You are on page 1of 26

HAKEKAT KEBENARAN

SARANA BERPIKIR ILMIAH

LOGIKA BERPIKIR

PENALARAN
HAKEKAT KEBENARAN

DEFINISI
JENIS-JENIS

SIFAT
TEORI

CARA
PENEMUAN
Menurut Surajiyo (2010: 102), dalam Kamus Umum Besar
Bahasa Indonesia ditulis Purwadarminta ditemukan
arti kebenaran, yakni:
1. Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok
dengan hal atau keadaan yang sesungguhnya)
2. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul-
betul demikian halnya dan sebagainya)
3. Kejujuran (kelurusan hati)
4. Jalan kebetulan

Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi keenaran ialah


suatu keadaan atau sesuatu yang sebenarnya,
sesungguhnya ataupun yang sebetulnya ada.
Menurut A.M.W. Pranarka (1987) (dalam Surajiyo, 2010:
102), jenis-jenis kebenaran yaitu:
Kebenaran epistemologikal, pengertian kebenaran
dalam hubungannya dengan pengetahuan
manusia.
Kebenaran ontologikal, kebenaaran sebagai sifat
dasar yang melekat pada segala sesuatu yang ada
ataupun diadakan
Kebenaran semantikal, kebenaran yang terdapat
serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa

Jadi, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kebenaran


ada 3 yaitu kebenaran epistemologikal, kebenaran
ontologikal, kebenaran semantikal.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta
(1996)(dalam Surajiyo. 2010: 103) menjelaskan sifat
kebenaran yaitu:
Kebenaran berkaitan dengan kualitas peengetahuan
Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik
dari bagaimana cara seseorang membangun
pengetahuannya.
Kebenaran yang dikaitkan atas ketergantungan
tejadinya pengetahuan

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat kebenaran


ada 3 yaitu berkaitan dengan: kualitas pengetahuan,
cara seseorang membangun pengetahuan, dan
ketergantungan terjadinya pengetahuan.
Menurut Zaprulkhan (2016: 106-127), teori keenaran
adalah sebagai berikut.
Teori kebenaran korespondensi atau kesesuaian
Suatu pernyataan itu benar kalau isi pengetahuan
yang terkandung dalam pernyataan tersebut sesuai
dengan objek yang dirujuk oleh pernyataan tersebut.
Teori kebenaran koherensi atau keteguhan
Kebenaran harus berdasarkan harmoni internal
proposisi-proposisi dalam suatu sistem tertentu.
Teori kebenaran pragmatis atau kesuksesan bila
dipraktikkan
Kebenaran, arti, atau nilai suatu gagasan harus
dinilai dari segi praktisnya.
Teori kebenaran performatif
Suatu pernyataan atau ujaran itu benar apabila apa
yang ditanyakan itu sungguh terjadi ketika
pernyataan atau ujaran itu dilakukan (performed).
Teori kebenaran konsensus
Suatu teori ilmiah dianggap benar kalau dapat
disetujui oleh komunitas ilmuan bidang yang
bersangkutan sebagai benar.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa teori-teori kebenaran


