You are on page 1of 56

SEORANG PASIEN LAKI-

LAKI 43 TAHUN DENGAN Pembimbing:


HEMORROID INTERNA dr. Haryono, Sp.B
GRADE IV

Risda Aulia Putri, S.Ked


Warraihan, S.Ked
Pendahuluan
Hemoroid merupakan gangguan sirkulasi
darah yang berupa pelebaran pembuluh
(dilatasi) vena. Pelebaran pembuluh vena
yang terjadi di daerah anus sering terjadi.
Pelebaran tersebut disebut veneksia atau
varises daerah anus dan perianus. Pelebaran
tersebut disebabkan oleh bendungan darah
dalam susunan pembuluh vena. Pelebaran
pembuluh vena di daerah anus sering disebut
wasir, ambeien atau hemoroid .
Hemoroid dapat dibagi atas hemoroid
interna dan hemoroid eksterna. Pola makan
masyarakat semakin berubah sesuai dengan
tuntutan keadaan. Banyak para pekerja
yang hanya mengutamakan rasa kenyang
di banding gizi dari makanan yang hendak
dimakan. Yang penting, cepat dan bisa
langsung kenyang. Kebanyakan makanan-
makanan itu sangat rendah kandungan
seratnya
A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Bp. Y
Usia : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Karanganyar
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku : Jawa
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Tanggal MRS : 11 September 2017
Tanggal Pemeriksaan : 12 September 2017
B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama
Benjolan di lubang
anus dan tidak bisa
dimasukan
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien mengatakan benjolan di lubang anus


sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Benjolan
di anus ini semakin hari semakin besar, tidak
dapat dimasukan lagi, pasien merasa terganggu
saat buang air besar terasa panas dan nyeri,
pasien juga merasa terganggu aktivitasnya.
Awalnya benjolan dapat masuk sendiri atau
dimasukan lagi tetapi sejak 2 bulan terakhir
benjolan tersebut tidak dapat dimasukan ke
dalam lagi.
Pasien mengaku kalau buang air
besar sering mengejan dan
menggunakan toilet jongkok.
Pasien mengeluhkan pinggang
terasa pegal. Pasien tidak
mengeluh mual, muntah, dan
pusing.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat penyakit serupa :
disangkal

Riwayat hipertensi :
disangkal

Riwayat penyakit kanker :


disangkal

Riwayat DM : disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Penyakit serupa : disangkal


Riwayat DM : disangkal,
Riwayat hipertensi : disangkal,
Riwayat penyait kanker :
disangkal.
RIWAYAT PENGOBATAN

Belum pernah berobat, riwayat alegi


obat (-)
RIWAYAT PRIBADI & SOSIAL

Pasien seorang pekerja keras, pasien


bekerja sebagai karyawan pabrik, pasien
mengaku sering mengangkat beban berat
saat bekerja.
Sistem serebrospinal penurunan kesadaran (-), cengeng (-), pusing
berputar (-), sempoyongan (-), kejang (-), demam(-)

Sistem Berdebar-debar(-), nyeri dada (-), pucat (-)


kardiovaskuler

Sistem respirasi sesak nafas (-),batuk (-),mengi(-)

Sistem Makan minum tidak tersendak (-), mual (-), muntah (-


gastrointestinal ), BAB Nyeri, nyeri ulu hati(-)

Sistem kelemahan anggota gerak (-), otot mengecil (-),


muskuloskeletal tungkai bengkak (-), baal (-), nyeri otot(-)

Sistem integumental ruam (-), gatal (-), kulit pucat(-), warna kulit coklat

Sistem urogenital BAK (+), nyeri berkemih (-).


E. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS GENERALIS

Berat badan
Kesadaran Tinggi badan Tanda Vital

Tekanan
darah :
110/70 mmHg

Suhu : 36,5
Compos C
mentis 65 Kg 165 cm
(E4V5M6) Nadi : 80
x/menit

RR : 18
x/menit
Normocephale, Konjungtiva
Kepala anemis (-/-), Sclera icteric (-
/-), Pembesaran kelenjar
getah bening (-/-).

