You are on page 1of 25

Api & Asap

Kebakaran
Sifat Teknis Api & Kebakaran
 Prosedur penanggulangan kebakaran bangunan dilandasi oleh fenomena teknis api, disamping
aspek-aspek psikologis yang dialami manusia pada saat terjadinya kebakaran (shock, timbulnya
kepanikan, dll).
 Hal-hal teknis yang menjadi landasan upaya penanggulangan tersebut antara lain : unsur
pembentuk api, tahap perkembangan api, serta hal yang membahayakan keselamatan jiwa.
 Pada proses terjadinya kebakaran, api tumbuh secara bertahap, dari mulai menyala,
membesar, menghasilkan gas dan asap dari bahan yang terbakar, dan bila tidak terkontrol, ia
akan mencapai tahap maksimal yang menghanguskan serta membahayakan.
 Secara teknis, perkembangan api terdiri dari 5 (lima) tahap , yaitu :
 tahap penyalaan,
 tahap pertumbuhan,
 tahap puncak (flashover),
 pembakaran penuh dan
 tahap surut

 Pada kenyataannya. dalam


suatu proses pembakaran,
tidak semua tahap perkem-
bangan api ini akan terlalui.
Hal ini sangat tergantung dari
kualitas dan kapasitas tiga
unsur pembentuk api
How Fires Start
 Fires need four elements in order to occur:
 Fuel (Bahan Bakar)
 Oxygen (O2)

 Heat (Panas)

 Chemical Reaction (Reaksi Kimia)


How Fires Start
 Fuel (Bahan Bakar) : Sema bahan
combustible (mudah terbakar) - solid,
liquid ata gas.
Umumnya, zat pada dan cair akan
menjadi gas atau uap sebelum terbakar

 Oxygen (O2) : Udara yang kita hirup


adalah 21% oxygen. Api/Kebakaran
hanya membutuhkan 16% oksigen
untuk terbakar.
How Fires Start
 Heat (Panas/Energi) :
Energi yang menyebabkan bahan bakar
(meterial terbakar) utk memproduksi uap
yang menjadi pemicu terjadinya kebakaran

 Chemical Reaction :
Bila bahan bakar, oksigen dan panas
berada bersama-sama dalamtakaran yang
tepat dan kondisi yang memadai, rantai
reaksi kimia akan mempercepat oksidasi
(yang menyebabkan kebakaran)
Combustion
Combustion (proses pembakaran) adalah reaksi kimia dimana bahan bakar secara
cepat teroksidasi. Ada tiga hal yang menyebabkan terjadinya proses pembakaran :
 Oxygen (O2)
 Bahan bakar (Fuel) Oksigen
 Energi Panas (Heat)

 Ketiga unsur di atas harus bekerja bersama untuk dapat


membentuk api dan pembakaran  Tanpa adanya salah
satu dr ketiga unsur tsb, proses pembakaran tidak akan
pernah terjadi (Komposisi dari ketiga unsur inilah yang
menentukan tahap proses pembakaran berlangsung).
 Energi/panas dimaksudkan sebagai tingkatan energi
bahan untuk terbakar pada temperatur bakarnya (yaitu
temperatur terendah agar bahan bakar mulai bisa Fuel Heat
terbakar).  bahan material akan lebih mudah terbakar
bila suhu bakar material tersebut relatif rendah.

Untuk menghentikan proses pembakaran ini, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah :
 Mengurangi udara (oksigen) dari lingkungan kebakaran.
 Menyingkirkan bahan bakar (bahan yang terbakar).
 Mengurangi temperature ruangan.
Combustion
Karakteristik pertumbuhan dan penyebaran api pada kasus bangunan yang terbakar,
sama seperti terjadinya proses penyalaan api, kecepatan penyebaran, pemancaran
panas, serta timbulnya asap & gas berbahaya, ditentukan oleh banyak faktor yaitu :
 kondisi geometris ruangan,
 kondisi bukaan yang ada,
 sumber api,
 jarak antara sumber api dengan material yang terbakar,
 karakteristik dari material interior,
 tipe dan volume material yang terbakar, serta
 kondisi dan penataan ruangan

