Professional Documents
Culture Documents
Nama : Bp. Y
Usia : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Karanganyar
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku : Jawa
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Tanggal MRS : 11 September 2017
Tanggal Pemeriksaan : 12 September 2017
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Benjolan di lubang
anus dan tidak bisa
dimasukan
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Riwayat hipertensi :
disangkal
Riwayat DM : disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Sistem integumental ruam (-), gatal (-), kulit pucat(-), warna kulit coklat
Berat badan
Kesadaran Tinggi badan Tanda Vital
Tekanan
darah :
110/70 mmHg
Suhu : 36,5
Compos C
mentis 65 Kg 165 cm
(E4V5M6) Nadi : 80
x/menit
RR : 18
x/menit
Normocephale, Konjungtiva
Kepala anemis (-/-), Sclera icteric (-
/-), Pembesaran kelenjar
getah bening (-/-).
EKSTREMITAS
Supor dextra Akral hangat (+), edema (-)
Supor sinistra Akral hangat (+), edema (-)
Infor dextra Akral hangat (+), edema (-)
Infor sinistra Akral hangat (+), edema (-)
2. STATUS LOKALIS
Bagian anus/dubur
Inspeksi : Tampak benjolan di lubang anus,
warna sesuai warna kulit/ kecoklatan dan
ada warna kemerahan didaerah anus.
Palpasi :
Colok dubur: teraba benjolan di anus yang
tidak dapat dimasukan lagi benjolan
sebesar 3x2x2 cm disebelah kanan
terdapat 2 benjolan dan kiri 1 benjolan.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
CT 0430
BT 0130
HbsAg Non
Reak
tif
PEMERIKSAAN Radiologi
PEMERIKSAAN EKG
DIAGNOSIS
Klinik Kerja
Diagnosis banding
Kanker kolorektal
Karsinoma anal
Tanggal Follow Up Planning Terapi Planning
monitoring
11 S/ Datang ke bangsal bedah benjolan di anus Rencana Op 12 -Cek DR3
September nyeri,panas saat BAB dan panas tidak bisa dimasukkan September 2017 -EKG
2017 ke dalam lagi -Ro thorax
O/ TD:110/70 RR:20 S:36,1 N:80 -GDS
KU :Cukup -CT BT
Kesadaran : Compos Mentis -Ur,Cr
Kepala/Leher : CA(-/-) SI(-/-) PKGB (-/-)
Thorax :
Pulmo : SDV/SDV ronkhi (-/-)
Wheezing (-/-)
Cor : BJ I/II murni regular
Abdomen :Peristaltik (+) 10x menit. Nyeri Tekan (-),
Ascites (-)
Ekstremitas :dbn
Anus : Tampan benjolan di lubang anus, warna sesuai
warna kulit/kecoklatan dan ada warna kemerahan
didaerah anus.
A/ Hemoroid Interna Grade IV
12 S/ Pasien merasakan nyeri dan panas dibagian anus. - Inf RL 20 tpm
September O/ TD:110/70 RR:20 S:36,5 N:84 - Rencana op hari ini
2017 KU :Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Kepala/Leher : CA(-/-) SI(-/-) PKGB (-/-)
Thorax :
Pulmo : SDV/SDV ronkhi (-/-)
Wheezing (-/-)
Cor : BJ I/II murni regular
Abdomen :Peristaltik (+) 10x menit. Nyeri Tekan (-),
Ascites (-)
Ekstremitas :dbn
Anus : Tampan benjolan di lubang anus, warna sesuai
warna kulit/kecoklatan dan ada warna kemerahan
didaerah anus. benjolan sebesar 3x2x2 cm disebelah
kanan terdapat 2 benjolan dan kiri 2 benjolan.