yaitu teori korespondensi, koherensi, pragmatis,
performatif, dan konsensus.
Cara penemuan kebenaran diuraikan oleh Hartono
Kasmadi, dkk., (1990) (dalam Surajiyo, 2010: 100)
sebagai berikut:
Penemuan secara kebetulan: penemuan yang
berlangsung tanpa disengaja.
Penemuan coba dan ralat (trial and error): terjadi
tanpa adanya kepastian akan berhasil atau tidak
berhasil kebenaran yang dicari.
Penemuan melalui otoritas atau kewibawaan:
pendapat orang-orang yang memiliki kewibawaan
misalnya orang yng mempunyai kedudukan dan
kekuasaan sering diterima sebagai kebenaran
Lanjutan cara penemuan kebenaran diuraikan oleh Hartono
Kasmadi, dkk., (1990) (dalam Surajiyo, 2010: 100) sebagai
berikut:
Penemuan secara spekulatif: seorang yang menghadapi
suatu masalah yang harus dipecahkan, ia membuat
sejumlah alternatif pemecahan, kemudian memilih salah
satu, sekalipun ia tidak yakin benar mengenai
keberhasilannya.
Penemuan kebenaran lewat cara berppikir kritis dan
rasional: dalam meghadapi masalah manusia berusaha
menganalisisnya berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki.
Penemuan kebenaran melalui penelitian ilmiah:
kebenaran ditemukan lewat penelitian yang ilmiah oleh
seseorang maupun kelompok.
Jadi, berdasarkan hal tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa ada beberapa cara
penemuan kebenaran yaitu Penemuan
secara kebetulan, Penemuan coba dan
ralat (trial and error), Penemuan melalui
otoritas atau kewibawaan, Penemuan secara
spekulatif, Penemuan kebenaran lewat cara
berppikir kritis dan rasional, dan Penemuan
kebenaran melalui penelitian ilmiah.
SARANA
BERPIKIR ILMIAH

BAHASA MATEMATIKA STATISTIK


Menurut Bakhtiar (2012: 182-184), bahasa sebagai sarana berpikir
ilmiah yaitu sebagai berikut.
Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai
kriteria maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah.
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal
Dalam proses berpikir ilmiah, bahasa sebagai alat berpikir dan
alat komuikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut
kepada orang lain.
Sebagai sarana berpikir ilmiah, bahasa disebut komunikasi ilmiah
yang mana proses penyampaian informasi berupa
pengetahuan.

Jadi, berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan


bahwa bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah berupa
bahasa verbal yang berguna untuk menyampaikan
informasi yang berupa pengetahuan.
MATEMATIKA SEBAGAI BAHASA
Menurut Bakhtiar (2012: 188-190) bahwa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian
makna dari serangkaian pernyataan.
Matematika mengembangkan bahasa numerik, sehingga kita
dapat melakukan pengukuran secara kuantitatif.
MATEMATIKA SEBAGAI SARANA BERPIKIR DEDUKTIF
Menurut Bakhtiar (2012: 191-192) bahwa
Merupakan ilmu deduktif yang diperoleh karena penyelesaian
masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas
pengalaman ,melainkan deduksi-deduksi.
Pola berpikir deduktif merupakan proses pengambilan
kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang
kebenarannya telah ditentukan.
Jadi, berdasarkan hal tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa matematika sebagai
sarana berpikir ilmiah yang mana matematika
bisa disebut sebagai bahasa yaitu bahasa
numerik dan matematika juga bisa disebut
sebagai sarana berpikir deduktif yaitu
pengambilan kesimpulan yang didasarkan
pada pernyataan-pernyataan yang telah
ada.
Menurut Bakhtiar (2012: 197-199) bahwa:
Statistik merupakan kumpulan bahan keterangan yang
berwujud angka (data kuantitatif).
Statistik berarti tabel, grafik, daftar informasi, angka-angka,
informasi.
Statistik berarti ilmu pengumpulan, analisis, dan klasifikasi data,
Statistika berfungsi meningkatkan ketelitian pengamatan kita
dalam menarik kesimpulan.
Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk
memproses pengetahuan secara ilmiah.

Jadi, berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat


disimpulkan bahwa statistik sebagai sarana berpikir
ilmiah berupa data kuantitatif yang berfungsi untuk
meningkatkan ketelitian dalam memproses
pengetahuan secara ilmiah.
LOGIKA BERPIKIR

PENGERTIAN CARA BERPIKIR


LOGIKA BERPIKIR YANG BENAR
PENGERTIAN LOGIKA
Menurut Soekadijo (1983: 3), logika sebagai istilah
berarti suatu metoda atau teknik yang diciptakan
untuk meneliti ketepatan penalaran.
Menurut Alexander Aphrodisias (dalam Soerajiyo,
2005: 23), logika dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus
tidaknya pemikiran manusia.
Menurut Ihsan (2010: 123), logika disebut sebagai
cara penarikan kesimpulan.
Menurut Bakhtiar (2012: 212), logika adalah sarana
berpikir sistematis, valid dan dapat
dipertangungjawabkan.
PENGERTIAN BERPIKIR
Menurut Soerajiyo (2005: 23), berpikir adalah objek
material logika. Berpikir adalah kegiatan pikiran dan
akal budi manusia.

