You are on page 1of 133

Ascaris lumbricoides :

- Dewasa
- Telur fertil
- Telur infertil
- Telur dekortikasi
Filum NEMATHELMINTHES PLATYHELMINTHES
CACING BULAT CACING PIPIH

Klas NEMATODA CESTODA TREMATODA


Bilateral Simetris CACING PITA CACING DAUN
Silindris

NEMATODA USUS NEMATODA DARAH /


Kelamin Terpisah JARINGAN


Usus Habitat Darah/jaringan

Soil transmitted Transmisi Insect transmitted

Per oral Infeksi Per kutan

Ascaris lumbricoides
Trichuris trichiura Whuchereria bancrofti
Ancylostoma duodenale Whuchereria malayi
Contoh
Enterrobius vermicularis spp Loa loa
Trichinella spiralis Dracunculus medinensis
dst
dst
Ascaris lumbricoides
Morfologi
1. Jantan
Ciri-ciri : - Ekor melingkar, dengan 2 spikulum.
- Tubuh silinder melingkar, kutikula
bergaris
melintang.
- Ukuran 15-30 cm.
- Mulut mempunyai 3 bibir (1 dorsal, 2
lateroventral).

Gambar : Ascaris lumbricoides


dewasa (bagian posterior)
2. Betina
Ciri-ciri : - Ekor lurus, vulva terdapat pada 1/3
bagian tubuh dari kepala.
- Produksi telur 200.000 butir/hari.
Selama hidupnya 6 juta telur.
- Ukuran 20-40 cm.
- Mulut = jantan.
Gambar : Ascaris lumbricoides dewasa &
Telur

Fertil
Ciri-ciri : - Ukuran 60 x 45 um.
- Bentuk oval.
- Dinding 3 lapis (Albuminoid, khitin,
vitelin).

Gambar :
Telur Ascaris lumbricoides
yang fertil.
Telur

2. Infertil
Ciri-ciri : - Dihasilkan oleh betina yang belum
melakukan kopulasi atau terlalu
cepat dikeluarkan.
- Ukuran 90 x 40 um.

Gambar :
Telur Ascaris lumbricoides
yang infertil.
Telur

3. Dekortikasi
Telur dekortikasi yaitu telur yang tidak
mempunyai lapisan albuminoid. Telur ini fertil tapi
lapisan albuminoidnya sudah lepas karena pengaruh
mekanis waktu dikeluarkan bersama tinja.

Gambar :
Telur Ascaris lumbricoides
yang fertil.
Epidemiologi
Soil transmitted : Infeksi Ascaris dapat terjadi melalui
sayur-sayuran mentah yang
terkontaminasi telur infeksius atau
melalui tangan yang kotor yang terkena
tanah terkontaminasi telur Ascaris.

Terapi
- Piperazin (Upixon).
- Pyrantel pamoat (Combantrin).
- Mebendazol.
Patologi
- Pneumonitis.
- Malnutrisi.
- Obstruksi usus.
- Gangguan kelenjar empedu.
- Keluar ke mulut dan hidung bila cacing kepanasan
dalam usus kalau suhu badan penderita naik.
Pencegahan askariasis dapat dilakukan :
Defekasi di jamban keluarga
Mencuci sayuran/merendam lalap selama 30 detik
di dalam air mendidih
Penyuluhan kesehatan
Penyediaan sarana kesehatan, air bersih,
pengolahan kotoran, sampah, aspalisasi, betonisasi
dll.
Enterobius
vermicularis
(cacing kremi)

