You are on page 1of 75

MENGENAL KUSTA

Dr. Prima Kartika Esti, Sp.KK.,M,Epid


Daftar isi
1. Pengertian dan etiologi
2. Epidemiologi kusta
3. Diagnosis
4. Tatalaksana
5. Reaksi
6. Relaps dan resistensi
7. Program pengendalian kusta
1. Pengertian dan etiologi
Penyakit menular
Bakteri Mycobacterium leprae.
Menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain
kecuali SSP
Masa inkubasi rata-rata 2 5 tahun
Manusia satu-satunya sumber penularan
Penularan terjadi dari penderita kusta yang tidak
diobati kepada orang lain droplet infection dan
kontak kulit yang lama dan erat
Nasib infeksi M.leprae
2. Epidemiologi

Penyakit menular yang paling sulit menular


Perlu 107 bakteri untuk dapat menular ke orang lain
Prevalence and New Cases of Leprosy
Indonesia, 1970 - 2012
Leprosy Burden in Indonesia year 2012
Total Leprosy new cases 18,994 (Rate: 7,76/100.000)
Penduduk 2012 : 244.775.797

Aceh Sumatera Kalimantan Gorontalo North Sulawesi North Maluku West Papua Papua
565 (12,25) 984 (2.06) 542(3.78) 220 (20.25) 444 (19,08) 535 (49.14) 594 (72.71) 1.348(42.88)

High burden
(CDR>10/100000)
Or new case> 1000

Low burden DKI Jakarta West Java Central Java EastJava WestSulawesi South Sulawesi SE Sulawesi C. Sulawesi Maluku
CDR<10/100000 417 (4.23) 2.316(5.19) 1.813(5,56) 4.807 (12.65) 211 (17.29) 1.160(14.12) 300(12.91) 368 (13.45) 649 (40.09)
Or new case
Banten D.I. Yogyakarta Bali NTT
<1000 NTB Population: 244,775,797
349 (7.16)
757 (6,75) 121 (3,43) 100 (2,47) 394 (8,56)
Leprosy New Case Detection Rate
Indonesia, By Province, 2012

The Big 5
West Papua :72.71
North Maluku :49.14
Papua :42.88
Maluku :40.09
Gorontalo :20.25
Proportion of Disability Grade 2 and
Child
Indonesia, 2000 - 2010
Proportion of MB Cases
Indonesia, 2003 - 2010
3. Diagnosis
Syarat pemeriksaan :
Pencahayaan cukup, jaga privasi, sistematis

Anamnesis:
Nama, alamat, daerah asal
Riwayat tanda-tanda kulit/saraf yang dicurigai
Riwayat kontak dengan penderita
Riwayat penyakit (lain) sebelumnya

Pemeriksaan :
- Periksa bercak (3D): Dipandang, Diterawang, Diraba
- Palpasi saraf
- Pemeriksaan fungsi saraf
Klasifikasi berdasarkan Ridley-Jopling: TT
BT BB BL - LL
Klasifikasi lain berdasarkan WHO: PB MB
Diagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis
ditambah lab (slit skin smear) bila perlu
(cardinal sign/tanda utama)
Interpretasi hasil lab harus hati-hati
CARDINAL SIGN
KELAINAN PENEBALAN BTA POSITIF
KULIT SARAF DG GGN
(bercak) FUNGSI
YANG MATI
RASA

KUSTA

PB : MB :
- Bercak mati rasa < 5 - Bercak mati rasa > 5
- Penebalan saraf
- Penebalan saraf dengan ggn
dengan ggn fungsi, hanya 1
fungsi > 1
- BTA negatif
- BTA positif
Pembagian Ridley-Jopling

TT
Pembagian Ridley Jopling
Pembagian WHO
LETAK SYARAF TEPI
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUSTA

N. Facialis N. Auricularis magnus

N. Medianus
N. Radialis

N. Ulnaris

N. Peroneus Communis

N. Tibialis Posterior
Fungsi

Saraf Motorik Sensorik Otonom

Facialis Mempersarafi Mempersarafi


kelopak mata agar kelenjar keringat,
bisa menutup kelenjar minyak dan
Ulnaris Mempersarafi jari Rasa raba telapak pembuluh darah
tangan ke 4 dan ke tangan : separuh jari ke
5 4 (jari manis) & ke 5
(jari kelingking)
Medianus Mempersarafi jari Rasa raba telapak
ibu jari, telunjuk tangan bagian ibu jari,
dan jari tengah jari ke 2, 3, dan
separuh jari ke 4.
Radialis Kekuatan
pergelangan tangan
Peroneus Kekuatan
pergelangan Kaki
Tibialis Mempersarafi jari- Rasa raba telapak kaki
posterior jari kaki
ALUR TATALAKSANA PENDERITA KUSTA
CARDINAL SIGN

