You are on page 1of 22

Cholecystolithiasis

Kelompok 4
Definisi
Batu empedu yang
dapat ditemukan
dalam kandung
empedu
(cholecystolithiasis)
atau di dalam saluran
empedu
(choledocholithiasis)
atau pada kedua-
duanya3
Menurut Guyton &Hall, 1997 empedu melakukan
dua fungsi penting yaitu :

Asam empedu membantu mengemulsikan partikel


lemak yang besar menjadi partikel yang lebih kecil
dengan bantuan enzim lipase dan membantu
transpor dan absorpsi produk akhir lemak yang
dicerna membran mukosa intestinal.

Mengeluarkan beberapa produk buangan yang


penting dari darah, antara lain bilirubin
Prevalensi
Insiden cholelithiasis di negara barat adalah
20% sedangkan angka kejadian di Indonesia
tidak berbeda jauh dengan negara lain di Asia
Tenggara.

Peningkatan insiden batu empedu dapat


dilihat dalam kelompok resiko tinggi yang
disebut 5 Fs : female (wanita), fertile (subur)-
khususnya selama kehamilan, fat (gemuk),
fair, dan forty (empat puluh tahun).
Patofisiologis
Etiologi batu empedu masih belum
diketahui dengan sempurna, akan tetapi,
faktor predisposisi yang paling penting
tampaknya adalah gangguan
metabolisme yang disebabkan oleh
perubahan susunan empedu, stasis
empedu dan infeksi kandung empedu
Menurut Meyers & Jones, 1990 Proses
fisik pembentukan batu kolesterol terjadi
dalam empat tahap:

Supersaturasi empedu dengan kolesterol

Pembentukan nidus.

Kristalisasi/presipitasi.

Pertumbuhan batu oleh


agregasi/presipitasi lamelar kolesterol dan
senyawa lain yang membentuk matriks
batu
KOMPOSISI BATU
Komposisi batu saluran kemih yang
tersering:
kalsium oksalat (monohidrat atau
dihidrat)
asam urat
struvit (magnesium amonium fosfat)
kalsium fosfat
sistin
Beberapa batu saluran kemih yang lebih
jarang insidensnya: xanthine dan batu
akibat obat
Fisiologi Ginjal dengan
Obstruksi
Obstruksi distensi kapsul ginjal rasa
nyeri
Obstruksi unilateral akut dengan ginjal
kontralateral normal.
ginjal yang mengalami obstruksi akan
merespon dalam 3 fase:
2 jam pertama
peningkatan aliran darah ginjal dan
tekanan pelvis di ginjal laju filtrasi
glomerulus menurun
6 24 jam
tekanan pelvis ginjal akan tetap tinggi, namun
aliran darah ke ginjal akan mulai menurun
> 24 jam
tekanan pevis ginjal cenderung menurun ke nilai
dasar (walau tetap lebih tinggi) dan aliran darah ke
ginjal akan terus menurun
Jika hal ini tetap bertahan, obstruksi akan
menimbulkan iskemi ginjal
Manifestasi Klinis
Asimptomatik
Batu yang terdapat dalam kandung empedu
sering tidak memberikan gejala
(asimptomatik). Dapat memberikan gejala
nyeri akut akibat cholecystitis, nyeri bilier,
nyeri abdomen kronik berulang ataupun
dispepsia, mual (Suindra, 2007).
Manifestasi Klinis
Simptomatik
Keluhan utamanya berupa nyeri di daerah
epigastrium, kuadran kanan atas. Rasa
nyeri lainnya adalah kolik bilier yang
berlangsung lebih dari 15 menit, dan
kadang baru menghilang beberapa jam
kemudian
Peradangan akut dari kandung empedu,
berkaitan dengan obstruksi Ductus
cysticus atau dalam infundibulum. Nyeri ini
bertambah saat inspirasi atau dengan
pergerakan dan dapat menjalar
kepunggung atau ke ujung skapula.
Pada pemeriksaan dapat dijumpai tanda
toksemia, nyeri tekan pada kanan atas
abdomen dan tanda klasik Murphy sign
(pasien berhenti bernafas sewaktu perut
kanan atas ditekan). Massa yang dapat
dipalpasi ditemukan hanya dalam 20%
kasus. Kebanyakan pasien akhirnya akan
mengalami cholecystectomy terbuka atau
laparoskopik4.
EVALUASI DIAGNOSTIK
Pemeriksaan baku emas : CT non kontras
abdomen dan pelvis
Pemeriksaan lain:
Pielogram intravena (IVP)
Foto polos abdomen
Cukup berguna karena kurang lebih 75-90%
dari batu saluran kemih adalah radiopak
USG
Pencitraan pertama ketika dicurigai adanya
batu saluran kemih pada wanita hamil
Tatalaksana
Terapi Konservatif
a. Lisis batu dengan obat-obatan
Terapi disolusi dengan asam ursodeoksikolat
untuk melarutkan batu empedu kolesterol
dibutuhkan waktu pemberian obat 6-12
bulan dan diperlukan monitoring hingga
dicapai disolusi
b. Disolusi kontak
prinsip PTC dan instilasi langsung pelarut
kolesterol ke kandung empedu.

c. Lithotripsy (Extracorvoral Shock Wave


Lithotripsy =ESWL)
Efektifitas ESWL memerlukan terapi
adjuvant asam ursodeoksikolat.

Terapi Operatif
a. Cholecystostomy
Kolesistostomi berguna
untuk dekompresi dan
drainase kandung
emedu yang terdistensi,
mengalami inflamasi,
hidropik atau purulen
b. Open cholecystectomi
Operasi ini merupakan standar untuk
penanganan pasien dengan batu empedu
simptomatik. Indikasi yang paling umum
untuk cholecystectomy adalah kolik biliaris
rekuren, diikuti oleh cholecystitis akut
c. Laparoskopik Cholescystectomy
Merupakan tindakan operasi
pengangkatan kantong empedu dengan
cara minimal invasif melalui endoskopik.
Mengurangi masa pemulihan post op
dan waktu rawat di RS
KESIMPULAN
Gejala khas batu saluran kemih : kolik &
hematuria
Klinisi harus mampu menilai apakah pasien perlu
intervensi segera dan besarnya kemungkinan
batu keluar secara spontan
Intervensi urologi harus disesuaikan untuk tiap
individu
Risiko batu berulang akibat kelainan metabolik
harus dipikirkan pada pasien dengan penyakit
batu saluran kemih berulang dan beberapa
pasien dengan episode batu yang pertama
kalinya.
Referensi
Lesmana L. Batu Empedu dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid
1. Edisi 3. Jakarta:Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.2000.380-4.
Schwartz S, Shires G, Spencer F. Prinsip-prinsip Ilmu Bedah
(Principles of Surgery. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2000.459-64.
Brunicardi FC et al. Schwartzs principles of surgery. 8th edition.
United States America : McGraw Hill, 2005.1188-1218.
Price SA, Wilson LM. Kolelitiasis dan Kolesistisis dalam :
Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 4.
Jakarta : EGC. 1995. 430-44.
Guyton AC, Hall JE. Sistem Saluran Empedu dalam: Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta: EGC, 1997. 1028-1029.

You might also like