Kelenjar getah bening tidak


Leher membesar, deviasi trakea (-
), kelenjar tiroid tidak
membesar.
THORAK

Pulmo Depan Belakang


Simetris, Simetris,

Inspeksi Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-)

Retraksi intercostae (-) Retraksi intercostae (-)


Palpasi Gerak dada simetris Gerak dada simetris

Fremitus normal Fremitus normal


Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi SDV (+/+) SDV (+/+)

Wh (-/-), Rh (-/-) Wh (-/-), Rh (-/-)


THORAK
Jantung Hasil
Inspeksi Ictus cordis tampak di SIC V
Palpasi Ictus cordis kuat tidak angkat teraba mid clavicula
Batas Jantung :
Batas Kiri Jantung
Atas : SIC II linea parasternalis sinistra.

Perkusi Bawah : SIC V agak ke medial dari LMCS

Batas Kanan Jantung


Atas : SIC II linea parasternalis dextra

Bawah : SIC IV linea parasternalis dextra


Auskultasi BJ I/II tidak murni, bising (-), gallop (-)
ABDOMEN
Abdomen Hasil pemeriksaan
Inspeksi Simetris, darm contour (-), tidak ada bekas luka
Auskultasi Peristaltik (+)
Palpasi Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi Timpani di keempat kuadran abdomen

EKSTREMITAS
Supor dextra Akral hangat (+), edema (-)
Supor sinistra Akral hangat (+), edema (-)
Infor dextra Akral hangat (+), edema (-)
Infor sinistra Akral hangat (+), edema (-)
2. STATUS LOKALIS
Bagian anus/dubur
Inspeksi : Tampak benjolan di lubang anus,
warna sesuai warna kulit/ kecoklatan dan
ada warna kemerahan didaerah anus.
Palpasi :
Colok dubur: teraba benjolan di anus yang
tidak dapat dimasukan lagi benjolan
sebesar 3x2x2 cm disebelah kanan
terdapat 2 benjolan dan kiri 1 benjolan.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

HEMATOLOGI Hasil Nilai rujukan Satuan

Hemoglobin 15.9 12.00-16.00 g/dL

Hematokrit 47.9 37.00-47.00 %

Leukosit 6.97 5-10 10^3/uL

Trombosit 260 150-300 10^3/uL

Eritrosit 4.48 4,00-5,00 10^3/uL

MCV 87.6 82-92 fL

MCH 30.7 27,0-31,0 Pg

MCHC 33.0 32,0-37,0 g/Dl

Gran% 69.6 50-70 %

Limfosit% 24.6 25-40 %

Monosit% 2.9 3-9 %

Eosinofil% 4.0 0,5-5 %

Basofil % 0.8 0-1 %


KIMIA
Gula darah
Sewaktu 104 70-150 mg/100ml
Ginjal
Ureum 37 10-50 mg/dl
Kreatinin 1.24 0.8-1.1 mg/100ml

CT 0430
BT 0130
HbsAg Non
Reak
tif
PEMERIKSAAN Radiologi
PEMERIKSAAN EKG
DIAGNOSIS