ADA RAGU TIDAK ADA

KUSTA TERSANGKA BUKAN KUSTA

JUMLAH BERCAK Periksa BTA, a


observasi 3-6 bl
biopsi kulit,
JML GG FS SYARAF
serologi
t
BTA a
u
>5
1-5 TANDA UTAMA
>1
1
BTA(+)
BTA (-) TAK
RAGU
ADA ADA

PB MB RUJUK
Kasus MB
Kasus PB
Diagnosis banding
4. Tatalaksana
Medikamentosa: MDT + ajuvan bila perlu
Non medikamentosa
Konseling
Penilaian cacat (pada kunjungan awal)
POD pada tiap kunjungan ulang (tiap bulan)
Penilaian kebutuhan rehab medik/intervensi lain
MDT

(WHO 1982, Pedoman nasional kusta 2012)


PB 6 dosis diselesaikan dlm 6 - 9 bulan
Rifampisin 600 mg/bulan
DDS 100 mg/hari

MB 12 dosis diselesaikan dlm 12 18 bulan


Rifampisin 600 mg/bulan
DDS 100 mg/hari
Klofazimin 300 mg /bulan, dilanjutkan 50 mg/hari
Anak > 10 th, dosis dewasa.
Anak < 10 th, sesuai BB
Pemberian MDT menurut umur
Tipe PB
<5 5-9 10-14 > 15 Ketera
Jenis Obat tahun tahun tahun tahun ngan
Minum
450
300 600 di
Rifampisin mg/bl
mg/bln mg/bln depan
n
petugas
Minum
Berdasar 50
25 100 di
berat mg/bl
mg/bln mg/hari depan
Badan n
petugas
DDS
Minum
50 di
25 100
mg/ha
mg/hari mg / hr depan
ri petugas
Tipe MB
Jenis < 5 tahun 5-9 10-14
> 15 tahun Keterangan
Obat tahun tahun
Rifampisi 300 450 Minum di depan
600 mg/bln
n mg/bln mg/bln petugas
25 50 Minum di depan
100 mg/bln
mg/bln mg/bln petugas
Berdasar
DDS 100 Minum dirumah
BB 25
mg/ha 100 mg/hari
mg/hari
ri
100 150 Minum di depan
300 mg/bln
mg /bln mg/bln petugas
Clofazimi 50 mg 50 Minum dirumah
ne setiap 2 mg/set
50 mg/hari
seming iap 2
gu hari

Bagi anak di bawah usia 10 tahun, dosis MDT diberikan berdasarkan berat badan.
- Rifampisin : 10-15 mg/kg BB
- DDS : 1-2 mg/kg BB
- Clofazimine : 1 mg/kg BB
Kondisi khusus

PB lesi tunggal: ROM dosis tunggal (WHO expert


committe, 1997)
Hamil dan menyusui: MDT aman
Ko-infeksi TB: dosis rifampisin sesuai OAT
Alergi dapson: pada pasien PB dapson diganti
klofazimin. Pasien MB lanjut MDT MB tanpa
dapson.
Alergi rifampisin: sama dengan resisten
rifampisin
Pengobatan PB lesi tunggal

Rifampisin Ofloxacin Minosiklin


Dewasa (50 70 kg) 600 mg 400 mg 100 mg
anak (5 14 th) 300 mg 200 mg 50 mg
Tidak direkomendasikan untuk wanita hamil dan anak < 5 tahun
Menolak klofazimin (WHO expert committe,1997)

Hasil diberi edukasi sebaik mungkin bahwa th/


terbaik adalah MDT MB dengann klofazimin
Terapi pilihan lain utk mengganti klofa (dapson
dan rifampisin diberikan spt biasa:
Ofloxacin 400 mg daily selama 12 bulan ATAU
Minosiklin 100 mg daily selama 12 bulan
Terapi MDT alternatif:
ROM sebulan sekali selama 24 bulan
Konseling singkat

Beri support pasien agar dapat mengatasi masalahnya


Lama pengobatan
Cara minum obat
Kusta dapat disembuhkan, bila minum obat teratur dan
lengkap
Bahaya yang terjadi bila minum obat tidak teratur dapat
menularkan keluarga dan orang lain, dan juga dapat menjadi
cacat.
Bila ada keluhan apapun yang terjadi selama masa
pengobatan, diminta segera memeriksakan diri ke
puskesmas.
Bila penderita saat pertama datang sudah dalam keadaan
cacat, maka jelaskan bahwa pengobatan tidak untuk
menyembuhkan cacat yang sudah terlanjur diderita.
Rehabilitasi medis