A/ Pre OP Hemoroid Interna Grade IV
13 S/ Pasien merasakan masih nyeri dan panas - Inf RL 20 tpm
Septembe dibagian anus setelah operasi - Inj Ceftriaxon/ 12jam
r 2017 O/ TD:110/70 RR:20 S:36,4 N:82 - Inj Transamin/ 8jam
KU :Cukup - Inj
Kesadaran : Compos Mentis Dexketoprofen/8jam
Kepala/Leher: CA(-/-) SI(-/-) PKGB (-/-)
Thorax :
Pulmo: SDV/SDV ronkhi (-/-)
Wheezing (-/-)
Cor: BJ I/II murni regular
Abdome:Peristaltik (+) 10x menit. Nyeri Tekan
(-), Ascites (-)
Ekstremitas :dbn
Anus:Tampak bekas jahitan pada anus,
tertutup kassa (+)
A/ Post OP Hemoroid Interna Grade IV H+1
14 S/ Pasien merasakan nyeri dan panas - Inf RL 20 tpm Aff DC
Septemb dibagian anus setelah operasi mulai - Inj Ceftriaxon/ Aff tampon
er 2017 berkurang 12jam
O/ TD:120/90 RR:20 S:36,0 N:78 - Inj Transamin/ 8jam
KU :Cukup - Inj Dexketoprofen
Kesadaran : Compos Mentis kp
Kepala/Leher: CA(-/-) SI(-/-) PKGB (-/-) - Chlorampenicol
Thorax : salep
Pulmo: SDV/SDV ronkhi (-/-) - Laxadin syrup 3xC1
Wheezing (-/-)
Cor: BJ I/II murni regular
Abdome:Peristaltik (+) 10x menit. Nyeri
Tekan (-), Ascites (-)
Ekstremitas :dbn
Anus:Tampak bekas jahitan pada anus,
tertutup kassa (+)
A/ Post OP Hemoroid Interna Grade IV H+2
15 S/ Pasien merasakan nyeri dan panas Ciprofloxacin BLPL
Septemb dibagian anus berkurang 3x500mg
er 2017 O/ TD:120/70 RR:20 S:36,6 N:82 Asam mefenamat
KU :Cukup 3x1
Kesadaran : Compos Mentis Laxadin syr 3xC1
Kepala/Leher: CA(-/-) SI(-/-) PKGB (-/-)
Thorax :
Pulmo: SDV/SDV ronkhi (-/-)
Wheezing (-/-)
Cor: BJ I/II murni regular
Abdome:Peristaltik (+) 10x menit. Nyeri
Tekan (-), Ascites (-)
Ekstremitas :dbn
Anus:Tampak bekas jahitan pada anus,
tertutup kassa (+)
A/ Post OP Hemoroid Interna Grade IV
H+3
Tinjauan Pustaka
DEFINISI
Kanker anal
Kondilomata anal
Fisura anal
Inflamatory Bowel Disease
terapi
Terapi konservatif
Diet tinggi serat
Pemberian diet tinggi serang bertujuan untuk
meningkatkan volume dan melunakkan feses
sehingga dapat mengurangi mengejan secara
berlebihan pada saat buang air besar dan
menurunkan stress mekanik pada anal cushions .
Modifikasi gaya hidup
Perubahan gaya hidup meliputi diet tinggi serat dan
cairan, pengurangan konsusi makanan berlemak,
olahraga rutin, peningkatan kebersihan bagian anal,
tidak mengejan dan berlama-lama saat di toilet dan
menghindari obat-obatan yang dapat
menyebabkan diare dan konstipasi .
terapi
Flavonoid
Pemberian flavonoid secara oral dapat meningkatkan tonus
pembuluh darah, menurunkan kapasitas vena, menurunkan
permeabilitas kapiler dan sebagai antiinflamasi. Kalsium
dobisilate
Merupakan agen venotonik yang dapat menurunkan
permeabilitas kapiler, menghambat agregasi trombosit dan
meningkatkan viskositas darah sehingga dapat menurunkan
edema jaringan .
Obat topikal
Tujuan utama pemberian : mengurangi gejala bukan untuk
menyembuhkan. Kandungan dari obat topikal diantaranya,
anastesi lokal, kortikosteroid, antibiotik, dan antiinflamasi.
Beberapa contoh obat anti hemoroid yang dipasarkan dan
dapat ditemukan antaralain Antihemoroid, Lanaven, Ardium
dan Ambeven.
terapi
Skleroterapi
Terapi skleroterapi dilakukan dengan
menggunakan 5% fenol yang diinjeksikan
pada submukosa dari hemoroid yang akan di
terapi atau pada bagian apeks dari hemoroid.
Hal ini akan menyebabkan reaksi pada
jaringan lunak berupa trombosis pada
pembuluh darah, sklerosis pada jaringan ikat,
dan refiksasi jaringan yang mengalami
prolaps .
terapi
Bipholar diathermy
Terapi ini menggunakan aliran listrik sebagai medianya. Arus
listrik 1 detik 20 W akan menghasilkan panas yang
menyebabkan koagulasi pada jaringan yang dilakukan
terapi sehingga terjadi fibrosis dan fiksasi .