 Pada proses terjadinya kebakaran, api dengan cepat berkembang besar melalui
proses konveksi, dan kemudian menyebar secara lateral dalam ruangan, dan bila
ruangannya terbatas terus merambat secara vertikal ke langit-langit.
 Sesuatu yang terbakar, disamping menghasilkan gas, asap dan panas. Panas
gas yang timbul pada peristiwa kebakaran, bisa mencapai 650 0C – 950 0C.
 Salah satu fenomena yang khas terjadi pada peristiwa kebakaran adalah
terjadinya “flashover”, dimana api tiba2 membesar dengan nyala yang besar pula.
Bahaya Kebakaran
 Ada dua jenis bahaya yang ditimbulkan sebagai akibat dari terjadinya kebakaran
yaitu kerugian material dan keselamatan jiwa manusia.
 Beberapa aspek penyelamatan sebenarnya lebih diarahkan dan diproritaskan
pada penyelamatan jiwa manusia terlebih dahulu, untuk kemudian meminimalkan
kerugian pada tahap berikutnya.
 Pada prinsipnya, konsep penanggulangan kebakaran yang utama adalah
menyelamatkan jiwa manusia.
 Bahaya keselamatan jiwa manusia pada peristiwa kebakaran dapat
diklasifikasikan dalam dua bagian :
 bahaya langsung
 tersengat temperatur yang tinggi
 keracunan asap

 bahaya tidak langsung


 terluka / terjatuh
 terserang sakit
 mengalami shock

 Hal di atas digambarkan melalui skematik grafik yang pernah dipublikasikan oleh
Biro Statistik Amerika (National Bereau of Standard USA) mengenai akibat yang
ditimbulkan setelah peristiwa kebakaran terjadi.
Bahaya Tersengat Panas
 Manusia mempunyai toleransi yang terbatas terhadap panas yang
menerpa tubuhnya. Tingkat pengkondisian termal yang dapat
ditolerir oleh manusia hanya mencapai temperatur + 65 0C , itupun
dengan persyaratan kelembaban tertentu serta aktifitas yang
dilakukan.
 Selanjutnya , kemampuan manusia terhadap tingkat perkembangan
termal dapat ditunjukkan dalam garfik di bawah ini :

 (10 – 35) 0C - kondisi nyaman termal


 65 0C - suhu dapat ditoleransi tubuh (tergantung kelembaban & aktifitas)
 105 0C - suhu panas tidak dapat ditolerir dalam waktu 25 menit
 120 0C - suhu panas tidak dapat ditolerir dalam waktu 15 menit
 140 0C - suhu panas tidak dapat ditolerir dalam waktu 5 menit
 180 0C - kerusakan fatal dan kekeringan dala m waktu 30 detik
Skema Penyebab Korban Jiwa Akibat Kebakaran (Sumber : National Bereau of Standard USA)

 Penyebab korban jiwa terbesar pd kebakaran adalah asap yang meracuni pernafasan, yaitu
sebesar 74 %, sementara yang diakibatkan tersengat panas sebesar 18 % serta penyebab
lain sebesar 8 % dari total korban.
 Asap yang timbul sebagai hasil reaksi pembakaran, mengakibatkan bahaya meracuni
pernafasan juga menghalangi pandangan dan orientasi orang untuk menyelamatkan diri.
 Penelitian mengungkapkan bahwa serangan shock akibat kebakaran dapat membuat panik,
menghilangkan pikiran logis  pola pernafasan dapat berlebihan  akan semakin
mempercepat proses keracunan
Asap Kebakaran
Defenisi NFPA 92A tahun 1996 :
“Asap adalah gas-gas serta partikel padat dan cair yang beterbangan yang timbul
pada waktu sesuatu bahan mengalami proses pirolisa atau pembakaran, bersama
dengan sejumlah udara yang terperangkap atau tercampur di dalamnya”.