Filum : Nemathelminthes
Famili : Oxyuroidae
Kelas : Nematoda
Genus : Enterobius
Spesies : Enterobius vermicularis /
Oxyuris vermicularis
Ciri Morfologi
Warna keputihan, mulut mempunyai 3 bibir.
Bagian anterior tubuh terdapat alae sefalik
lateral.
Ukuran 2-6 mm, ekor melengkung dengan
1
spikulum diujungnya.
Ukuran 8-13 mm, mempunyai ekor yang
runcing seperti jarum penggerek.
Vulva terletak 1/3 bagian anterior tubuh.
Anus terletak di 1/3 bagian posterior tubuh.
Habitat : usus halus, bermigrasi ke anus,
perineum,
vagina, appendiks.
Stadium telur :
Bentuk asimetris, satu sisi rata dan sisi
yang lain
cembung.
Mampu memproduksi 11.000 butir telur.
Dinding telur bening, di dalamnya
terdapat
embrio yang posisinya menggulung.
Penularan

1
AUTOINFEKSI

4 2
INHALASI KONTAK LANGSUNG

3
RETROFEKSI
Patologi

Perlukaan pada dinding usus


Gatal-gatal pada anus
Neurosis insomnia
Apendisitis
Vaginitis
Gejala Klinis :
Gatal ani pada malam hari, apendisitis,
BB turun, anoreksia, insomnia, badan lemah.

Diagnosa :
menemukan telur dan cacing dengan anal
swab.

Terapi :
Palmitin pamoat.
LABORATORIUM PARASITOLOGI
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG

Wuchereria bancrofti
Brugia malayi
B. timori
KLASIFIKASI HELMINTH

Filum NEMATHELMINTHES PLATYHELMINTHES


CACING BULAT CACING PIPIH

Klas NEMATODA CESTODA TREMATODA


Bilateral Simetris CACING PITA CACING DAUN
Silindris

NEMATODA USUS NEMATODA DARAH /


Kelamin Terpisah JARINGAN


NEMATODA

Usus Habitat Darah/jaringan

Soil transmitted Transmisi Insect transmitted

Per oral Infeksi Per kutan

Ascaris lumbricoides Whuchereria bancrofti


Trichuris trichiura Contoh Brugia malayi
Ancylostoma duodenale spp
B. timori
Enterobius vermicularis
Dracunculus medinensis
Trichinella spiralis
dst dst
Filaria adalah suatu group Nematoda yang
dari satu hospes definitif ke hospes berikutnya
memerlukan Arthropoda sebagai hospes
perantara yaitu insek penghisap darah dan
udang kecil.
Yang betina bersifat vivipar, larvanya
dinamakan mikrofilaria berada umumnya
dalam darah perifer atau dalam jaringan ikat
subkutan.
Merupakan parasit pada sistem peredaran
darah dan limfe, otot, jaringan ikat atau rongga
serosa.
Bentuk fili (rambut) seperti benang, berwarna
putih krem.
Ukuran : panjang 2 70 cm. Betina lebih
panjang dari jantan.
Rongga mulut tidak nyata.
Beberapa jenis yang mempunyai sayap
belakang (caudal alae).
mempunyai dua spikulum kopulasi
vivipar melahirkan mikrofilaria.
Mikrofilaria dihisap oleh insek penghisap
darah dari darah dan jaringan.
Metamorfose mikrofilaria dalam hospes
perantara, disini terjadi perubahan dari larva
berbentuk rhabditoid ke bentuk filaria.
Pemindahan larva yang infeksius melalui kulit
ke hospes baru, disini larva bertumbuh
menjadi dewasa.
Daur Hidup

Dewasa Mikrofilaria

Manusia Serangga

Larva Larva
filariform rabditiform
- Terdapat didaerah beriklim tropis,
- Menyebabkan filariasis limpatik,
- Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria
bersarung yang hidup dialiran darah tepi
(secara periodik nokturna) pada waktu
malam. Pada siang hari mikrofilaria
terdapat dikapiler alat dalam (paru,
jantung, ginjal, dll)
Morfologi :
Berbentuk benang halus berwarna putih
susu.
Ukuran : (244-296) x (7,5-10) um.
Mempunyai selubung berupa kutikula halus
dengan ujung anterior tumpul sedang
posterior lebih tajam, terlihat kurang jelas.
Inti teratur dan bagian ekor kosong (tidak
ada intinya).
Periodisitas : nocturna
Manusia dikenal sebagai hospes definitif
Transmisi infeksi melalui nyamuk (Culex
quinquefasciatus, Aedes polynensiensis,
Anopheles spp).
Cacing dewasa berada pada saluran limfe
sedangkan mikrofilaria ditemukan dalam
darah dan limfe.
Mikrofilaria terhisap oleh nyamuk waktu ia
menghisap darah, lalu migrasi kedalam otot
nyamuk. Setelah periode pertumbuhan,
larva bergerak keluar otot dan migrasi ke
probosis.
Patologi dan gejala klinik :