Klinik Kerja

Hemoroid Interna Grade


IV

Diagnosis banding

Kanker kolorektal
Karsinoma anal
Tanggal Follow Up Planning Terapi Planning
monitoring
11 S/ Datang ke bangsal bedah benjolan di anus Rencana Op 12 -Cek DR3
September nyeri,panas saat BAB dan panas tidak bisa dimasukkan September 2017 -EKG
2017 ke dalam lagi -Ro thorax
O/ TD:110/70 RR:20 S:36,1 N:80 -GDS
KU :Cukup -CT BT
Kesadaran : Compos Mentis -Ur,Cr
Kepala/Leher : CA(-/-) SI(-/-) PKGB (-/-)
Thorax :
Pulmo : SDV/SDV ronkhi (-/-)
Wheezing (-/-)
Cor : BJ I/II murni regular
Abdomen :Peristaltik (+) 10x menit. Nyeri Tekan (-),
Ascites (-)
Ekstremitas :dbn
Anus : Tampan benjolan di lubang anus, warna sesuai
warna kulit/kecoklatan dan ada warna kemerahan
didaerah anus.
A/ Hemoroid Interna Grade IV
12 S/ Pasien merasakan nyeri dan panas dibagian anus. - Inf RL 20 tpm
September O/ TD:110/70 RR:20 S:36,5 N:84 - Rencana op hari ini
2017 KU :Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Kepala/Leher : CA(-/-) SI(-/-) PKGB (-/-)
Thorax :
Pulmo : SDV/SDV ronkhi (-/-)
Wheezing (-/-)
Cor : BJ I/II murni regular
Abdomen :Peristaltik (+) 10x menit. Nyeri Tekan (-),
Ascites (-)
Ekstremitas :dbn
Anus : Tampan benjolan di lubang anus, warna sesuai
warna kulit/kecoklatan dan ada warna kemerahan
didaerah anus. benjolan sebesar 3x2x2 cm disebelah
kanan terdapat 2 benjolan dan kiri 2 benjolan.
A/ Pre OP Hemoroid Interna Grade IV
13 S/ Pasien merasakan masih nyeri dan panas - Inf RL 20 tpm
Septembe dibagian anus setelah operasi - Inj Ceftriaxon/ 12jam
r 2017 O/ TD:110/70 RR:20 S:36,4 N:82 - Inj Transamin/ 8jam
KU :Cukup - Inj
Kesadaran : Compos Mentis Dexketoprofen/8jam
Kepala/Leher: CA(-/-) SI(-/-) PKGB (-/-)
Thorax :
Pulmo: SDV/SDV ronkhi (-/-)
Wheezing (-/-)
Cor: BJ I/II murni regular
Abdome:Peristaltik (+) 10x menit. Nyeri Tekan
(-), Ascites (-)
Ekstremitas :dbn
Anus:Tampak bekas jahitan pada anus,
tertutup kassa (+)
A/ Post OP Hemoroid Interna Grade IV H+1
14 S/ Pasien merasakan nyeri dan panas - Inf RL 20 tpm Aff DC
Septemb dibagian anus setelah operasi mulai - Inj Ceftriaxon/ Aff tampon
er 2017 berkurang 12jam
O/ TD:120/90 RR:20 S:36,0 N:78 - Inj Transamin/ 8jam
KU :Cukup - Inj Dexketoprofen
Kesadaran : Compos Mentis kp
Kepala/Leher: CA(-/-) SI(-/-) PKGB (-/-) - Chlorampenicol
Thorax : salep
Pulmo: SDV/SDV ronkhi (-/-) - Laxadin syrup 3xC1
Wheezing (-/-)
Cor: BJ I/II murni regular
Abdome:Peristaltik (+) 10x menit. Nyeri
Tekan (-), Ascites (-)
Ekstremitas :dbn
Anus:Tampak bekas jahitan pada anus,
tertutup kassa (+)
A/ Post OP Hemoroid Interna Grade IV H+2
15 S/ Pasien merasakan nyeri dan panas Ciprofloxacin BLPL
Septemb dibagian anus berkurang 3x500mg
er 2017 O/ TD:120/70 RR:20 S:36,6 N:82 Asam mefenamat
KU :Cukup 3x1
Kesadaran : Compos Mentis Laxadin syr 3xC1
Kepala/Leher: CA(-/-) SI(-/-) PKGB (-/-)
Thorax :
Pulmo: SDV/SDV ronkhi (-/-)
Wheezing (-/-)
Cor: BJ I/II murni regular
Abdome:Peristaltik (+) 10x menit. Nyeri
Tekan (-), Ascites (-)
Ekstremitas :dbn
Anus:Tampak bekas jahitan pada anus,
tertutup kassa (+)
A/ Post OP Hemoroid Interna Grade IV
H+3
Tinjauan Pustaka
DEFINISI

Hemoroid atau dalam masyarakat dikenal


sebagai wasir atau ambeien bukan
merupakan suatu keadaan yang patologis.
Hemoroid berasal dari kata haima dan rheo
yang dalam medis berarti pelembaran
pembuluh darah dan vena .
Hemoroid terjadi akibat pelebaran jaringan
pembuluh darah vena pada bagian
submukosa di distal anal. Jaringan pembuluh
darah tersebut di dukung oleh jaringan ikat
yang apabila terjadi pelemahan dapat
mengakibatkan prolaps .
epidemiologi

50% populasi akan mengalami gejala


hemoroid dalam hidupnya. Puncak gejala
hemoroid dapat terjadi pada usia 45-60
tahun dan risiko terjadi lebih besar pada ras
kulit putih dari pada ras kulit hitam. Selain
itu, kehamilan juga berhubungan dengan
risiko terjadinya hemoroid dan insiden
terjadinya hemoroid pada wanita lebih
sering daripada laki-laki .
Etiologi

Penyebab dari hemoroid belum diketahui


secara pasti. Beberapa teori meyebutkan
gaya hidup, temperamen, kebiasaan tubuh,
suhu dan cuaca dapat menyebabkan
hemoroid. Penelitian terbaru menyebutkan
gaya gravitasi dapat melemahkan dinding
pembuluh darah, hereditas, genetik,
peningkatan tekanan abdominal dari
berbagai penyebab, konstipasi dan seringnya
mengejan yang terlalu lama.
PATOFISIOLOGI
EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat prevalensi 4,4% puncak 45-


