You are on page 1of 2

ABSTRAK

Bunuh diri akibat strangulasi mengikat, pada tahap awal jarang memberikan kesan
pembunuhan. Pada jurnal ini, dijumpai 3 kasus bunuh diri diakibatkan oleh strangulasi
mengikat di Konya di antara tahun 2001 dan 2006. Korban pertama adalah laki-laki
berusia 68 tahun yang menderita depresi dan tinggal sendiri di sebuah rumah susun.
Korban membunuh diri dengan memasang torniquet pada lehernya setelah
meninggalkan sebuah catatan. Korban kedua adalah seorang wanita beusia 70 tahun
yang ditemukan meninggal di lantai ruang tamu rumahnya. Setelah dia memotong
pembuluh darah di pergelangan tangannya, dia mengikat stoking dengan 3 knot di
lehernya. Dilaporkan bahwa dia selama ini menerima perawatan untuk asma bronkial
dan depresi selama 20 tahun dengan pengobatan tidak teratur. Korban ketiga adalah
seorang wanita berusia 30 tahun yang menderita skizofrenia selama 6 tahun. Dia
mengikatkan syal di lehernya dengan 3 knot dan meninggal di rumah sakit setelah 1 hari
karena "sindroma hipoksia otak." Sebagai hasil dari penyelidikan kejadian kematian,
otopsi, dan penyelidikan yudisial, disimpulkan bahwa kematian disebabkan oleh bunuh
diri di semua 3 kasus. Tujuan kami adalah untuk mempresentasikan dan mendiskusikan
kasus-kasus ini karena penggunaan metode strangulasi mengikat, dan terutama metode
tourniquet, dalam kasus bunuh diri sangat jarang terjadi.
STRANGULASI MENGIKAT
Jenis strangulasi yang dilakukan dengan menggunakan
pengikat.
Jarang dilakukan pada diri, namun tinjauan terhadap
literatur forensik menyatakan bahwa banyak kasus
"atipikal" dijumpai.
Evaluasi penyebab kematian (bunuh diri/ pembunuhan)
Dilakukan penyelidikan mengenai
Kejadian kematian
Jenis pengikat yang ada di sekitar leher korban
Jumlah ikatan/knot di sekitar leher
Bentuk simpul
Cara pengikat digunakan

You might also like