You are on page 1of 23

KEJANG PADA NEONATUS

Ibnu Fajar Sidik

Pembimbing : dr. Desiana, Sp.A

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta
RS Islam Jakarta Cempaka Putih
2017
Pendahuluan Kejang pada neonatus adalah
perubahan paroksimal dari fungsi
neurologik misalnya perilaku, sensorik,
motorik dan fungsi autonom sistem
saraf.
Kejang dan spasme merupakan keadaan
kegawatan atau tanda bahaya, karena
dapat mengakibatkan hipoksia otak
yang berbahaya bagi kelangsungan
hidup bayi atau dapat mengakibatkan
gejala sisa di kemudian hari.
Insidensi Insidens meningkat pada bayi kurang
bulan yaitu sebesar 20% atau 60/1000
lahir hidup bayi kurang bulan, dibanding
pada bayi cukup bulan sebesar 1,4%
atau 3/1000 lahir hidup bayi cukup
bulan.
Angka kejadian kejang di negara maju
berkisar antara 0,8-1,2 setiap 1000
neonatus per tahun.
Etiologi 1. Primer
Karena kelainan SSP (proses
intrakranial).
Misalnya: meningitis, cerebrovascular
accident, encephalitis, perdarahan
intrakranial, tumor.

2. Sekunder
Karena masalah sistemik atau
metabolik.
Misalnya: iskemik hipoksik-
hipokalsemia, hipoglikemia,
hiponatremia.
Etiologi Kejang

Yang sering terjadi Yang jarang terjadi

Ensefalopati iskemik hipoksik Gangguan perkembangan otak

Perdarahan intrakranial Kelainan yang diturunkan


Metabolik: hipoglikemik, Idiopatik
hipokalsemia/hipomagnesia,
hiponatremia dan
hipernatremia.

Infeksi
Ensefalopati bilirubin/ kernik
ikterus
Obat
Klasifikasi Subtle
Tonik
Klonik
Mioklonik
Sublte
Orofasial :
Deviasi mata, kedipan mata, gerakan alis yang bergetar berulang, mata yang
tiba tiba terbuka dengan bola mata terfiksasi ke satu arah, gerakan seperti
menghisap, mengunyah, mengeluarkan air liur, menjulurkan lidah, gerakan pada
bibir
Ekstremitas:
Gerakan seperti orang berenang, mendayung, bertinju atau bersepeda.
Episode apnu:
Serangan apnu yang termasuk kejang apabila disertai dengan bentuk serangan
kejang yang lain dan tidak disertai bradikardia.
Sistem autonom/vasomotor:
Perubahan tekanan darah (takikardi atau hipertensi) atau peningkatan salivasi
Tonik
Fokal :
Postur tubuh asimetris yang menetap dari badan atau ekstremitas
dengan atau tanpa adanya gerakan mata abnormal.
Umum:
Fleksi tonik atau ekstensi leher, badan dan ekstremitas, biasanya
dengan ekstensi ekstremitas
Klonik
Fokal :
Gerakan bergetar dari satu atau dua ekstremitas pada sisi unilateral,
gerakan pelan dan ritmik, frekuensi 1-4 kali/ perdetik.
Multifokal :
Kejang klonik dengan lebih dari satu fokus atau migrasi gerakan dari
satu ekstremitas secara acak pindah ke ekstremitas lainnya.
Bentuk gerakan klonik dari salah satu atau lebih anggota gerak yang
berpindah-pindah atau terpisah secara teratur, misalnya kejang klonik
lengan kiri diikuti dengan kejang klonik tungkai bawah kanan
Mioklonik
Fokal:
Kontraksi cepat satu atau lebih otot fleksor ekstremitas atas.
Multifokal :
Gerakan tidak sinkron dari beberapa bagian tubuh
Umum :
Terdiri dari satu atau lebih gerakan fleksi masif dari kepala dan badan
dan adanya gerakan fleksi atau ekstensi dari ekstremitas
Diagnosis

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik penunjang
Anamnesis

Riwayat kejang pada keluarga


Adanya kejang pada masa BBL pada anak terdahulu.

Riwayat kehamilan prenatal


Infeksi TORCH, Preeklampsi gawat janin, Pemakaian obat
golongan narkotika, Imunisasi anti tetanus.

Riwayat persalinan
Asfiksi, episode hipoksik, Trauma persalinan, KPD (ketuban
pecah dini), Anastesi lokal blok.

Riwayat postnatal
Infeksi BBL, Bayi dengan pewarnaan kuning dan timbulnya dini,
Infeksi tali pusat, Suara bising atauk karena prosedur perawatan.
Pemeriksaan fisik

Identifikasi bentuk kejang yang Keadaan umum (lethargi dan


terjadi, dari situ kemungkinan tampak sakit, hipoventilasi,
penyebab kejang dapat reaksi pupil terhadap cahaya
diketahui. negative).

