Professional Documents
Culture Documents
ULKUS GENITAL
Ulkus genital adalah salah satu gejala pada infeksi menular seksual (IMS) yang
selama perjalanan penyakitnya ditemukan adanya lesi ulseratif/ ulkus/ tukak
atau borok pada kelamin baik pada pria maupun wanita.
Ulkus genital dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi. Infeksi bakteri atau
jamur sekunder juga dapat menyebabkan ulkus genital.
Di Amerika Serikat, pasien muda yang seksual aktif dengan ulkus genital paling
sering menderita herpes atau sifilis. Frekuensi masing-masing kondisi berbeda
sesuai daerah geografis dan populasi. Lebih dari 1 agen etiologi (seperti herpes
dan sifilis) dapat ditemukan pada ulkus genital.
Adanya lesi ulseratif di genital akan meningkatkan 5-10 kali risiko transmisi HIV-
AIDS.
Sifilis
Granuloma inguinale
limfogranuloma venereum
(LGV)
SIFILIS
Definisi Sifilis
Sinonim yang umum adalah lues venereal atau biasa disebut dengan
lues saja. Dalam istilah Indonesia disebut raja singa.
Epidemiologi Sifilis
Pada tahun 2009-2010, peningkatan yang terbesar adalah pada usia
20-24 tahun dan 25-29 tahun dan terdapat peningkatan penularan
sifilis pada laki-laki lebih besar daripada perempuan dengan
perbandingan 6:1.
IMS jenis ini lebih banyak ditemukan pada penderita yang tidak
bekerja serta ditemukan lebih banyak pada penderita yang telah
menikah.
Akuisita
Kongenital Klinis
Dini stadium primer (S I), stadium
Lanjut sekunder (S II), stadium III (S III)
Stigmata Epidemiologi
stadium dini menular dan
stadium lanjut tidak menular
Sifilis kardiovaskular
Neurosifilis
Patogenesis Sifilis
Stadium Dini
Sifilis Akuisita Treponema pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi
atau selaput lender, yang mengalami lesi/mikro-lesi secara langsung, biasanya
melalui senggama, lalu berkembang biak, dan menyebar secara limfogen dan
hematogen, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri dari sel
limfosit dan sel plasma.
Bila timbul endarteritis akan mengakibatkan perubahan hipertrofik dari
endotelium yang akan mengakibatkan timbulnya obliterasi kuman
kehilangan perdarahan timbul erosi (S I).
Kuman telah mencapai kelenjar limfe regional melalui penyebaran secara
limfogen dan secara hematogen ke semua jaringan di badan dan membiak.
Multiplikasi ini diikuti reaksi jaringan sebagai S II yang terjadi 6-8 minggu
setelahnya.
Pada stadium laten tidak nampak adanya gejala, namun infeksi masih aktif
karena pada ibu yang menderita sifilis pada stadium ini dapat melahirkan bayi
dengan sifilis kongenital.
Bila proses imunitas gagal pada tempat bekas S I akan membiak kembali dan
menimbulkan lesi rekuren reaksi tersebut menular, timbul berulang.
Stadium Lanjut
Berlangsung selama bertahun-tahun Treponema berada
dalam keadaan dorman.
Apabila terjadi perubahan keseimbangan antara
Treponema dan jaringan muncul S II berbentuk guma
yang hal tersebut belum pasti diketahui sebabnya (trauma
merupakan salah satu faktor predisposisi), reaksinya hebat
dan bersifat destruktif.
Treponema dapat mencapai sistem kardiovaskuler dan
sistem saraf dalam waktu dini, namun kerusakan yang
terjadi secara perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu
bertahun-tahun untuk dapat menimbulkan gejala klinis.
Gejala Klinis Sifilis Akuisita
Sifilis Sifilis Masa tunas 2-4 minggu.
Dini Primer
(S I) Papul lentikular permukaannya segera menjadi erosi ulkus (bulat, solitary,
dasarnya ialah jaringan granulasi berwarna merah dan bersih, dindingnya tak
bergaung, kulit disekitarnya tidak menunjukan tanda-tanda radang akut).
Berlokasi pada genitalia eksternal dan bias juga pada anus, rektum, bibir,mulut,
lidah, tonsil, jari, dan payudara.
Sekunder
Gejala konstitusi anoreksia, penurunan berat badan, malese, nyeri kepala,
(S II) demam yang tidak tinggi, atralgia.