Bila terjadi kecacatan, dapat dilakukan :

rehabilitasi medik
rehabilitasi bedah/plastik-rekontruksi

rehabilitasi karya/okupasi

rehabilitasi sosial
Rujukan

Rujuk ke rumah sakit dengan fasilitas lengkap


(termasuk tenaga spesialis dan sarana) bila :

reaksi kusta berat


dugaan resisten terhadap pengobatan
dengan komplikasi penyakit lain
terjadi erupsi obat alergik
kemungkinan dilakukan tindakan bedah
MDT
Cacat kusta
Efek samping MDT
Dapson
Alergi (stop DDS)
Sindrom dapson (lesi makulopapular generalisata,
demam, ikterik,malaise, leukositosis, eosinofilia,
limfositosis atipik, limfadenopati generalisata,
kelainan hepar) stop DDS
Anemia Hemolitik
Gangguan saluran cerna; anoreksia, mual,
muntah, hepatitis.
Gangguan saraf; neuropati perifer, sakit kepala,
vertigo, penglihatan kabur, sulit tidur, psikosis.
Rifampisin
Kerusakan pada hati dan ginjal. Bila terjadi
hepatitis drug induced, stop rifampisin.
Efek samping yang ringan: flu-like syndrome,
lemah,
Beritahukan pasien bahwa air seni akan
berwarna merah bila minum obat.
Klofazimin
Pewarnaan pada kulit, terutama pada
infiltrat/bercak, berwarna kecoklatan sampai
kehitaman self limited
Gangguan pencernaan: diare, nyeri lambung.
Monitoring pengobatan
RFT/COT
PB 6 dosis dalam 6 - 9 bulan, tanpa harus
pemeriksaan lab.
MB 12 dosis dalam 12-18 bulan, tanpa harus
pemeriksaan lab.

Masa pengamatan: semi-active surveillance


PB 2 tahun
MB 5 tahun; tanpa pemeriksaan lab

Setela masa pengamatan pasien disebut RFC.

Defaut /DO
> 3 bln (PB) atau >6 bln (MB) tdk konsumsi MDT harus
dinilai ulang, jika aktif obati kembali. Jika tidak aktif
dianggap RFT
5. Reaksi
Episode akut pada perjalanan penyakit kusta akibat
perubahan sistem kekebalan tubuh.
Dapat timbul sebelum, selama dan sesudah pengobatan.
Pencetus: setelah pengobatan intensif, stres fisik/psikis,
imunisasi, kehamilan, persalinan, menstruasi, infeksi,
trauma, dll
Timbul peradangan AKUT pada kulit, saraf, atau organ
lain; dapat disertai gangguan keadaan umum
Sebelum RR Saat mengalami RR
Tipe I RINGAN
oLesi kulit tambah aktif, lebih menebal
oTidak ada nyeri tekan saraf maupun ggn fungsi

Tipe I BERAT
oLesi kulit merah, teraba panas, sendi sakit

oNyeri tekan dan ggn fungsi saraf


oMengenai daerah wajah dapat dianggap RR
berat
Tipe II RINGAN
oNodul nyeri tekan dan hilang dalam 2 - 3 hari

oDemam ringan
oTidak ada nyeri tekan saraf dan ggn fungsi

Tipe II BERAT
oTidak ada ggn organ tubuh lain
oNyeri tekan, jumlah >>, ulserasi
oDapat disertai demam
o Nyeri tekan dan ggn fungsi saraf
Pengobatan reaksi
Skema pemberian prednison untuk rx kusta
Skema pemberian klofazimin untuk rx kusta

Klofazimin diberikan utk ENL berat berulang (>= 2


episode)
Diberikan dlm dosis tunggal atau terbagi, pagi hari, pc
6. Relaps
Didefinisikan sbg terjadinya kembali penyakit kusta
setelah mendapat terapi MDT sesuai rekomendasi WHO
secara penuh (WHO)

Diagnosis relaps ditegakkan dengan: timbulnya lesi baru


dan/atau peningkatan BI >/= 2 unit pada lokasi manapun
dibandingkan dengan BI yang diperiksa sebelumnya dari
lokasi yang sama.
Harus hati-hati membedakan dengan reaksi kusta
(termasuk kemungkinan late onset reaction)
Relaps sensitive: relaps timbul dengan
M.leprae yang masih sensitif dengan MDT
Relaps resisten: relaps timbul dengan
M.leprae yang resisten terhadap salah satu
atau beberapa MDT
Angka relaps di dunia: 0.1/100 person/year
Angka relaps MB INA: 0.12/100 person/year
(WHO 2004)
Gejala Rx tipe 1 (RR) Relaps