56th 20th jarang

Di Inggris 13%- 36% bisa lebih banyak


berdasarkan laporan

Kulit putih dengan sosial ekonomi tinggi >> kulit


hitam dengan sosial ekonomi rendah.
FAKTOR RESIKO

Konstipasi dan mengejan berkepanjangan feses


keras dan tekanan intraabdominal perdarahan,
obstruksi pembengkakan flexus hemorhoid

Makanan diet rendah serat, Kurang minum air


putih
Pekerjaan sering duduk, sering angkat berat
KLASIFIKASI
Grade
EVALUASI KLINIS

Selanjutnya dapat dilakukan digital


rectal examination atau colok dubur
guna meengetahui ada tidaknya
kelainan pada kanalis analis atau
dapat juga menggunakan anoskopi
untuk melihat bagian dalam dari
kanalis analis.
Anoskopi pada hemoroid interna
tampak pembuluh darah yang
dilatasi dan berwarna biru
keunguan dan apabila prolaps
maka akan tampak berwarna
merah tua. Pada hemoroid
eksterna benjolan akan tampak
berwarna merah muda dan
apabila mengalami trombus akan
berwarna kebiruan.
Pemeriksaan sigmoidoskopi atau
kolonoskopi berguna untuk
mengetahui penyebab atau kelainan
lain yang memiliki gejala hampir
serupa dengan hemoroid. Namun
berdasarkan penelitian pemeriksaan
endoskopi menunjukkan gambaran
yang kurang akurat dibandingkan
anoskopi.
EVALUASI KLINIS

Anoscopy untuk mengevaluasi keadaan didalam


anus,

Yang perlu diperhatikan ukuran, keparahan


inflamasi, lokasi, dan perdarahn
Diagnosis banding

Kanker anal
Kondilomata anal
Fisura anal
Inflamatory Bowel Disease
terapi

Terapi konservatif
Diet tinggi serat
Pemberian diet tinggi serang bertujuan untuk
meningkatkan volume dan melunakkan feses
sehingga dapat mengurangi mengejan secara
berlebihan pada saat buang air besar dan
menurunkan stress mekanik pada anal cushions .
Modifikasi gaya hidup
Perubahan gaya hidup meliputi diet tinggi serat dan
cairan, pengurangan konsusi makanan berlemak,
olahraga rutin, peningkatan kebersihan bagian anal,
tidak mengejan dan berlama-lama saat di toilet dan
menghindari obat-obatan yang dapat
menyebabkan diare dan konstipasi .
terapi
Flavonoid
Pemberian flavonoid secara oral dapat meningkatkan tonus
pembuluh darah, menurunkan kapasitas vena, menurunkan
permeabilitas kapiler dan sebagai antiinflamasi. Kalsium
dobisilate
Merupakan agen venotonik yang dapat menurunkan
permeabilitas kapiler, menghambat agregasi trombosit dan
meningkatkan viskositas darah sehingga dapat menurunkan
edema jaringan .
Obat topikal
Tujuan utama pemberian : mengurangi gejala bukan untuk
menyembuhkan. Kandungan dari obat topikal diantaranya,
anastesi lokal, kortikosteroid, antibiotik, dan antiinflamasi.
Beberapa contoh obat anti hemoroid yang dipasarkan dan
dapat ditemukan antaralain Antihemoroid, Lanaven, Ardium
dan Ambeven.
terapi

Terapi non bedah


Rubber band ligation
Rubber band ligation merupakan terapi yang
sering dilakukan pada hemoroid interna derajat 1
dan 3. Prosedurnya adalah dengan meletakkan
karet gelang pada bagian mukosa anorektal yang
berlebih/prolaps. Hal ini dapat menyebabkan
strangulasi pada pembuluh darah hemoroid
sehingga terjadi nekrosis dan pengelupasan
hemoroid dalam 5 hingga 7 hari .
terapi

Skleroterapi
Terapi skleroterapi dilakukan dengan
menggunakan 5% fenol yang diinjeksikan
pada submukosa dari hemoroid yang akan di
terapi atau pada bagian apeks dari hemoroid.
Hal ini akan menyebabkan reaksi pada
jaringan lunak berupa trombosis pada
pembuluh darah, sklerosis pada jaringan ikat,
dan refiksasi jaringan yang mengalami
prolaps .
terapi

Bipholar diathermy
Terapi ini menggunakan aliran listrik sebagai medianya. Arus
listrik 1 detik 20 W akan menghasilkan panas yang
menyebabkan koagulasi pada jaringan yang dilakukan
terapi sehingga terjadi fibrosis dan fiksasi .