Jadi, berdasarkan pengertian logika dan berpikir


tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa logika
berpikir adalah kegiatan pikiran akal budi
manusia melalui teknik yang diciptakan untuk
meneliti ketepatan penalaran atau penarikan
kesimpulan yang sistematis dan valid.
Menurut Bakhtiar (2012: 213), aturan cara berpikir yang benar
adalah sebagai berikut.
Mencintai kebenaran
Ketahuilah(dengan sadar) apa yang sedang anda kerjakan
Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang anda katakan
Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi)
yang semestinya
Ketahuilah (dengan sadar) mengapa anda menyimpulkan
begini atau begitu
Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan
tenaga, serta sangguplah mengenali jenis, macam, dan
nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab
kesalahan pemikiran.
Jadi, berdasarkan pendapat tersebut,
maka kita tahu bahwa untuk mencapai
pengetahuan kebenaran, maka
kegiatan berpikir memang harus
dilakukakn dengan cara-cara yang
benar seperti di atas.
PENALARAN

INDUKTIF DEDUKTIF
PENGERTIAN
PENALARAN
Menurut Ihsan (2010: 116-117) bahwa:
Penalaran adalah kegiatan berpikir yang memiliki karakteristik
tertentu dalam menemukan suatu kebenaran.
Penalaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses berpikir
dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan
yang benar.
Penalaran sebagai suatu proses berpikir didasarkan dua hal
utama, yaitu
Logis: setiap bentuk penalaran mempunyai logikanya masing-
masing.
Analitis: kegiatan berpikir yang mendasarkan diri pada suatu
analisis.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian penalaran


yaitu kegiatan berpikir dalam menarik kesimpulan yang
logis dan analitis untuk menemukan suatu kebenaran.
Menurut Soerajiyo,dkk (2006: 63), penalaran induktif adalah
suatu bentuk penalaran yang menyimpulkan suatu proposisi
umum dari sejumlah proposisi khusus.
Menurut Aristoteles (dalam Surajiyo, 2010: 118), induktif yaitu
proses peningkatan dari hal-hal yang bersifat individuan kepada
yang bersifat universal
Menurut Bakhtiar (2012: 203), penalaran secara induktif dimulai
dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang
mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum.
Menurut Soekadijo (1983: 7), penalaran induktif adalah
penalaran yang mana konklusinya lebih luas daripada
premisnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penalaran induktif yaitu


kegiatan berpikir dalam menarik kesimpulan dari yang
bersifat khusus ke yang bersifat umum.
Menurut Soerajiyo,dkk (2006: 63), penalaran deduktif adalah
mengambil suatu kesimpulan yang khusus dari sejumlah
proposisi umum.
Menurut Surajiyo (2010: 121), dedutif adalah mengambil
suatu kesimpulan dari hal yang khusus dari sejumah proposisi
yang umum.
Menurut Bakhtiar (2012: 203), deduktif adalah cara berpikir
di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus.
Menurut Soekadijo (1983: 7), penalaran deduktif adalah
penalaran yang mana konklusinya tidak lebih luas daripada
premisnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penalaran deduktif yaitu


kegiatan berpikir dalam menarik kesimpulan dari yang
bersifat umum ke yang bersifat khusus.
Bakhtiar, Amsal. 2012. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Press.

Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekadijo. 1983. Logika Dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Soerajiyo, dkk. 2006. Dasar-Dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara.

Soerajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.

Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia.


Jakarta: Bumi Aksara.

Zaprulkhan. 2016. Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer.


Jakarta: Rajawali Press.

You might also like