You are on page 1of 8

Tugas Etika Kedokteran

1. MEISHA AULIA P. 08700006


2. ERI DWI SUSANTO 08700018
3. HIBATULLAH 08700054
4. FACHRUDDIN AHMAD 08700082
5. RIFRINDRA ADENIAR R. 08700094
6. AYU PUTRI W. 08700190
7. DWI AHMAD AFFANDI 08700196
8. IMMA RACHMAWATI 08700198
9. HAFIZH WIDI CAHYONO 08700238
KASUS
Seorang pasien mengeluh sulit buang air besar.

Setelah sampai di rumah sakit, dokter berinisial AB langsung


memberikan obat untuk memperlancar buang air besarnya. Namun
karena tak kunjung sembuh, dokter kemudian menebak pasien
tersebut menderita usus buntu.

Lalu dilakukan pembedahan, tapi anehnya, dokter yang


menanganinya tidak memberitahukan dahulu kepada keluarganya,
sebagai prosedur yang harus ditempuh dokter bila ingin melakukan
tindakan operasi atau pembedahan.

Ternyata setelah dibedah, dugaan usus buntu tidak terbukti. Dokter


lalu membuat kesimpulan berdasarkan diagnosa, pasien menderita
kebocoran kandung kemih. Kemudian dioperasi tapi juga tidak
memberitahukan orangtuanya.
ANATOMI KASUS

1. Dokter langsung memberikan obat .

2. Dokter mendiagnosis pasien tanpa pemeriksaan


lengkap .

3. Dokter melakukan pembedahan tanpa persetujuan dari


pasien dan keluarganya .

4. Diagnosis dokter salah dan membuat diagnosa baru


yang akhirnya pasien harus dioperasi lagi , sayangnya
tindakan ini lagi-lagi tanpa persetujuan pasien .
ANALISIS KASUS
Berdasarkan kasus diatas penulis melihat adanya suatu kelalaian
medik dilakukan oleh dokter AB. Penulis memandang kasus tersebut
sebagai suatu kelalaian karena memenuhi syarat kelalaian (4D),
yaitu:

DUTY ( Duty of Care ) :


Kewajiban kontrak dengan pasien
Kewajiban profesi
DERELICTION ( Breach of Duty ) :
Pelanggaran kewajiban
DAMAGES :
Cedera, mati atau kerugian
DIRECT CAUSALSHIP :
Hubungan sebab akibat, setidaknya Proximate cause
Dokter tersebut melanggar KODEKI

Pasal 11 : Setiap dokter harus memberikan kesempatan


kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan
keluarga dan penasehatnya dalam beribadat atau dalam
masalah lainnya

Tindakan dokter yang terburu-buru mendiagnosa menimbulkan


kerugian pada pasien. Ini juga melanggar kaidah dasar bioetika
yaitu Autonomy.

Tindakan dokter yang melakukan operasi tanpa persetujuan pasien


atau keluarganya jelas informed consent yang merupakan hak
pasien.
Sanksi pidana atas hal ini yaitu Pasal 351 mengenai penganiayaan.
Misalnya dokter yang mengoperasi tanpa izin pasien atau ahli
anastesi yang membius pasiennya tanpa izin pasien atau ahli
anastesi dikenakan KUHP pasal 89 yang berbunyi :

yaitu membuat orang pingsan atau tidak berdaya


disamakan dengan kekerasan.

Sanksi perdata atas hal ini dapat digunakan KUH Perdata pasal 1365
mengenai onrechtmatigedaad ( perbuatan melawan hukum ), bisa
berupa ganti rugi atas cacat atau luka karena adanya perbuatan
yang salah, misalkan karena lalai .
SIKAP SEBAGAI PEMBELA

Tindakan Dokter AB pada awalnya yang memberikan


obat sesuai dengan keluhan pasien yang susah buang
air besar sudah tepat. Saat itu dokter bertindak sesuai
keadaan/ sebab (causa). Dokter AB sudah bertindak
mengutamakan kesehatan pasien.

Dalam kasus ini kita juga harus mengaplikasikan asas


praduga tak bersalah pada Dokter AB.
Thank You

You might also like