Kelainan kulit mukosa, KGB, mata, hepar, tulang dan saraf menyebar dari ulkus
dan KGB ke dalam aliran darah dan keseluruh tubuh.
Onikia sifilitika
Kuku Paronikia sifilitika
Neurosifilis
Terjadi setelah 5-25 tahun dari afek primer atau infeksi awal
Dibagi menjadi : Neurosifilis asimtomatis, meningovaskuler,
parenkimatosa, Gummatosa
Sifilis Kongenital
Pada lesi tersebut organisme dapat dijumpai baik di dalam makrofag maupun
neutrofil.
Giant Chancroid lesi soliter yang meluas ke perifer dan tampak adanya
ulserasi yang luas.
Ulkus serpiginosa yang besar lesi-lesi yang bergabung dan melebar
karena autoinokulasi. Dapat terjadi infeksi campuran pada kasus ini dan
dapat mengenai daerah inguinal, paha atau dinding abdomen.
Chancroid phagadenic bentuk lain ulkus yang disebabkan oleh
superinfeksi dengan fusospirochetosis. Dapat terjadi destruksi jaringan
yang cepat dan dalam (ulkus mole gangrenosum).
Transient chancroid berupa ulkus kecil yang membaik secara spontan
dalam beberapa hari. Keadaan ini dapat diikuti dengan limfadenitis
regional yang akut dalam 2-3 minggu kemudian.
Follicular chancroid ulkus kecil multipel, yang timbul di sekitar folikel
rambut, sering kali di daerah mons pubis. Dapat terlihat beberapa ulkus
folikuler.
Papular chancroid terdiri atas papul-papul yang mengalami ulserasi
granulomatous. Dapat menyerupai donovanosis atau kondiloma lata (S II).
pemeriksaan
riwayat penderita langsung dari
bahan ulkus
pemeriksaan
penunjang agen tes serologi
penyebabnya.
PCR
pemeriksaan
histopatologis
Pemeriksaan langsung dari bahan ulkus, yaitu dengan cara:
Dengan perwarnaan gram, giemsa, atau mikroskop elektron.
Identifikasi yang cepat dapat dilakukan dengan pewarnaan methyl
greenpyronin, pappenheim dan unna, juga dapat dilakukan dengan
pewarnaan blue and wright
Spesimen diambil dengan menggunakan swab kapas atau swab
calcium alginate, juga dapat menggunakan sengkelit platina.
Swab harus diambil dari dasar ulkus yang sebelumnya dibersihkan
dengan kain kasa yang dibasahi larutan normal salin.
Lalu dengan lidi kapas steril dihapuskan pada kaca benda dalam
satu arah agar dapat ditemukan morfologi organisme yang
berbentuk rantai.
Organisme hanya dapat bertahan hidup selama 2-4 jam pada swab
jika tidak disimpan dalam lemari pendingin.
Basil dijumpai dalam bentuk kelompok kecil atau rantai yang
paralel dari 2 atau 3 organisme yang tersebar sepanjang untaian
sekret mukous, baik intra maupun ekstrasel. Gambaran seperti ini
diistilahkan sebagai school of fish atau railroad track.
Diagnosis Banding Ulkus Mole
Sifilis primer
Herpes genitalis
Lesi primer Limfogranuloma venereum
Granuloma inguinale
Ulkus traumatik yang disertai infeksi sekunder
Tatalaksana Ulkus Mole
Centre of Disease Control (CDC) pada tahun 1998
merekomendasikan pengobatan ulkus mole dengan :
Azitromisin 1 gr per oral, dosis tunggal
Seftriakson 250 mg IM, dosis tunggal
Siprofloksasin 2x500 mg/hari per oral, selama 3 hari
Eritromisin 4x500 mg sehari per oral, selama 7 hari
Trimetoprim 160 mg dan sulfametoksasol 800 mg 2xsehari
selama 7 hari
Kombinasi amoksisilin 500 mg dan asam klavulanat 125 mg
oral 3xsehari selama 7 hari
Fleroksasin 200 mg dosis tunggal
Sefalotin 3 gr IV / hari, selama 7 hari
Pengobatan topikal pemberian antispetik seperti
povidon iodin.
Infeksi campuran
Infeksi campuran
dengan organism
dengan treponema
Fistel rekto vagina Vincenti akan
pallidum menyebabkan
menyebabkan ulkus
ulkus mikstum
semakin parah
Prognosis Ulkus Mole
Di dalam jaringan
pejamu, membentuk sitoplasma
inklusi yang merupakan patognomoni
infeksi Chlamydia.
