You are on page 1of 21

WELCOME

TO
OUR PRESENTATION

LOADING. . . .
P E M B UATA N B I O D I E S E L D A R I
C P O ( C R U D E PA L M O I L )
DEFINISI BIODIESEL
Biodiesel merupakan nama yang diberikan untuk bahan bakar yang terdiri dari
mono-alkyl ester yang dapat terbakar dengan bersih, berasal dari berbagai
minyak tumbuhan atau lemak hewan, biasanya berupa metil ester atau etil
esterdari asam lemak. Nama biodiesel telah disetujui oleh Departemen of Energy
(DOE), Environmental Protection Agency (EPA) dan American Society of Testing
Material (ASTM) sebagai industri energi alternatif. Berasal dari asamlemak yang
sumbernya renewable limit,dikenal sebagai bahan bakar yang ramah ngkungan
dan menghasilkan emisi gas buang yang relatif lebih bersihdibandingkan bahan
bakar konvensional. Biodiesel tidak beracun, bebas daribelerang, aplikasinya
sederhana dan berbau harum.Biodiesel dapat ditulis sebagai B100.B100
menunjukkan bahwa biodieseltersebut murni 100% terdiri atas mono-alkyl ester .
Biodiesel campuran ditandaiseperti " BXX", dimana " XX" menyatakan prosentase
komposisi biodiesel yangterdapat di campuran tersebut, dengan kata lain B20
adalah 20% biodiesel, 80%minyak solar (Zuhdi dkk, 2003).
BAHAN BAKU BIODIESEL
Crude Palm Oil (CPO)
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) di Indonesia dalam tahun 1979 tercatat
sebanyak 73 buah perkebunan kelapa sawit dengan luas areal 230.000 Ha.
Produksi per Ha nya, diperkirakan produksi kelapa sawit dunia adalah 2,5
juta ton. CPO berasal dari bagian pericarp buah kelapa sawit. Kandungan
yang terdapat dalam minyak sawit (CPO) adalah 94% trigliserida, 5% asam
lemak bebas (FFA) dan selebihnya zat pengotor dan air. Minyak sawit (CPO)
berwarna kuning jingga kemerah merahan dan agak kental.
Komposisi zat asam yang mengandung lemak dari minyak sawit didominasi
oleh palmitic, oleic, linoleic, dan zat asam lemak stearic ditambah sedikit
myristic, lauric, linoknic dan cuka capric (Allen dan Watts, 2000).
Methanol
Methanol atau methyl alkohol atau sering juga disebut carbinol merupakan
larutan polar yang larut dalam air, alkohol, ester dan pelarut organic lainnya.
Methanol mempunyai rumus molekul CH3OH adalah alkohol aliphatic
sederhana. Reaksinya ditentukan oleh gugus hydroxyl fungsional, sedangkan
reaksi terjadi oleh gugus C O atau O H. Penggunaan methanol sebesar
85% digunakan sebagai bahan baku serta bahan pelarut sintetis. Dalam hal
ini methanol direaksikan dengan trigliserida akan menghasilkan methyl ester.
Methanol mempunyai sifat fisik sebagai berikut : tidak berwarna, mudah
terbakar dan menguap, tidak berbau, mudah larut dalm air, sangat polar,
dengan spesifik gravitasi 0,7924 pada 20OC, titik didihnya 64,5OC, titik eku -
97,5OC dan flash point 12,2OC. Keberadaan methanol dalam proses
transesterifikasi adalah untuk memutuskan hubungan gliserin dengan zat
asam lemak.
Kalium Hidroksida (KOH)
Kalium hidroksida adalah suatu senyawa anorganik dengan rumus kimia KOH,
dan umumnya disebut sebagai potash kaustik. Bersama dengan natrium
hidroksida, padatan tak berwarna
Adapun fungsi dari KOH adalah :
Menetralkan asam
Sebagai bahan baku pembuatan sabun deterjen
Memisahkan unsur belerang dari minyak bumi
Membantu mengurangi zat warna dari kotoran yang berupa getah minyak
bumi
Konsentrasi KOH yang diperlukan tergantung pada perbandingan molar
antara umpan dan methanol.
ALAT YANG DIGUNAKAN MEMPRODUKSI BIODIESEL
Tangki : tempat penyimpanan sementara
Separator : sebagai alat pemisah biodiesel
Reaktor tangki berpengaduk : sebagai tempat pencampuran bahan
baku dan terjadinya reaksi transesterifikasi
Proses Pembuatan Biodiesel
Proses Pemisahan Gum (Deguming)
Pemisahan gum merupakan suatu proses pemisahan getah atau lendir
yangteridiri dari fosfatida, protein, residu, karbihidrat, air dan resin
tanpa mengurangijumlah asam lemak bebas dalam minyak. Proses ini
dilakukan dengan carapenambahan asam fosfat ke dalam minyak lalu
dipanaskan sehingga akanmembentuk senyawa fosfolipid yang lebih
mudah terpisah dari minyak.
Esterifikasi
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester.
Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis-katalis yang
cocok adalah zat berkarakter asam kuat dan, karena ini, asam sulfat, asam
sulfonat organik atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-
katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial (Soerawidjaja, 2006).
Untuk mendorong agar reaksi bisa berlangsung ke konversi yang sempurna
pada temperatur rendah (misalnya paling tinggi 120 C), reaktan metanol
harus ditambahkan dalam jumlah yang sangat berlebih (biasanya lebih besar
dari 10 kali nisbah stoikhiometrik) dan air produk ikutan reaksi harus
disingkirkan dari fasa reaksi, yaitu fasa minyak. Melalui kombinasi-kombinasi
yang tepat dari kondisi-kondisi reaksi dan metode penyingkiran air, konversi
sempurna asam-asam lemak ke ester metilnya dapat dituntaskan dalam
waktu 1 sampai beberapa jam.
Reaksi esterifikasi dapat dilihat sebagai berikut :

Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak


berkadar asam lemak bebas tinggi (berangka-asam 5 mg-KOH/g).
Pada tahap ini, asam lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil
ester. Tahap esterifikasi biasa diikuti dengan tahap transesterfikasi.
Namun sebelum produk esterifikasi diumpankan ke tahap
transesterifikasi, air dan bagian terbesar katalis asam yang
dikandungnya harus disingkirkan terlebih dahulu.
Transesterifikasi
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap
konversi dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui
reaksi dengan alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol.
Di antara alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi kandidat
sumber/pemasok gugus alkil, metanol adalah yang paling umum
digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi
(sehingga reaksi disebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia ini,
biodiesel praktis identik dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty
Acids Metil Ester, FAME).
Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester dapat dilihat dibawah ini :

Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa adanya katalis,


konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat
(Mittlebatch,2004). Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi
adalah katalis basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi.
Produk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil asam-asam
lemak. Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah produk, yaitu:

a. Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi


b. Memisahkan gliserol
c. Menurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi eksoterm)
Flowsheet Pembuatan Biodiesel
Diagram Blok Pembuatan Biodiesel dari CPO
Pada proses pembentukan biodiesel dengan bahan baku berupa CPO (Crude Palm
Oil), harus diketahui terlebih dahulu apakah mengandung asam lemak bebas >2%
atau 2% maka harus melewati tahap esterifikasi terlebih dahulu baru kemudian
melakukan tahap transesterifikasi agar ALB tidak memiliki kecenderungan yang
besar untuk membentuk sabun selama proses terjadi. Dalam proses ini kandungan
ALB-nya >2% sehingga perlu dilakukan tahap esterifikasi agar didapatkan produk
berupa metil ester.
Bahan baku CPO yang berada pada TK-01 (Tangki 1) dikeluarkan dari tangki melalui
pipa dengan bantuan gaya gravitasi menuju ke heater untuk dipanaskan hingga
temperatur 110oC (+5oC, -5oC). Hal ini dilakukan agar air pada CPO menguap
karena sifat air yang mudah bereaksi dengan katalis asam maupun basa yang dapat
mengakibatkan lambatnya kerja katalis. Proses pemanasan ini juga dikarenakan
struktur CPO yang berupa semi-padatan sehingga harus dipanaskan agar tidak
membeku, lalu didinginkan menggunakan kondenser hingga temperatur 60oC agar
CPO tidak kembali membeku. Kemudian CPO dialirkan dengan bantuan pompa
menuju ke Reaktor 2.
Di dalam reaktor ini CPO dicampur dengan methanol dari TK-02 dan katalis asam
sulfat (H2SO4) dari TK-03 yang sebelumnya telah dilakukan pengadukan dalam
Reaktor 1 dan kemudian dialirkan melalui pipa dengan bantuan pompa menuju
Reaktor 2.