 Hasil pembakaran terdiri dari : partikel mikro, bahan yang tidak habis terbakar, karbon
dioksida, karbon monooksida, uap air, dan gas-gas toksik maupun korosif.
 Asap dari kebakaran bangunan adalah gas-gas hasil pembakaran material dan
barang dalam bangunan, dan membawa partikel mikro yang timbul akibat pirolisa
atau reaksi pembakaran.
 Bahaya asap yang perlu diperhatikan adalah toksisitas, visibilitas dan temperatur.
 Bila orang terperangkap di dalam ruangan dengan asap yang tebal, akan
menyebabkan disorientasi  mengganggu proses evakuasi.
Bila berlangsung lama, asap beracun dapat terhirup ke dalam paru-paru yang dapat
menyebabkan kematian.
Asap Kebakaran
 Pada kasus kebakaran, umumnya kematian terjadi akibat keracunan asap terlebih
dahulu sebelum kecelakaan akibat lain terjadi. Statistik mengungkapkan bahwa 80%
kematian terjadi akibat keracunan asap ataupun gas racun lain.
 Kebakaran menghasilkan banyak gas yang sangat beracun, meliputi carbon
monoxide, sulfur dioxide, hydrogen cyanide dan hydrogen sulfide. Gas-gas ini
memindahkan oksigen di dalam ruang, yang dapat menyebabkan mati lemas.
 Api mengkonsumsi oksigen  mengurangi jumlah oksigen (untuk bernafas).
 Ketika seseorang keracunan asap, kendali otot hilang, pertimbangan lemah dan
kemampuan untuk membuat kepurusan berkurang.
 Pada saat keadaan darurat, penting untuk mampu membuat keputusan cepat.