Patogenesis LVG
Patogenesisi terjadinya limfogranuloma venereum
menurut Perine dan Stamm (1999) : Chlamydia
tidak bisa menembus selaput lendir atau kulit yang
utuh organisme ini kemungkinan dapat
menembus melalui laserasi dan abrasi.
Dari bentuk dini hingga bentuk lanjut satu tahun hingga beberapa
tahun.
Bentuk Dini
Afek primer
masa inkubasi 1-4 minggu.
papulo vesikel kecil, diameter 2-3 cm, mudah pecah menjadi erosi,
tidak nyeri.
pria daerah glans penis, prepusium, sulkus koronarius.
wanita vulva, vagina atau serviks.
Sindrom inguinal
pria afek primernya di genitalia eksterna.
wanita afek primernya pada genitalia eksterna dan vagina 1/3
bawah.
pembesaran kelenjar limfe inguinal medial disertai rasa nyeri, teraba
padat, jaringan kulit di atasnya yang tampak ungu kemerahan.
Kelenjar limfe iliakal dan femoral dapat juga terkena membentuk
sekelompok bubo disebut ettage bubonen.
Bentuk Lanjut
Sindrom genital
sindrom inguinal tidak diobati terjadi fibrosis pada kelenjar inguinal
medial aliran getah bening terbendung serta terjadi edema dan
elephantiasis.
Sindrom anorektal
terjadi pada pria homoseksual melakukan senggama secara
genitoanal
Sindrom genital lanjut
terjadi pada pria homoseksual, yang melakukan senggama secara
genitoanal.
Sindrom anogenital lanjut
Abses perirektal fistula perianal dan bila sfingter ani terkena
inkontinensia alvi.
Sindrom uretral
terbentuk infiltrat di uretra posterior abses, lalu memecah fistel
striktur OUE berubah bentuK (fish mouth uretra).
Diagnosis LVG
Untuk mendukung diagnosis LGV dapat dilakukan
beberapa pemeriksaan penunjang :
Tes Frei
Tes Serologi
Kultur Jaringan
Sitologi
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Biopsi-Histopatologi
Tes GPR
Diagnosis LVG
Diagnosis LGV umumnya berdasarkan atas anamnesis
adanya koitus suspektus disertai gambaran klinis yang khas,
dan hasil pemeriksaan penunjang antara lain:
1. Tes Frei positif.
2. Tes fiksasi komplemen atau tes serologi lain untuk LGV
positif.
3. Isolasi Chlamydia dari jaringan yan terinfeksi pada kultur
jaringan.
4. Pemeriksaan PCR untuk Chlamydia.
5. Pemeriksaan histology ditemukan Chlamydia dalam
jaringan yang terinfeksi.
Diagnosis Banding LVG
Limfadenitis
Limfadenitis
Skrofuloderma karena ulkus
piogenik
mole
Limfoma Hernia
maligna inguinalis
Tatalaksana LVG
Rejimen yang direkomendasikan oleh National Guideline for the
management of Lymphogranuloma Venereum dan U.S Departement of
health and Human Services, Public Health Service Center for disease
control and Prevention:
Doksiklin: merupakan pilihan pertama pengobatan LGV, dosis 2 X 100 mg/hari
selama 14-21hari atau tetrasiklin 2 gr/ hari atau minosiklin 300 mg diikuti 200
mg 2X/hari.
Sulfonamid: dosis 3-5 gr/hari selama 7 hari.
Eritromisin: pilihan kedua, dosis 4 X 500 mg/hari selama 21 hari, terutama
pada kasus-kasus alergi obat golongan tetrasiklin pada wanita hamil dan
menyusui.
Eritrhomycin ethylsuccinate: dosis 800 mg 4 X / hari selama 7 hari.
Kotrimoksasol (Trimetropin 400 mg dan sulfametoksasol 80 mg): dosis 3 X 2
tablet selama 7 hari.
Ofloxacin: dosis 400 mg 2 X / hari selama 7 hari.
Levof loxacin: dosis 500 mg 4 X / hari selama 7 hari
Azithromycin: 1 gr dosis tunggal.
Komplikasi LVG
Komplikasi LGV stadium lanjut dari sindrom inguinal yaitu
sindrom anorektal dan sindrom genital atau Eschiomene.
Dapat terjadi ruptur bubonuli terbentuk sinus dan fistel.