You are on page 1of 17

MEMAHAMI IMUNISASI KELOMPOK

BERESIKO

BY :

DEWI RINI ASTUTI ZEGA, SST


A. IMUNISASI PADA BAYI DAN ANAK BERESIKO

Pada bayi dan anak yg mempunyai resiko tinggi untuk mendapat infeksi, harus
diimunisasi berdasarkan prioritas dan imunisasinya harus diatur

1. Pasien Imunokompromais
Penekanan respon imun (imunokompromais) dapat terjadi pada :
a. Penyakit defisiensi imun kongenital (primer)
b. Defisiensi imun didapat (sekunder)

2. Penyakit defisiensi imun kongenital (primer)


Kontraindikasi untuk vaksinasi dengan vaksin hidup, karena dengan sistem
imun yg tertekan dapat berakibat fatal, dimana kuman/virus akan bereplikasi
hebat karena tubuh tidak dapat mengontrolnya

3. Defisiensi imun didapat (sekunder)


Biasanya terjadi pada anak yg mendapat pengobatan kortikosteroid dosis
tinggi > 20 mg/hr dengan lama pengobatan > 7 hr atau dosis 1 mg/hr dng lama
pengobatan > 1 bulan
Tidak boleh memberikan imunisasi vaksin hidup
Vaksin hidup dapat diberikan setelah penghentian pengobatan minimal 3 bulan
Vaksinasi mati atau yang dilemahkan dapat segera diberikan
Dosis dan jadwal sama dengan anak sehat

4. Infeksi Human Immunodefisiensi Virus (HIV)


Pasien HIV mempunya resiko lebih besar untuk mendapatkan infeksi, sehingga
diperlukan imunisasi
Apabila imunisasi diberikan terlambat, mungkin tidak berguna, karena
penyakit sudah lanjut dan efek imunisasi tdk ada atau berkurang
Namun apabila diberikan secara dini, vaksin hidup akan mengaktifkan sistim
imun yg dapat meningkatkan replikasivirus HIV sehingga memperberat
penyakit HIV
Pasien HIV dapat di imunisasi dengan vaksin yang dilemahkan atau yang mati
Berikut adalah rekomendasi vaksin yang dapat diberikan pada pasien HIV

NO VAKSIN Asimtomatik HIV Simtomatik HIV


1 BCG Tidak diberikan Tidak diberikan
2 DPT Diberikan Diberikan
3 OPV Diberikan IPV
4 CAMPAK Diberikan Diberikan (jika berat tdk
diberikan)
5 Hepatitis-B Diberikan Diberikan
6 Toksoit Diberikan Diberikan
tetanus
7 Hib Diberikan Diberikan (jika berat tdk
diberikan)
5. Bayi Prematur dan BBLR
Imunisasi pada bayi BBLR dapat mulai dilakukan apabila berat bayi > 2000 gr
Bayi prematur dapat di imunisasi sesuai dengan umur kronologisnya dengan
dosis dan jadwal yang sama dengan bayi cukup bulan
Vaksin DPT, Hib dan OPV diberikan pada umur 2 bln
Bila bayi masih dirawat pada umur 2 bln sebaiknya diberikan IPV, untuk
menghindarkan penyebaran virus polio kepada bayi lain yang sedang dirawat
Pada bayi prematur respon imun kurang bila dibandingkan bayi matur terhadap
imunisasi Hepatitis-B, sehingga pemberian vaksin dapat dilakukan dengan 2
cara sebagai berikut :
N Status Infeksi Bayi Preterm < 2000 gr Bayi Preterm >2000 gr
O Hepatitis-B
pada Ibu
1 Infeksi Hep-B (+) Bayi harus diberikan vaksin Bayi harus diberikan vaksin
Hep-B + HBIg dalam waktu Hep-B & HBIg dalam waktu
12 jam, vaksin Hep-B ke 2 12 jam, vaksin Hep-B ke 2
diberikan saat umur 1 bln & diberikan saat umur 1 bln,
BB mencapai 2000 gr, & dosis ke 3 diberikan pada
selanjutnya umur 6 bln umur 6 Bln
2 Infeksi Hep-B (-) Vaksin Hep-B diberikan saat Vaksin Hep-B pertama
BB > 2000 gr diberikan saat lahir,
selanjutnya umur 1 bln dan 6
bln

3 Tidak diketahui Berikan vaksin Hep-B, Berikan vaksin Hep-B dalam


periksa HbsAg ibu segera, waktu 12 jam, periksa HbsAg
bila tdk dapat dilakukan ibu segera, bila hasil +
dalam 12 jam, berikan HBIg tambahkanHBIg dalam waktu
dalam 12 jam 7 hari
6. Imunisasi Pada Anak dengan Penyakit Kronis
Anak dengan penyakit kronis peka terhadap infeksi, sehingga harus diberikan
imunisasi seperti anak sehat, kecuali sudah terjadi defisiensi imun sekunder.