Dibagi dalam 2 kelompok


1. Cacing dewasa
Menimbulkan limfadenitis dan limfangitis
retrograd dalam stadium akut, disusul
dengan obstruksi manahun 10-15 tahun
kemudian.

2. Mikrofilaria biasanya tidak menimbulkan


kelainan, dalam keadaan tertentu dapat
menyebabkan occult filariasis.
Pada stadium akut
Ditandai dengan gejala peradangan pada
saluran dan kelenjar limfe. Yang paling
sering dijumpai adalah peradangan pada
sistem limpatik alat kelamin pria
menimbulkan funikulitis, epididimitis dan
orkitis. Saluran sperma meradang,
membengkak menyerupai tali dan sangat
nyeri bila diraba.
Pada stadium menahun
Paling sering dijumpai adalah hidrokel,
elefantiasis seluruh tungkai, lengan, buah
zakar, payudara, vulva dan kadang-kadang
dapat pula terjadi kiluria.
Morfologi :
Bentuknya halus seperti benang dan berwarna
putih susu.
B. malayi Ukuran : 55mm x 0,16mm
Ukuran : 22-23mm x 0,09mm
B. timori Ukuran : 21-39mm x 0,1mm
Ukuran : 13-23mm x 0,08mm
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang
bersarung.
Inti berkelompok tidak teratur, dibagian ekor
terdapat 2-5 inti.
Brugia malayi dibagi menjadi 2 varian :
- Yang hidup pada manusia
- Yang hidup pada manusia dan hewan
(kucing, kera, dll)

B. timori hanya hidup pada manusia.

B. malayi terdapat disebagian negara-negara


di Asia.
B. timori hanya terdapat di Indonesia bagian
timur (pula timor, flores, rote, alor dan
beberapa pulau kecil di NTT).
Cacing ini hidup dalam saluran dan
pembuluh limfe, berbentuk benang halus
seperti susu.
Morfologi Brugia malayi bersifat non
periodic (tidak beraturan),
Ditularkan oleh nyamuk Anopheles
barbirostris (manusia), dan nyamuk Mansonia
(hewan).
Morfologi B. timori bersifat periodic
nokturna (pada malam hari) ditularkan oleh
nyamuk Anopheles barbirostris.
Patologi dan Gejala Klinik

1. Gejala klinis B. malayi sama dengan B. timori. Tapi


berbeda dengan gejala klinis filariasis bancrofti.
2. Stadium akut ditandai demam, peradangan saluran
dan kelenjar limfe yang hilang timbul berulang-
ulang, dan peradangan ini sering timbul setelah
penderita bekerja berat diladang atau disawah.
3. Peradangan pada saluran limfe dapat terlihat
sebagai garis merah yang menjalar kebawah. Pada
stadium ini tungkai bawah biasanya ikut
membengkak dan menimbulkan gejala limfedema.
4. Limfadenitis pada tungkai bawah (pangkal paha) ini
dapat berkembang menjadi bisul, pecah menjadi
ulkus. Bila sembuh akan meninggalkan bekas parut
(gejala objektif filariasis limfatik)
5. Pada filariasis Brugia, sistem limfe alat kelamin tidak
pernah tertekan.

6. Limfedema biasanya hilang setelah gejala peradangan


menyembuh, tetapi dengan serangan berulang,
lambat laun pembengkakan tungkai tidak hilang
walaupun peradangan sembuh, akhirnya timbulah
elefantiasis.