 Pada saat yang sama, gas beracun, udara panas, asap dan jarak penglihatan
yang terbatas menyebabkan seseorang untuk bertindak dengan cara tidak logis
 Jumlah asap yang di produksi pada suatu kebakaran tergantung pada jenis dan
jumlah material terbakar dan kondisi kebakaran berlangsung.
 (Memilih material yang menghasilkan asap yang relatif sedikit dapat
menghindari potensi resiko berkurangnya visibilitas pd evakuasi)
Produksi Asap Kebakaran
Kualitas dan Kuantitas Asap
 Produksi asap bergantung pada dua hal yaitu ukuran api dan tinggi
plafon ruangan. Produksi asap juga akan meningkat sejalan dengan
perkembangan dan penyebaran api.
 Semakin kecil ketinggian ruang di atas api  menyebabkan tumpukan lapisan asap
yang membubung semakin cepat menebal.
 Ruang terbuka di atas api akan semakin berkurang dan ruangan akan dengan cepat
terpenuhi oleh asap.
 Jenis asap yang dihasilkan berbeda pada tiap kebakaran, maupun oleh
bertambahnya waktu pada kebakaran yang sama.
 Tampilan jenis asap bervariasi, asap berwama terang atau asap hitam
dan tebal yang merupakan akibat dekomposisi tidak terbakar dan produk
kondensasi yang dihasilkan dari pembakaran material mudah terbakar.
 Gas-gas panas kebakaran memiliki unsur pokok yang dapat dibedakan :
 Asap dan gas yang dihasilkan oleh material yang terbakar
 Penguraian material tidak terbakar dari zat-zat yang terkondensasi
 Udara yang dipanaskan oleh api dan masuk ke dalam aliran gas panas.
 Asap merupakan kombinasi yang merata dari tiga kelompok di atas, dan
berisi gas-gas, uap air, dan partikel-partikel solid yang tidak dapat
terbakar secara sempuma.
Asap & Visibilitas
 Kepadatan partikel asap merupakan hal yang penting dalam kualitas
asap karena dapat mengurangi visibilitas sehingga menghambat
evakuasi.
 Visibilitas yang diperlukan pada evakuasi kebakaran, bergantung pada
kondisi:
 Kondisi asap, meliputi warna, besar ukuran partikel, kepadatan, efek
fisiologis asap terhadap tubuh manusia (misalnya iritasi pada mata,
sesak nafas, dan sebagainya)
 Kondisi lingkungan, meliputi ukuran dan warna objek yang diamati,
pencahayaan objek (intensitas cahaya & jenis cahaya berdasarkan
arah datangnya,
 Kondisi penghuni, meliputi kondisi fisik dan mental
Asap & Racun
 Asap hasil pembakaran mengandung gas-gas beracun yang memiliki
sifat toxiditas / racun yang berbeda-beda dan bersifat mematikan
 Semua material yang mudah terbakar (combustable) bila terbakar akan
melepaskan carbon monoxida (CO) dan carbon dioksida (CO2). Oleh
karena itu di dalam kandungan asap kebakaran, akan selalu
mengandung unsur gas CO dan CO2 dalam jumlah yang besar.
 Selain CO dan CO2 terdapat pula gas-gas beracun sebagai hasil dari
proses pembakaran.
 Asap dan gas racun adalah produk yang paling berbahaya.
Kedua produk ini akan lebih dahulu menyebar daripada nyala api dan
panas kebakaran.
 Jenis gas beracun yang biasa diternui dalam asap adalah CO (karbon
monoksida) yang mencapai prosentasi hingga 40%.
 Berdasarkan penelitian, terdapat berbagai macam gas beracun yang
dihasilkan dengan tingkat racun yang berbeda.
 Asap hasil terbakarnya busa/plastik lebih tinggi kadar racunnya daripada
asap dari kayu. Sehingga biasanya asap dari kebakaran di kantor
biasanya sifatnya lebih tidak beracun bila dibandingkan asap hasil
kebakaran pertokoan.
HAZARDOUS MATERIALS
 Jalan masuknya materi berbahaya (hazardous materials) ke dalam tubuh :
 Terhisap (Inhalation) ; melalui pernafasan (umumnya jalur yg paling cepat)
 Penyerapan (Absorption) ; melalui kulit atau mata
 Pencernaan (Ingestion) ; tertelan
 Injeksi (Injection) ; menembus kulit (penetrating skin)

Bahan Gas racun yang dihasilkan


- s emua bahan combus table yang mengandung kabon CO dan CO 2
- celluloid, polyurethene nitrogen oks ida (NO)
- wool, s utra, kulit, plas tik mengandung nitrogen, hidrogen cyanida
plas tik s ellulos e dan rayon
- kayu, kertas acrolein (C3H4O)
- karet, thiokol s ulphur dioks ida (S O2)
- polyvinyl chloride, plas tik retardant, plas tik yang as am halogen (HCl, HBr, HF dan
mengandung fluor phos gene)
- melamine, nylon, res in, urea formaldehyde ammonia (NH3)
- polys tyrene benzena (C6H6)
- phenol formaldehyde, kayu, nylon, polyes ter res in aldehyde
- plas tik retardant, s enyawa antimony (S b)
- bus a polyurethene is ocyanat
Klasifikasi Material Berbahaya
Ada empat klasifikasi utama dari material beresiko
Material Corrosive
Korosif berarti menghancurkan atau melemah secara berangsur-angsur, terutama oleh
penyebab reaksi kimia. Kebanyakan materi korosif berpotensi berbahaya kepada kulit
manusia.
Ignitable (Mudah terbakar)
Kata umum yang digunakan untuk menguraikan materi dalam penggolongan ini adalah
mudah terbakar (flammable) dan bahan peledak (explosive)
Salah satu bahaya yang riil, di luar api dan asap, adalah bahaya menyebarnya partikel
unsur berbahaya di dalam ruangan.
Reactive
Material reaktif adalah cenderung untuk bereaksi secara spontan dengan udara atau air,
untuk;menjadi tidak stabil, memanaskan, menghasilkan gas beracun, atau meledak.
Reaktif tidak sama dengan dengan radioaktif yang berarti pemancaran radiasi hasil suatu
reaksi nuklir.
Toxic
Material beracun melepaskan bahan toxicants atau meracuni dengan jumlah cukup untuk
mencapai resiko substansiil pada kesehatan manusia.