7. Vaksinasi Pada Anak dengan Reaksi Efek Samping


Pada anak yang pernah menderita reaksi efek samping yang serius setelah
imunisasi, maka imunisasi berikutnya harus di RS dengan pengawasan dokter

8. Air Susu Ibu dan Imunisasi


Tidak terdapat kontra indikasi pada bayi yang sedang menyusui bila ibunya
diberikan imunisasi baik dengan bakteri atau virus hidup dan kuman yang
dilemahkan
Sebaliknya ASI tidak akan menghalangi seorang bayi untuk mendapatkan
imunisasi
B. IMUNISASI BAYI DARI IBU BERESIKO

1. Ibu Menderita Hepatitis-B


Ibu yang menderita Hep-B (+) dapat menularkan pada bayinya

2. Ibu Menderita Tuberkulosis (TB)


Vaksin BCG tidak mampu melindungi bayi apabila ibu menderita TB paru
aktif sesaat sebelum, sesudah lahir dan mendapat pengobatan kurang 2 bln
sebelum persalinan
Tindakan yg dilakukan :
- Jangan berikan BCG pada saat setelah lahir
- Beri pencegahan dengan INH 5 mg/hari/oral
- Pada umur 8 mgg evaluasi bayi kembali, BB dan lakukan uji tuberkulin &
foto dada bila memungkinkan
TB (+) berikan pengobatan anti TB sesuai program TB pada bayi
TB (-) lanjutkan dengan INH dalam waktu 6 bln
Tunda pemberian BCG sampai 2 mgg setelah pengobatan selesai
3. Ibu Menderita HIV
Tanda klinis HIV pada BBL dapat ditemukan pada umur 6 mgg setelah lahir,
sedangkan uji antibodi baru dapat diperiksa saat umur 18 bln untuk menentukan status
HIV bayi
Bayi yang dilahirkan dari ibu HIV(+) : lakukan konseling pada keluarga, rawat bayi
seperti bayi lain dan perhatian khusus pada pencegahan infeksi
Bila bayi dinyatakan tidak terinfeksi HIV, bayi tetap diberi imunisasi rutin seperti
layaknya bayi sehat lain
C. TRAVEL VACCINATION

Adalah : Disiplin ilmu kedokteran yang memfokuskan perhatian pada hal yang
berkaitan dengan kondisi kesehatan dalam proses perjalanan
(travelling)
Traveller atau wisatawan dapat tdd: turis, pelajar, pekerja, tentara, peneliti, dll

1. Pencegahan Penyakit

Untuk mencegah wisatawan mendapat infeksi penyakit menular di tempat


tujuan

Mencegah wisatawan membawa penyakit menular dari tempat asal ketempat


tujuan atau sebaliknya

Imunisasi diberikan sebelum berpergian


2. Imunisasi dan Pencegahan Lain
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum mendapat imunisasi adalah riwayat
imunisasi dasar dan riwayat imunisasi lainnya
Jadwal keberangkatan dan daerah tujuan
Lama tinggal di daerah tujuan
Jenis pekerjaan dan kemungkinan resiko kesehatan
Kondisi kebersihan lingkungan dan kontak dng penduduk setempat
Epidemiologi penyakit di daerah tujuan

3. Perencanaan Sebelum Mengadakan Perjalanan


Informasi mengenai resiko terhadap penularan penyakit yg mungkin terjadi di tempat
tujuan

Disarankan 4-8 bulan sebelum keberangkatan, orang tua telah mendapat penjelasan
untuk melengkapi jadwal imunisasinya