7. Pada filariasis brugia, elefantiasis hanya mengenai


tungkai bawah (dibawah lutut atau siku). Alat
kelamin dan payudara tidak pernah terkena.
8. Filariasis brugia penyebarannya bersifat lokal.

9. B. timori hanya terdapat dipedesaan/persawahan


karena vektornya tidak dapat berkembang biak
diperkotaan.

10.B. malayi hanya terdapat didaerah pinggir pantai


atau daerah aliran sungai dengan rawa-rawa.
1. Menemukan mikrofilaria didalam darah,
cairan hidrokel atau cairan kiluria.
2. Radiodiagnosis : USG Doppler
3. Imunologi : ICT, IgG4.

Pengobatan
DEC (Diethilcarbamazyne) 6 mg/kgBB/hari untuk 12 hari
Pemeriksaan laboratorium penderita
filariasis adalah untuk mencari identitas
spesies mikrofilaria.
Sampel pemeriksaan berupa : darah, biopsi
kulit, kadang-kadang urine, cairan otak.
Jumlah mikrofilaria memberikan informasi
tentang transmisi dan cara infeksinya.
Pemeriksaan serologi jarang dilakukan
karena hasilnya tidak spesifik dan sensitif.
1. Pemeriksaan mikrofilaria dalam darah ?

2. Pemeriksaan mikrofilaria dalam urine ?

3. Pemeriksaan biopsi kulit ?


LABORATORIUM PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG

Taenia saginata
Taenia solium
KLASIFIKASI HELMINTH

Filum NEMATHELMINTHES PLATYHELMINTHES


CACING BULAT CACING PIPIH

Klas NEMATODA CESTODA TREMATODA


Bilateral Simetris CACING PITA CACING DAUN
Silindris

NEMATODA USUS NEMATODA DARAH /


Kelamin Terpisah JARINGAN


Cacing Pita
Taenia saginata
Taenia solium

Filum : Platyhelminthes
Famili : Taeniidae
Ordo : Cyclophyllidea
Kelas : Cestoda
Genus : Taenia
Spesies : Taenia saginata,
Taenia solium
CESTODA
Morfologi Umum :

Cacing yang panjang menyerupai pita,


pipih dorsoventral,
tidak mempunyai tract. dig./pembuluh darah,
badan terbagi dalam segmen/proglotid,
Bersifat hermafrodit.
Tubuh terdiri dari :
1. Scolex : Dilengkapi alat pemegang / hisap
2. Leher : tempat pertumbuhan
3. Strobila : rangkaian segmen
SCOLEX (macam alat hisap) :
1. Bothria : lekuk penghisap yang memanjang, terdapat
pada Diphyllobothrium
2. Batil isap : seperti cangkir, terdapat pada Taenia
saginata
3. Batil isap + Rostellum : kait-kait khitin, terdapat pada
Taenia solium
Stadium-Stadium Pada Cestoda

1. Telur hexacanth : 6 kaitan.


2. ONCHOSPHERE : larva dengan kaitan.
3. CORACIDIUM : larva bersilia.
4. CYSTICERCOID : larva yang mempunyai 6 kaitan
pada Hymenolepis nana.
5. CYSTICERCUS : larva yang mempunyai 6 kaitan
padaTaenia.
6. PROCERCOID : larva yang mempunyai 6 kaitan pada
Diphyllobothrium latum.
7. SPARGANUM : larva dari procercoid pada D. latum
8. HIDATIDA : larva dari hexacanth pada Echinococcus
granulosus.
Taenia saginata
(cacing pita sapi)

