktor genetik
2. Faktor infeksi dan imunologis
3. Faktor lingkungan
4. Faktor trauma
5. Faktor neurotransmiter
Tahap 1

Seseorang dikatakan normal karena baik kesadaran fungsioanal maupn perilaku tidak mengalami penyimpangan,
bebas melakuka tindakan dan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan yang layak atau menurut perasaan.
Tahap 2
Setengah atau lebih populasi berusia 65 tahun keatas mengalami gangguan kognitif atau gangguan fungsional.
Tahap 3
Seseorang pada tahap ini mengalami kemunduran ringan, yang dimulai dengan permintaan atau pertanyaan yang
berulang .
Tahap 4
Kelemahan mental semakin nyata dan aktivitas fisik mulai berkurang
Tahap 5
Pada tahap ini , kebergantungan hidup pasien sehari hari semakin nyata
Tahap 6
Kemampuan dasar untuk melakukan kegiatan sehari hari bergantung pada orang lain
Tahap 7
Kemampuan berbicara mulai menghilang demikian pula gerakan fisik untuk berpindah tempat
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data subyektif :
1) Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi.
2) Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu.
b. Data obyektif :
1) Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan objek
yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana kekeluargaannya.
2) Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya.
3) Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan kata-
kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak
mampu menemukan kata-kata yang tepat.
Diagnosa keperawatan
a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuronal dan demensia
progresif.
b. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan defisit sensori dan motorik
c. Syndrome defisit perawatan diri berhubungan dengan konfusi, kehilangan kognitif
dan perilaku disfungsi.
d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perawatan anggota keluarga yang
mengalami disfungsi.
e. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan kerusakan kognitif & perilaku
disfungsi.
f. Kerusakan komunikasi berhubungan dengan gangguan pendengaran
g. Konfusi kronis berhubungan dengan degenerasi progresif korteks serebri sekunder
akibat demensia
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN : Perubahan proses pikir b/d degenerasi neuronal dan demensia progresif.
TUJUAN : Setelah diberi askep 324 jam diharapkan pasien mampu memelihara fungsi kognitif yang optimal dengan kriteria :
Mempertahankan fungsi ingatan yang optimal.
Memperlihatkan penurunan dalam prilaku yang bingung.
Menunjukkan respons yang sesuai untuk stimuli taktil, visual dan auditori.
Mengungkapkan rasa keamanan dan perlindungan.
Menunjukkan orientasi optimal terhadap waktu, tempat dan orang.
INTERVENSI KEPERAWATAN :
1. Kurangi konfusi lingkungan.
Dekati pasien dengan cara menyenangkan dan kalem.
Cobalah agar mudah ditebak dalam sikap dan percakapa perawat.
Jaga lingkungan tetap sederhana dan menyenagkan.
Pertahankan jadwal sehari-hari yang teratur.
Alat bantu mengingat sesuai yang diperlukan.
RASIONAL : Stimuli yang sederhana dan terbatas akan memfasilitasi interpretasi dan mengurangi distorsi input; perilaku yang
dapat ditebak kurang mengancam disbanding perilaku yang tidak dapat ditebak; alat bantu ingatan akan membantu pasien untuk
mengingat.
2. Tingkatkan isyarat lingkungan
Perkenalkan diri perawat ketika berinteraksi dengan pasien.
Panggil pasien dengan menyebutkan namanya.
Berikan isyarat lingkungan untuk orientasi waktu, tempat dan orang.
RASIONAL :Isyarat lingkungan akan meningkatkan orientasi terhadap waktu, tempat dan orang dan individu akan mengisi
kesenjangan ingatan dan berfungsi sebagai pengingat
DIAGNOSA KEPERAWATAN 2 : Risiko terhadap cedera b/d defisit sensori dan motorik
TUJUAN : Setelah diberi askep 324 jam diharapkan pasien mampu mempertahankan keselamatan fisik dengan kriteria :
Mematuhi prosedur keselamatan.
Dapat bergerak dengan bebas dan mandiri disekitar rumah.
Mengungkapkan rasa keamanan dan terlindungi.
INTERVENSI KEPERAWATAN :
1. Kendalikan lingkungan.
Singkirkan bahaya yang tampak jelas.
Kurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur..
Pantau regimen medikasi.
Awasi semua aktivitas diluar rumah.
RASIONAL :Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi risiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran
yang konstan.
2. Ijinkan kemandirian dan kebebasan maksimum.
Berikan kebebasan dalam lingkungan yang aman.
Hindari penggunaan restrain.
Kerika pasien melamun, alihkan perhatiannya.
Simpan tag identifikasi pada pasien.
RASIONAL :Hal ini akan memberikan pasien rasa otonomi.Restrain dapat meningkatkan agitasi.Pengalihan
sperhatiandifasilitasi oleh kehilangan ingatan segera.Nama dan nomor telpon akan memfasilitasi kembalinya dengan
amanspasien yang sedang melamun.
DAFTAR PUSTAKA

Boedhi-Darmojo, (2009), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta : FKUI.

Medicastore, 2008, Demensia, (Online), available : http:/www.medicastore.com, (2009, Agust,24).

Kusumawati, 2007, Mengenal Demensia Pada Lanjut Usia, (Online), available : http:/www.berita iptek
online.com, (2009, Agust, 24).

Maslim Rusdi, 2001, Diagnosis Gangguan Jiwa, Jakarta

Pujiastuti Sri Suruni, 2003, Fisioterapi Pada Lansia, EGC, Jakarta

Setiati Siti dkk, Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, edisi IV, FKUI, Jakarta

You might also like