Untuk bayi dan anak, kesempatan ini penting untuk melengkapi jadwal imunisasi rutin
yg belum diberikan (baik primer maupun booster/penguat)
4. Jadwal Vaksin dan Prosedur Imunisasi
Jadwal imunisasi : sudah kita pelajari
Apabila imunisasi rutin belum terpenuhi, maka perlu disusun jadwal baru yg
disederhanakan (untuk mengejar waktu)
Pemberian vaksin secara bersamaan / simultan (vaksin diberikan di tempat suntikan
yg berbeda) lebih dianjurkan dari pada diberikan dng interval yg pendek
Untuk 2 vaksin hidup dpt diberikan bersamaan, namun apabila akan dipisahkan,
interval terbaik adalah 4 mgg
Alternatif lain adalah pemberian vaksin secara kombinasi, sehingga dapat
mempercepat wkt pemberian
5. Pemilihan Vaksin Untuk Perjalanan
Pada anak, apakah telah mendapat imunisasi penguat setelah melengkapi imunisasi
primer

Pada orang dewasa, apakah pada saat masa anak telah mendapat imunisasi untuk
pencegahan penyakit yg sangat menular seperti difteria dan polio

6. Vaksin Pilihan
Rekomendasi imunisasi untuk wisatawan internasional dikeluarkan oleh WHO
setiap thn & dapat diakses melalui internet

Rekomendasi WHO, memuat daftar penyakit yg dapat dicegah dng imunisasi,


beserta imunisasi wajib atau dianjurkan

Indonesia merupakan negara endemik berbagai penyakit menular. Wisatawan yg


akan melakukan perjalanan ke Indonesia, dianjurkan mendapatkan imunisasi Hep-A
dan B, tuberkulosis, rabies & Japanese ensefalitis
7. Vaksin Wajib
Imunisasi wajib untuk wisatawan meliputi imunisasi yellow fever & meningokokus.
Untuk yellow fever, ICV berlaku sampai 10 tahun

Untuk calon jemaah haji , umroh & TKI harus mendapat ICV imunisasi meningitis,
sedikitnya 10 hari dan kurang dari 3 thn sebelum tiba di Saudi Arabia

8. International Certificate of vaccination (ICV)


Kartu International Certificate of vaccination (ICV) atau dikenal sebagai Yellow card
= kartu kuning (berwarna kuning) dikeluarkan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP) yg telah ditentukan oleh Kementrian Kesehatan RI

Sertifikat Internasional tersebut hanya berlaku untuk vaksin yg telah ditetapkan oleh
WHO

Untuk keabsahan kartu kuning harus dibubuhi Tanda tangan dokter yg memberikan
imunisasi & disertai cap KKP setempat

Kartu tersebut harus ditulis dalam bahasa Inggris atau Perancis, apabila ditulis dalam
bahasa lain, harus disertai keterangan dalam bahasa Inggris atau Perancis
D. VAKSINASI DALAM KEADAAN BENCANA

1. Resiko Outbreak Yang Terjadi Setelah Bencana


Kepadatan penduduk
Perpindahan penduduk yg dapat mengakibatkan peningkatan transmisi
penyakit
Gangguan sanitasi dan kehilangan fasilitas umum
Gangguan program kesehatan masyarakat
Penyediaan makanan, air dan tempat tinggal darurat dalam situasi bencana
Gangguan pelayanan kesehatan dasar

2. Perencanan Vaksinasi
Identifikasi target jenis vaksin, populasi kelompok usia dan jumlahnya
Peta situasi : fasilitas kesehatan, jalan, akses, sekolah
Rencana vaksinasi : vaksinasi massal
Tentukan kebutuhan : Dosis vaksin, perlengkapan, peralatan rantai dingin
Pelaksanaan vaksinasi : Pembuangan limbah dan alat medis yg aman
Evaluasi : cakupan imunisasi, efek samping pasca vaksinasi
3. Program Vaksinasi

Karakteristik vaksin yang dipakai untuk situasi bencana :


- Efikasi vaksin terbukti dan keamanan tinggi
- Mudah diberikan
- Memberikan perlindungan cepat dan jangka lama untuk segala usia
- Jumlah vaksin cukup/ harus tersedia untuk seluruh penduduk beresiko
- Biaya rendah

Tujuan pemberian vaksinasi pasca bencana


- Untuk memastikan bahwa anak-anak, remaja dan orang dewasa dilindungi
terhadap penyakit yg dapat dicegah dengan vaksin
- Untuk mengurangi kemungkinan wabah penyakit yg dapat dicegah dengan
vaksin

You might also like