Onset/interval Dlm 4-24mgg th/ atau 6 bln 1 th setlh RFT (PB 3 th,
stlh RFT. Pada rx berulang, MB 9th)
sampai 2 th stlh RFT
Timbulnya gejala Mendadak, cepat Lambat, bertahap

Tipe kusta BT,BB,BL Semua

Lesi lama Bbrp atau seluruh lesi jadi Eritem dan plak di tepi
berkilap, eritem, bengkak, lesi. Lesi bertambah dan
NT(+), konsistensi lunak. meluas
Edema tangan/kaki (+). Terjadi
perubahan tipe ke arah lebih
baik
Gejala Rx tipe 1 (RR) Relaps

Lesi baru Jumlah beberapa, morfologi Jumlah banyak


sama
Ulserasi (+) pada reaksi berat (-)

Keterlibatan saraf Neuritis akut yg nyeri, ada Terjadi keterlibatan saraf


nyeri spontan, abses saraf, baru, tanpa nyeri
tiba-tiba ada paralisis otot spontan, NT (+),ggn
disertai meluasnya ggn sensoris dan motoris
sensoris terjadi perlahan
Ggn sistemik Mungkin ada Mungkin tidak ada

BTA Penurunan BI, peningkatan BI mungkin (+) pada


bentuk granuler. pasien dgn BI yg
sebelumnya (-)
Respons thd Exellent. Lesi membaik dlm 2- Respon tidak ada atau
steroid 4 mgg, dan tetap membaik sedikit
dengan pengobatan 2 bln
Management relaps MB (Guidelines for global drug
resistance surveillance in leprosy, WHO SEARO 2007)

Semua pasien relaps harus segera mendapat


MDT ulang tanpa menunggu hasil/konfirmasi
resistensi.
Th/ disesuaikan kembali setelah hasil tes
resistensi ada.
Resistensi M.leprae diperiksa dengan metode
DNA sequencing thd rifampisin, dapson,
dan/atau ofloxacin
7. Program pengendalian kusta
Dimotori oleh Kemenkes c.q Ditjen P2PL (Subdit Kusta
dan Frambusia)
Prevalens rate dan CDR tetap tinggi ( 17,000 kasus/th)
Keterbatasan sumber daya dan political commitment
(terutama daerah low endemic)
Kualitas hidup OYPMK rendah
Stigma masih cukup besar
Perbaikan layanan rehabilitasi
General Information
2011 Data

Island: 17,504; 992 inhabited Health Infrastructure Human Resources


Provinces: 33 General Hospital: 1,370 Doctors: 26,880
District: 497 Specific Hospital: 351 Paramedics:107,204
Sub District: 6,694 Leprosy Hospital: 23 Midwives: 104,151
Village: 77.465 Health Center: 9,321 Cadre :131,383
Population: 241,182,182 Sub Health Center: 21,790
Growth rate: 1.49 % Health Post: 321,591
Program rutin: pencarian kasus, surveilans,
monev, RR, MDT, pelatihan
Program on progress:
Kemoprofilaksis pilot di Sampang dan Bima
Survei ko-infeksi HIV leprosy
Integrasi program kusta-DM
Drug resistance surveillance
Operational research
TREND & CUMMULATIVE OF NEW CASES WITH
DISABILITY Gr 2 , Year 1990-2012

35.484
Profile of stigma in
community
in 5 districts in Indonesia (n=959)
Social discrimination experienced by
people with disability related to leprosy
in 5 districts in Indonesia (n=1,328)
RESOURCES and EFFORTS NEEDED
HEALTH
COMMUNIT GOVERN-
PROVIDER NGO
Y MENT
S

Integration
Elimination Political
to general Partnershi
Of Stigma commitme
health serv p
nt

Self To Reach Resource Program


Reportin All Patient s: Sustainabili
g
Early Human & ty
Treatment Financial

Joint Forces, Resources and Efforts is


7. Program pengendalian kusta
THE MOST IMPORTANT: NETWORKING
Public Health Official and Clinician

Case Finding Referral


Diagnosis, Treatment Tx of Complication
Follow up of Treatment Medical Rehabilitation
Monitoring, Evaluation Research
Recording & Reporting Transfer of Knowledge

Comprehensive Health Service


Terima kasih

You might also like