Ciri Morfologi :
Mempunyai 4 batil isap tanpa kait
Bentuk leher sempit, ruas-ruas tidak jelas dan
didalamnya tidak terlihat struktur tertentu
Proglotid bentuknya lebih panjang dari pada lebar
Strobila terdiri dari proglotid yang belum dewasa,
proglotid dewasa (mature) dan proglotid gravid
Lubang kelamin letaknya selang seling pada sisi
kanan dan kiri dari strobila
Letak ovarium di 1/3 bagian posterior dari proglotid
Cabang uterus 15-30 pada satu sisi
Mempunyai 2 stadium : stadium dewasa dan larva
Stadium larva disebut sistiserkus bovis
Stadium larva pada hospes perantara terdapat pada
otot maseter, paha belakang, punggung sapi.
Infeksinya dengan memakan daging sapi tidak
matang yang terinfeksi oleh cacing ini.
Skoleks Taenia saginata

4 Batil isap tanpa kait


Proglotid gravid Taenia saginata

Cabang
uterus
Ciri Morfologi Telur :
Telur bergaris radier (30-40) x (20-30) berisi embrio
heksakan dinamakan Onkosfer.
1 Gravid proglotid mengandung 100.000 telur. Waktu
proglotid lepas koyak keluar telur.
Telur + tinja ada dirumput di makan ternak (sapi).
Telur jadi embrio heksakan didalam tubuh sapi.
Menembus dalam usus saluran darah ke otot
sistiserkus bovis.
Telur cacing pita

Embrio heksakan

Lapisan vitelin
Patologi:
Gejala ringan seperti sakit ulu hati , tidak enak diperut,
mual, muntah, diare, pusing, gugup. (Gejala tesebut
berkaiatan dengan : cacing bergerak gerak dalam usus
progotid keluar dari anus).

Gejala berat : proglotid nyasar masuk apendik ileus


karena obstruksi oleh strobila
Diagnosa :
Dengan menemukan proglotid yang aktif bergerak
kemudian dicuci dengan laktofenol dan dihitung
cabang-cabang uterusnya.
Pengobatan :
Alami : biji labu merah, biji pinang
Farmasi : prazikuantel, albendazol
Epidemiologi :
Memakan daging sapi/kerbau infektif yang masih
mentah atau 1/2 matang.
Preventif :
Mendinginkan daging 10 0C
Masak daging sampai matang
Morfologi :
Mempunyai 4 batil isap dengan rostelum yang
mempunyai 2 baris kait
Strobila terdiri dari Proglotid yang belum
dewasa, proglotid dewasa(mature), dan proglotid
gravid
Bentuk proglotid gravid mempunyai ukuran
panjang hampir sama dengan lebarnya
Jumlah cabang uterus 7-12 buah

lubang kelamin letaknya bergantian selang-seling


pada sisi kanan dan kiri dari strobila secara tidak
beraturan.
Mempunyai 2 stadium : stadium dewasa dan larva
Stadium larva disebut sistiserkus selulose
Stadium larva pada hospes perantara terdpat
pada otot lidah, punggung, dan pundak babi
Hospes perantara: babi, domba, kucing, tikus
Infeksi dengan cara memakan daging babi yang
terinfeksi yang dimasak tidak matang
Diagnosis dengan cara menemukan proglotid
aktif dan menghitung cabang uterusnya
Pengobatan dengan prazikuantel, albendazol.
Leher Kait-kait

Batil isap

SkoleksTaenia solium
LABORATORIUM PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG

Hymenolepis nana
Hymenolepis diminuta
KLASIFIKASI HELMINTH

Filum NEMATHELMINTHES PLATYHELMINTHES


CACING BULAT CACING PIPIH

Klas NEMATODA CESTODA TREMATODA


Bilateral Simetris CACING PITA CACING DAUN
Silindris

NEMATODA USUS NEMATODA DARAH /


Kelamin Terpisah JARINGAN


CESTODA

Morfologi Umum :

Cacing yang panjang menyerupai pita,


pipih dorsoventral,
tidak mempunyai tract. dig./pembuluh darah,
badan terbagi dalam segmen/proglotid,
Bersifat hermafrodit.
Tubuh terdiri dari :
1. Scolex : Dilengkapi alat pemegang / hisap
2. Leher : tempat pertumbuhan
3. Strobila : rangkaian segmen
Hymenolepis nana
Hymenolepis diminuta

Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Hymenolepididae
Genus : Hymenolepis
Spesies : Hymenolepis nana,
Hymenolepis diminuta
Hymenolepis nana

Ciri Morfologi :

Ukuran 30 x 0,3 mm, mempunyai 200 proglotid.