Pantau perubahan tanda vital. Pemeriksaan kepala untuk


Sianosis? melihat apakah ada trauma.

Funduskopi dapat menunjukan


Pemeriksaan talipusat. Ada
kelainan perdarahan retina
infeksi?
atau subhialoid.
Pemeriksaan penunjang

Gula darah, elektrolit, ammonia/BUN, laktat.


Darah rutin: H2TL.
Pemeriksaan AGD.

laboratorium Analisa cairan serebrospinal.


Jika curiga infeksi, kultur dan uji kepekaan kuman.
Kadar bilirubin total/direk, indirek.

EEG (elektro Gangguan kontinuitas, amplitude atau frekuensi.


Asimetri atau asinkron interhemisfer.
ensefalografi) Gangguan dari fase tidur.

USG: dilakukan jika ada perdarahan intracranial atau


intraventrikuler.
CT-scan cranium: untuk mengetahui kelainan parenkim
Pencitraan otak.
MRI: deteksi malformasi subtle yang tidak terdeteksi
CT-scan cranium.
Tatalaksana
Pengawasan jalan napas bersih dan terbuka,
pemberian oksigen.

Pasang jalur infus IV dan beri cairan dengan dosis


rumatan.

Tangani hipoglikemik, bila <45mg/dl.

Injeksi fenobarbital 20 mg/kgBB secara IV diberikan


perlahan dalam waktu 5 menit.
ALUR PENATALAKSANAAN KEJANG PADA NEONATUS (1)
Bayi baru lahir dengan Kejang
1. Tentukan tipe dan karakteristik kejang
2. Pastikan jalan nafas, pernafasan , sirkulasi sistemik dan temperatur baik
3. Beri Oksigen
4. Cari akses vena dan ambil sampel darah dan periksa kadar gula drah, kalsium,
magnesium, natrium, kalium, analisa gas darah, dhematulogi lengkap, skreening
sepsis.
Jika Hipoglikemia Obati
Jika hipokalsemia Obati
5. Anamnesa dan pemeriksaan fisik
6. Jika masih kejang - Mulai pemberian anti kejang
ALUR PENATALAKSANAAN KEJANG PADA NEONATUS (2)
Phenobarbital 20mg/kgbb/dosis IV selama 20 menit
kejang

Kejang berhenti
Phenobarbital Phenobarbital 10mg/kgbb IV selama 10 menit
3-5 mg/kg bb/hr IV / PO
kejang
Phenobarbital 10 mg/kg bb IV

kejang berlangsung pindah ke


NICU
phenytoin 20mg/kgbb IV
Kejang berlangsung
Pertimbangkan Pyridoxyne 100 mg IV
Kejang berhenti
Phenytoin Midazolam 0, 2 mg/kgBB IV,diikuti dengan
3-4 mg/kgbb/hari iv Midazolam drip 0,1 -0,4 mg/Kgbb / jam.

Kejang berhenti
Turunkan dosis OAE pelan-pelan sehingga tinggal
Pem LCS, USG kepala/Ct scan phenobarbital IDAI (UKK perinatologi) ,
Volpe JJ 2008
EEG Sankar MJ ,AIIMS NICU protocol 2007
Phenobarbital

Bekerja pada reseptor GABA


Waktu paruh 3-7 hari
Onset terapi 10-20 menit
Efek terapi 1-3 hari
Dosis 20 mg/kg BB, max 600mg
Kec pemberian 1 mg/kg Bb/menit
Efeksamping depresi pernafasan
Sediaan 1ml=100mg
PhenItoin

Memblok pintu kanal natrium


Onset 10-30 menit
Efek terapi 12-24 jam
Waktu paruh 24 jam
Dosis 20mg/kg bb, max
1000mg
Kec pemberian 1
mg/kgbb/menit
Efek samping hipotensi
Sediaan 1ml = 50 mg
Pengenceran dengan
menggunakan Na Cl
Midazolam

Onset 2-5 menit


Efek terapi 30 -60 menit
Waktu paruh 1,8 -6,4 jam
Dosis 0,2 mg /kgBB
Efek samping depresi
pernafasan
1ml= 5 mg, 1ml = 1mg
Komplikasi

Kejang Retardasi
Palsi cerebralis
berulang mental

Cerebral atrofi Hydrocephalus Epilepsi

Kesulitan
makan
Prognosis

Prognosis jangka panjang sesudah kejadian kejang pada BBLR seperti pada
bayi yang BBnya normal berhubungan langsung dengan penyebabnya.

Etiologi Meninggal (%)


Ensefalopai iskemik hipoksik 50
Perdarahan intraventrikuler 10
Perdarahan subaraknoid 90
Hipokalsemi 50-100
Hipoglikemi 50
Meningitis (bakteri) 50

Kejang berulang, semakin lama kejang berlangsung semakin tinggi resiko kerusakan
pada otak dan berdampak pada kerusakan neurologic lanjut (mis: Palsi serebral dan
retardasi mental).
TERIMA KASIH

You might also like