Infrared photocoagulation
Infrared photocoagulation atau terapi koagulasi adalah
sebuah tindakan yang dilakukan pada hemoroid dengan
ukuran kecil hingga sedang. Selama proses terapi, sebuah
alat akan menghasilkan sinar infrared. Panas yang dihasilkan
akan menyebabkan luka parut pada jaringan yang
memutus aliran darah ke hemoroid .
terapi

Terapi bedah
Terapi bedah pada hemoroid dilakukan dengan indikasi hemoroid
derajat III yang tidak responsif dengan terapi non bedah,
hemoroid derajat IV, hemoroid eksterna yang besar atau
kombinasi hemoroid interna dan eksterna, terjadinya anorektal
patologi secara bersamaan (Ganz, 2013).
Terapi bedah pada hemoroid terdapat beberapa metode, yaitu :
Doppler guided haemorrhoidal aertery ligation recto anal repair
(DG HAL RAR) / Trans Anal Haemorrhoidal Dearterilization
(THD)
Dengan menggunakan doppler transducer yang dimasukkan
kedalam anus hingga rektum. Metode ini dilakukan dengan
meligasi cabang arteri hemoroid superior sehingga menyebabkan
pengecilan dari hemoroid (Lohsiriwat, 2015).
terapi

Stapled Haemorrhoidophexy
Terapi ini menggunakan alat stapling berbentuk
bundar yang dimasukkan kedalam anal. Alat
tersebut kemudian akan menghilangkan bagian
mukosa dan submukosa secara melingkar 2-3 cm
diatas dentate line sehingga terjadi pemutusan
aliran darah ke hemoroid .
terapi

Haemoroidectomy
Metode ini digunakan pada hemoroid dengan
derajat III-IV atu hemoroid dengan komplikasi.
Terdapat dua metode dalam melakukan
hemoroidektomi yaitu dengan cara closed
hemorrhoidectom (Fergusson) atau open
hemorrhoidectomy (Milligan-Morgan).
DAFTAR PUSTAKA

Buntzen S., Christensen P., Khalid A., Ljugmann K., Lindholt J., et al. 2012. Diagosis and Treatmen of Hemorrhoids.
Danish Medical Journal. 60(12): 1-9
Chugh A., Singh R., Agarwal P.N., 2014. Management of Hemorrhoids. Indian Journal of Clinical Practice. 25 (6):
577-80
Gami B., 2011. Hemorrhoids A Common Ailment Among Adults, Causes and Treatment: A Review. Internasional
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 3(5): 5-12
Ganz R.A., 2013. The Evaluation and Treatment of Hemorrhoids: A Guide for The Gastroenterologist. Clinical
Gastroenterology and Hepatology. 11: 593-603
Krames Patient Education 2010. Treating Hemorrhoids Using Non-Surgical Methods. 1-14
Lohsiriwat V., 2012. Hemorrhoids From Basic Pathophysiology to Clinical Management. World Journal of
Gastroenterology. 18(17): 2009-17
Lohsiriwat V., 2015. Treatment of Hemorrhoids: A Coloproctologists View. World Journal of Gastroenterology.
21(31): 9245-52
Mounsey A.L., Halladay J., Sadiq T.S., 2011. Hemorrhoids. American Family Physicians. 84(2): 204-10
Nivatvongs S. Hemorrhoids. PRiciple and Practice of Surgery for the Colon, Rectum, and Anus. Third Edition.
Informa HElath Care. New York. 2007.8: 144-64
Riwanto I. 2010. Usus Halus, Apendiks, Kolon dan Anorektum. Dalam : Sjamsuhidajat R., D Jong W. Buku Ajar Ilmu
Bedah ed 3. Jakarta : EGC pp 731-98
Sherwood L., 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed 6. Jakarta : EGC pp 690-1
Snell R.S., 2012. Anatomi Klinik ed 6. Jakarta : EGC pp 405-6
St Marks Hospital and Academic Institue Lecture Course 2015. Hemorrhoids. Frontier in Intestinal and Celorectal
Disease 13th Annual Internasional Congress. 1-67
Suprijono M.A., 2009. Hemorrhoid. Sultan Agung. 44(118): 1-38
TERIMAKASIH

You might also like