Skolex bentuk bulat dengan 4 batil isap seperti
mangkok dengan rostelum pendek dan refraktil.
Proglotid gravid mengandung uterus yang berbentuk
kantong.

Hospes definitif : Manusia + tikus


Penyakit : Himunolepiasis
Rostellum

Skolex

Batil
isap Strobila
Ciri telur :

Bentuk oval atau bulat dengan ukuran 47 x 37 um.


Mempunyai dua membran yang melindungi embrio
heksakan didalamnya.
Pada kutub membran dalam terdapat dua penebalan
yang mengeluarkan 4-8 filamen halus.
Membran luar Membran dalam

Penebalan
(4-8 filamen halus)

Onkosfer Kutub
Patogenesis :

Infeksi ringan :
- asimptomatis
- kadang-kadang terdapat gangguan perut yang tidak
jelas.

Bila terjadi autoinfeksi interna infeksi berat dengan :


Jumlah cacing sp. 2000 ekor.
Pada anak-anak dapat menimbulkan :

Astenia (lesu)
BB turun makan hilang
Insomnia
Nyeri perut
Muntah-muntah, pusing, keluhan neurologik
Manifestasi alergi pada anak yang
hipersensitif
Anemia sekunder
Diare + darah
Diagnosa : telur dalam tinja

Terapi : kuinakrin (Atabrin)

Pencegahan : sukar, karena penularan terjadi langsung


dan hanya satu hospes yang terlibat
dalam daur hidupnya.
Hymenolepis diminuta

Ciri Morfologi :

> dari pada H. nana 35 x 4 mm, mempunyai


800-1000 proglotid.
Skolex bentuk bulat dengan 4 batil isap kecil seperti
cawan, memiliki rostelum tanpa kait.
Proglotid gravid bentuk kantong berisi telur yang
berkelompok.

Hospes definitif : Manusia + tikus


Hospes perantara : Pinjal tikus + kumbang tepung
Penyakit : Himunolepiasis
Skolex

Batil
isap
Strobila
Ciri telur :

Bentuk agak bulat, warna kuning atau coklat


dengan ukuran 58 x 86 um.
Mengandung onkosfer dengan 3 pasang kaitan.
Pada membran dalam di kedua kutubnya tidak
ditemukan filamen.
Tahan di air selama 6 bulan, tahan kekeringan,
kebusukan dan bahan kimia. Tapi akan mati pada
suhu di atas 600 C.
Membran luar

Tidak ada
filamen Membran dalam

Onkosfer
Patologi + Gejala Klinis :
Infeksi pada manusia ringan jangka waktu hidup
pada manusia pendek.

Diagnosa :
Menemukan telur dalam tinja. Kadang-kadang
cacing dapat keluar secara spontan, setelah
purgasi

Terapi : Atabrin obat yang efektif.


LABORATORIUM PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG

Schistosoma japonicum
Schistosoma mansoni
Schistosoma haematobium
KLASIFIKASI HELMINTH

Filum NEMATHELMINTHES PLATYHELMINTHES


CACING BULAT CACING PIPIH

Klas NEMATODA CESTODA TREMATODA


Bilateral Simetris CACING PITA CACING DAUN
Silindris

NEMATODA USUS NEMATODA DARAH /


Kelamin Terpisah JARINGAN


Fillum : Platyhelmintes
Familli : Schistomatiidae
Ordo : Prosostomata
Kelas : Trematoda
Genus : Schistosoma
Species : Schistosoma japonicum
S. mansoni
S. haematobium
Ciri umum :
Tidak hermaprodit (ada jantan dan betina).
mempunyai kanal ginekoporik.
hidup didalam kanal ginekoporik .
Serkaria ekor bercabang.
Habitat dalam pembuluh darah.