Infrared photocoagulation
Infrared photocoagulation atau terapi koagulasi adalah
sebuah tindakan yang dilakukan pada hemoroid dengan
ukuran kecil hingga sedang. Selama proses terapi, sebuah
alat akan menghasilkan sinar infrared. Panas yang dihasilkan
akan menyebabkan luka parut pada jaringan yang
memutus aliran darah ke hemoroid .
terapi
Terapi bedah
Terapi bedah pada hemoroid dilakukan dengan indikasi hemoroid
derajat III yang tidak responsif dengan terapi non bedah,
hemoroid derajat IV, hemoroid eksterna yang besar atau
kombinasi hemoroid interna dan eksterna, terjadinya anorektal
patologi secara bersamaan (Ganz, 2013).
Terapi bedah pada hemoroid terdapat beberapa metode, yaitu :
Doppler guided haemorrhoidal aertery ligation recto anal repair
(DG HAL RAR) / Trans Anal Haemorrhoidal Dearterilization
(THD)
Dengan menggunakan doppler transducer yang dimasukkan
kedalam anus hingga rektum. Metode ini dilakukan dengan
meligasi cabang arteri hemoroid superior sehingga menyebabkan
pengecilan dari hemoroid (Lohsiriwat, 2015).
terapi
Stapled Haemorrhoidophexy
Terapi ini menggunakan alat stapling berbentuk
bundar yang dimasukkan kedalam anal. Alat
tersebut kemudian akan menghilangkan bagian
mukosa dan submukosa secara melingkar 2-3 cm
diatas dentate line sehingga terjadi pemutusan
aliran darah ke hemoroid .
terapi
Haemoroidectomy
Metode ini digunakan pada hemoroid dengan
derajat III-IV atu hemoroid dengan komplikasi.
Terdapat dua metode dalam melakukan
hemoroidektomi yaitu dengan cara closed
hemorrhoidectom (Fergusson) atau open
hemorrhoidectomy (Milligan-Morgan).
DAFTAR PUSTAKA
Buntzen S., Christensen P., Khalid A., Ljugmann K., Lindholt J., et al. 2012. Diagosis and Treatmen of Hemorrhoids.
Danish Medical Journal. 60(12): 1-9
Chugh A., Singh R., Agarwal P.N., 2014. Management of Hemorrhoids. Indian Journal of Clinical Practice. 25 (6):
577-80
Gami B., 2011. Hemorrhoids A Common Ailment Among Adults, Causes and Treatment: A Review. Internasional
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 3(5): 5-12
Ganz R.A., 2013. The Evaluation and Treatment of Hemorrhoids: A Guide for The Gastroenterologist. Clinical
Gastroenterology and Hepatology. 11: 593-603
Krames Patient Education 2010. Treating Hemorrhoids Using Non-Surgical Methods. 1-14
Lohsiriwat V., 2012. Hemorrhoids From Basic Pathophysiology to Clinical Management. World Journal of
Gastroenterology. 18(17): 2009-17
Lohsiriwat V., 2015. Treatment of Hemorrhoids: A Coloproctologists View. World Journal of Gastroenterology.
21(31): 9245-52
Mounsey A.L., Halladay J., Sadiq T.S., 2011. Hemorrhoids. American Family Physicians. 84(2): 204-10
Nivatvongs S. Hemorrhoids. PRiciple and Practice of Surgery for the Colon, Rectum, and Anus. Third Edition.
Informa HElath Care. New York. 2007.8: 144-64
Riwanto I. 2010. Usus Halus, Apendiks, Kolon dan Anorektum. Dalam : Sjamsuhidajat R., D Jong W. Buku Ajar Ilmu
Bedah ed 3. Jakarta : EGC pp 731-98
Sherwood L., 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed 6. Jakarta : EGC pp 690-1
Snell R.S., 2012. Anatomi Klinik ed 6. Jakarta : EGC pp 405-6
St Marks Hospital and Academic Institue Lecture Course 2015. Hemorrhoids. Frontier in Intestinal and Celorectal
Disease 13th Annual Internasional Congress. 1-67
Suprijono M.A., 2009. Hemorrhoid. Sultan Agung. 44(118): 1-38
TERIMAKASIH