Dalam Reaktor 2 terjadi proses esterifikasi pada temperatur 60oC menggunakan
pengadukan dengan kecepatan 300rpm. Perbandingan yang digunakan antara CPO
dan methanol adalah 1:6 dengan hasil konversi mencapai 65%. Pada dinding luar
Reaktor 2 dipasang jaket pendingin agar temperatur selama proses bisa dijaga
konstan dan methanol tidak menguap.
Keluaran dari Reaktor 2 dialirkan melalui pipa dan bantuan pompa menuju ke
Separator 1 untuk memisahkan hasil proses Reaktor 2 yang berupa metil ester, CPO,
air, katalis, dan sisa methanol menjadi metil ester + CPO + uap methanol pada
bagian atas Separator 1 dan sisanya berupa H2SO4 + H2O terpisah menuju ke
bagian bawah separator. Produk bawah dari separator ini kemudian dialirkan
menggunakan pipa menuju ke TK-07 sebelum dilakukan tindakan selanjutnya. Bisa
di recovery untuk menghasilkan H2SO4 pekat atau dibuang.
Metil ester dan CPO hasil pemisahan pada Separator 1 kemudian dialirkan menggunakan pipa
dengan bantuan pompa menuju Reaktor 4 untuk melalui tahap transesterifikasi. Sebelumnya,
methanol dan katalis basa KOH dihomogenkan dalam Reaktor 3 sehingga terbentuk Kalium
Metoksida. Senyawa ini lah yang dialirkan menuju Reaktor 4. Dalam reaktor ini terjadi proses
pencampuran metil ester dan CPO dengan Kalium Metoksida selama kurang lebih 2 jam
dengan temperatur 58-65oC. Reaktor 4 ini dilengkapi pemanas dan pengaduk, yaitu saat
pemanasan juga dilakukan pengadukan dengan kecepatan kurang lebih 300 rpm. Hasil akhir
dari Reaktor 4 ini adalah metil ester dengan konversi sekitar 94-98%.
Keluaran dari Reaktor 4 kemudian dialirkan ke Separator 2 untuk memisahkan gliserol dan
metil ester dengan pengendapan. Gliserol akan berada pada lapisan bawah karena berat
jenisnya yang lebih besar dari metil ester. Kemudian gliserol dipisahkan dan ditampung ke TK-
08, metil ester diambil untuk melalui proses pencucian.
Metil ester hasil kerja Separator 2 ini kemudian dialirkan ke alat Washing untuk menghilangkan
senyawa pengotor dan tidak diinginkan seperti gliserol dan methanol. Temperatur pencucian
ini dilakukan sekitar 55oC. Pencucian dilakukan hingga tercapai pH campuran normal (pH 6.8
7.2). Setelah mengalami pencucian, keluarannya akan dialirkan menuju ke Drier untuk
menghilangkan kadar air dalam metil ester dengan lama waktu kurang lebih 10 menit pada
suhu sekitar 130oC. proses pengeringan ini dilakukan dengan cara memberikan panas secara
sirkulasi, dimana ujung pipa sirkulasi di tempatkan di tengah permukaan cairan pada Drying.
Tahap akhirnya adalah mengalirkan metil ester yang telah dikeringkan
menuju ke alat Filterization atau proses filtrasi untuk menghilangkan
partikel-partikel pengotor biodiesel saat proses pembentukan
berlangsung seperti karat atau kerak dari dinding reaktor, kerak dari
dinding pipa, ataupun kotoran dari bahan baku yang digunakan. Filtrasi
ini dilakukan dengan menggunakan filter berukuran 10 mikron. Metil
ester yang telah di filtrasi ini kemudian ditampung ke TK-06 yang telah
sudah merupakan metil ester (biodiesel) murni dan siap digunakan
sebagai campuran solar ataupun digunakan sendiri sebagai bahan
bakar.

You might also like