Daur Hidup :
Telur Mirasidium hospes perantara 1 (keong
air) sporokista 1 sporokista 2 serkaria
metaserkaria (tanaman air).
Schistosoma japonicum

Habitat : vena mesenterika superior, telur dapat


ditemukan didinding usus halus, alat-alat
dalam seperti hati, paru dan otak.


Batil isap mulut

Bail isap perut

Canalis ginekoporik

Kutikula berduri halus


Duri
rudimenter

Serkaria Telu
r
Schistosoma mansoni

Duri kasar
Oral sucker

Ventral sucker

Canalis ginekoporik

Kutikula berduri kasar


Duri
lateral

Sel telur

Telu
r
Schistosoma haematobium

Duri terminal Telu


r
Bentuk spesifik telur Trematoda darah :
S. haematobium mempunyai duri terminal.
S. mansoni mempunyai duri lateral
S. japonikum berbentuk agak bulat lebih
besar dan mempunyai duri lateral yang kecil
(rudimenter).

Habitat :
S. haematobium : di vena dinding vesica
urinaria
S. mansoni dan S. japonicum : divena
mesenterium + vena hati.
Diagnosis :
Telur dalam tinja, urin, biopsy, + tes serologi

Terapi :
Tidak ada yang aman atau agak toksik semua
mempunyai resiko.
Cacing dewasa hidup dalam vena mesentrika.
Pengaruh obat anti schistosoma dapat
menyebabkan : Pegangan cacing dewasa lepas
cacing terbawa sirkulasi portal ke dalam hati
dis. Hepatic sift.
LABORATORIUM PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG

Fasciola hepatica
KLASIFIKASI HELMINTH

Filum NEMATHELMINTHES PLATYHELMINTHES


CACING BULAT CACING PIPIH

Klas NEMATODA CESTODA TREMATODA


Bilateral Simetris CACING PITA CACING DAUN
Silindris

NEMATODA USUS NEMATODA DARAH /


Kelamin Terpisah JARINGAN


Fillum : Platyhelmintes
Familli : Fascioliidae
Ordo : Prosostomata
Kelas : Trematoda
Ciri Morfologi :
Ukuran 30 x 13 mm
Bentuknya pipih seperti daun
Mempunyai duri seluruh tubuh
Bagian anterior bentuk seperti kerucut
Pada puncak terdapat batil isap mulut
Pada dasar terdapat batil isap perut
Telur : Bentuk oval, beroverkulum,warna
kuning bening, coklat, ukuran 140x 25 m
Telur yang belum matang keluar dengan tinja
dari saluran empedu.
Oral sucker

Uterus
Ovarium
Ventral sucker

Testis
Daur hidup :

Telur Mirasidum hospes perantara 1 (keong


air) sporokista redia induk redia anak
serkaria hospes perantara 2 (tumbuhan air)
Metaserkaria.
DEWASA
MANUSIA / HEWAN

metaserkaria TELUR
mirasidium

Sporokisata, R1, R2
TRP II. TT. AIR Serkaria Keong Lymnea
Cacing Fasciola
hepatica
Patologis :
Demam, lesu, kurang nafsu makan, BB turun,
rasa sakit perut dikanan atas (daerah hati)
Gangguan pencernaan perlukaan
tenggorokan.

Gangguan berat :
Bisul dihati, hepatomegali, kelumpuhan ( sisi)
Reaksi tumor sederhana kerusakan jaringan.
Migrasi cacing ke sal. Empedu kerusakan parenkim
hati saluran empedu mengalami peradangan,
penebalan, sumbatan sirosis periportal
Diagnosis :
Pemeriksaan telur pada tinja, cairan
duodenum atau cairan empedu.
Serologi ELISA
Imunodiagnosis
Ultrasonografi.