Kempat kategori di atas dapat berubah secara fisilogis terhadap manusia, tergantung
bagaimana proses bersinggungannya dengan tubuh manusia
PRODUKSI KEBAKARAN
 Uap dan Gas beracun yang diproduksi api adalah yang paling bertanggung jawab
pada sejumlah besar kematian pada kebakaran.
 Asap (smoke) dan uap (vapours) dan gas beracun (toxic gases) pada umumnya
terjadi bersama-sama pada kebakaran dan sukar untuk menciri dengan jelas produk
pembakaran yang mana yang bertanggung jawab untuk efek yang berbahaya
tersebut.
 Asap (smoke) adalah partikel-partikel yang terdiri dari partikel solid unsur/butir
padat dan memadatkan uap. Asap ini umumnya terdiri dari bahan solid yang terurai
hasil pembakaran.
 Gas adalah suatu produk pembakaran yang tinggal suatu gas bahkan ketika
temperatur udara telah menjadi normal.
 Uap (vapours) adalah suatu produk pembakaran yang berupa gas ketika diproduksi
tetapi berbalik menjadi padat atau cairan pada suhu normal. Uap akan secara
berangsur menjadi padat pada temperatur dingin sebagaimana pada saat berpindah
pada saat panas.
Gas Hasil Material Terbakar
 Gas yang dilepaskan dari bahan-bahan yang terbakar diantaranya mengandung
racun (toxic gases) dan menyebabkan fatal bagi jiwa manusia. Karena
menimbulkan kesulitan bernafas, radioaktif dan hambatan penglihatan.
 Gas tersebut mengandung unsur CO, CO2, HCN dan kekurangan O2.
Sementara diantara gas yang lainnya seperti HCL, HF, SO2, NO2, CH2CHCHO
sering menimbulkan iritasi hebat bagi korbannya. Besarnya kadar masing-masing
gas dalam kebakaran sangat tergantung pada jenis bahan yang terbakar.
 Gas CO2 dihasilkan oleh segala jenis bahan yang terbakar dan menyebabkan
menurunnya kesadaran dan menghasilkan HYPOXIA yaitu penurunan O2 yang
berakibat susah bernafas.
 Demikian pula gas CH2CHCHO2 yang dihasilkan dari terbakarnya bahan-bahan
seperti kayu kapas dan hydrocarbon seperti karosene menjadi penyebab kuat iritasi
hebat pada mata dan iritasi disaluran pernafasan bagian atas.
 Lebih lanjut barang-barang rumah tangga dan unsur-unsur konstruksi bangunan
yang banyak mengunakan bahan PVC akan banyak menghasilkan gas HCN dan
gas SO2 banyak ditimbulkan dari kebakaran karet dan bahan-bahan yang
menggunakan komponen sulphur.
 Gas-gas tersebut selain menimbulkan iritasi seperti gangguan hebat pada mata,
tenggorokan dan saluran pernafasan, dalam kadar yang tinggi (diatas 800 ppm)
dapat mengakibatkan kematian.
Produksi ASAP - Contents of Smoke
 Pada kebakaran, ada dua zat hasil oksidasi sempurna – Carbon Dioxide (CO2) dan uap air–
(90% produk yang dihasilkan). Sisanya yang 10% mengandung kebanyakan unsur yang
membahayakan.
 Terdiri dari : Carbon Monoxide, Particulate Matter, Hydrocarbons dan bahan organic.
 Api yang semakin besar akan menyempurnakan proses pembakaran dan selanjutnya akan
memperbesar pula persentase Carbon Dioxide (CO2) dan uap air pada asap’