Terapi :
Albendazol dan praziquantel merupakan
obat pilihan
KLASIFIKASI
FILLUM ARTHROPODA

Fillum Arthropoda dibagi menjadi 5 kelas, yaitu :


1. Kelas Onychopora : non patogen
2. Kelas Myriapoda : kelabang beracun
3. Kelas Crustacea : udang-udangan
4. Kelas Insecta : nyamuk, lalat
5. Arachnida : Tungau, laba-laba, kalajengking
Fillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Species : Anopheles spp,
Culex spp,
Aedes spp.
Stadium/Metamorfose
Anopheles spp, Culex spp, Aedes spp

Telur

Larva

Pupa

Imago
Anopheles spp

1. Stadium Telur :
Bentuk lonjong seperti kumparan dilengkapi dengan
pelampung.
2. Stadium Larva :
Posisi istirahat dalam air : meletakkan diri sejajar
dengan permukaan air.
Tubuh terdiri dari : kepala (caput), dada (thorax),
dan perut (abdomen).
Pada kepala terdapat antena dan mata
Pada sisi abdomen terdapat rambut palma
(rambut yang tersusun seperti kipas) ciri khas
Di bagian posterior terdapat insang
Stadium Larva dari
Anopheles spp
3. Stadium Pupa :
Mempunyai corong yang pendek dikepala
Mempunyai rambut palma
4. Stadium Imago :
Jantan : - Palpus maxilaris ujungnya melebar,
- lebih panjang daripada probosis,
- antena tipe plumose

Betina : antena tipe pilose,


palpus maxilaris tidak melebar tapi sama
panjang dengan probosis,

Posisi hinggap : Membentuk sudut dengan dataran


tempat hinggap

Anopheles spp merupakan vektor malaria


Stadium Imago dari
Anopheles spp
Posisi hinggap dari
Anopheles spp

Created by : sy207
Culex spp

1. Stadium Telur :
Bentuk oval seperti bowling tersusun rapat satu sama lain
berupa rakit.
2. Stadium larva :
Posisi istirahat dalam air : membentuk sudut dengan
permukaan air
Tidak mempunyai rambut palma
Siphon (corong napas) panjang
3. Stadium Pupa :
Mempunyai corong berbentuk tabung yang panjang
4. Stadium Imago :
Jantan: - palpus maxilaris lebih panjang daripada
probosis,
- antena tipe plumose
Betina : palpus maxilaris pendek, antena tipe pilose.

Posisi hinggap : sejajar dengan permukaan tempat


hinggap.

Culex spp merupakan vektor dari Filariasis.


Stadium Imago dari
Culex spp
Posisi hinggap dari
Culex spp

Created by : sy207
Aedes spp

1. Stadium Telur :
Bentuk oval atau lonjong lepas satu-satu.
2. Stadium Larva :
Posisi istirahat dalam air sama dengan Culex spp.
Terdapat spina lateral di bagian thorax.
Pada bagian abdomen terakhir terdapat struktur
berbentuk sisir.
Mempunyai siphon dan insang.
3. Stadium Pupa :
Mempunyai corong yang melebar seperti terompet yang
panjang.
4. Stadium Imago :
Jantan : Palpus maxilaris ujungnya membelok ke kiri
dan ke kanan.
Antena tipe plumose
Betina : Palpus maxilaris pendek
Antena tipe pilose

Posisi hinggap : sejajar dengan permukaan tempat


hinggap.

Aedes spp merupakan vektor dari penyakit DHF


Stadium Imago dari
Aedes spp
Posisi hinggap dari
Aedes spp

Created by : sy207
Nama lain horse flies, deer flies, green heads, dan lain-
lain.
Tubuhnya besar, mata relatif besar.
Kepala berbentuk segitiga.
Betina menghisap darah, jantan menghisap sari-sari
tanaman.
Metamorfosis sempurna.
Antena sepasang, ujungnya berbulu.
Sebagai vektor penyakit sura pada kuda dan antrax
pada binatang.

You might also like