Carbon Dioxide (CO2)


 Gas yang tidak berbau dan berwarna, terbentuk secara alami melalui pembusukan material
organik (termasuk kayu). CO2 dihembuskan manusia dan diserap tumbuhan dari udara (pada
proses fotosintesis). Gas ini digunakan untuk pengemasan minuman segar (carbonated drinks).
Uap Air (H2O)
 Kandungan air sangat penting untuk interaksi dengan produk terbakar lain sehingga mengurangi
efisiensi proses pembakaran. Uap air juga mengurangi visibilitas untuk jarak yang pendek.
Carbon Monoxide (CO)
 Gas ini tidak berbau dan berwarna, tetapi memiliki daya racun yang besar (highly toxic). Pada
kebakaran, konsentrasi yang diproduksi sangat besar, tetapi sangat ringan dan secara cepat
dapat tercampur (diluted) di udara terbuka.

Parts of CP per million parts of air


Ambang batas 50
Terhisap selama 1 jam tanpa efek yang berarti 400 to 500
Terhisap selama 1 jam dengan efek yang tidak 1000 to 2000
mengenakkan
Konsentrasi yang membahayakan 1500 to 2000
Konsentrasi yang mematikan dibawah satu jam > 4000

Table Respon Fisik pada Bermacam Konsentrasi Gas CO


Produksi ASAP - Contents of Smoke
Hydrokarbon (HC)
 Hidrokarbon dan campuran organik lain tidak mengakibatkan bahaya yang signifikan

Partikel Mikro
 Partikel mikro prodek pembakaran adalah campuran kompleks dari partikel-partikel padat
atau partikel cair (tar)
 Ukuran, Bentuk, Kepadatan dan sifat fisis lain sangat variatif tetapi terlalu kecil untuk dilihat
dengan mata telanjang. Partikel-partikel kayu yang biasanya dihasilkan dengan cepat pada
pembakaran, tidak termasuk didalamnya membahayakan visibilitas.
 Partikel kecil ini dapat lama terapung di udara (bisa sampai seminggu), yang dapat secara
drastis mengurangi visibilitas  merupakan problem utama masalah visibilitas pada asap.
 Ukurannya yang kecil dapat penetrasi ke dalam paru-paru, sama seperti merokok yang
dapat menyebabkan gangguan pernafasan seperti emphysema.

Visibility Effects
 Tingkatan yang kecil – Maximum reduction of light.
 Konsentrasi yang besar – pengurangan drastis visibilitas
 Major Problem – Interstates and major highways Can act as nuclei for formation of fog.
Types of Fires

Ada 4 klasifikasi kebakaran, yang dikategorikan berdasarkan jenis material yang


terbakar.
Pada kategori A, B & C, ada dua ikon yang biasa dipakai (biasanya digunakan pada
jenis extinguisher yang digunakan utk memadamkan api)
Hanya ada satu ikon yang dipakai sebagai simbol kebakaran class D, dimana
kebakaran tsb melibatkan material khusus yang dapat mengakibatkan situasi kebakaran
khusus
Note : ada kebakaran yang melibatkan lebih dari satu klasifikasi di atas, misalnya
kebakaran yang melibatkan kebakaran kertas dan lemak dapur, akan dikategorikan
kebakaran class AB
Class A, kebakaran material yangt menimbulkan residu
bila terbakar, misalnya kertas, kayu, kain, karet dan
beberapa jenis plastik.
Class B, kebakaran yang melibatkan material cairan
dan gas yang mudah terbakar, seperti bensin, paint
thinner, kitchen grease, propane, dan acetylene.

Class C, kebakaran yang melibatkan elektrikal ataupun


peralatan (motor, computer, panel box).

Class D, kebakaran yang melibatkan material metal


khusus, seperti magnesium, sodium, titanium, dan
certain organometallic compounds seperti alkyllithium
dan Grignard reagents.
Sekian
&
Terima Kasih

You might also like