You are on page 1of 43

SIFAT KELISTRIKAN

BATUAN
Konsep Dasar
Sifat kelistrikan batuan utamanya sifat
konduktivitas listrik (transport muatan)
dan polarisasi dielektrik (pemisahan
muatan). Dinyatakan dengan dua
hubungan mendasar

j E (9-1)

D E (9-2)

Secara umum E , j dan D
merupakan vector, dan
merupakan tensor.
Dalam fenomena gelombang
elektomagnetik digambarkan
dengan persamaan-persamaan
Maxwell, dalam hubungannya
dengan material digunakan
formula permeabilitas magnetik

B H
0 r
(9-3)
Dalam geofisika konduktivitas listrik
nilainya berbanding terbalik dengan
resistivitas listik spesifik , dengan hubungan
1
(9-4)
Sehubungan dengan konduktivitas tersebut
akan dibagi lagi (dibedakan) menjadi
konduktor >105 S m-1),semikonduktor (105>
> 10-8 S m-1),dan isulator(< 10-8S m-1)
Olhoef (1985) membuat penggolongan :
- Konduktor Logam
- Non konduktor
1) Insulator
2) Semikonduktor
3) Elektrolit
Konduksi Listrik

Untuk konduksi listrik pada batuan dan


mineral, terdapat beberapa tipe penting:
Konduksi logam ( material murni seperti
tembaga, emas dan graphite)
Semikonduksi elektronik ( mineral ilmenite,
magnetite, pyrite, galena)
Konduksi elektrolit :
- Elektrolit padat (kristal ionik)
- Larutan air elektrolit
Polarisasi Dielektrik
1) Polarisasi elektron
2) Polarisasi molekuler
3) Polarisasi ionik
4) Polarisasi interfasial
Sifat Kelistrikan
Mineral dan kandungan pori
Sebahagian besar mineral rock-forming
khususnya silikat dan karbonat memilki
resistivitas spesifik yang tinggi( > 109Ohm
m) dan digolongkan sebagai insulator.
Mineral konduktif termasuk jarang
ditemukan dalam kerak bumi, rerbatas
pada sulfida, beberapa oxida dan elemen-
elemen murni.
Kabranova (1989) mengklasifikasi mineral
dalam tiga kelompok
Logam murni, paragenetic squences alami,
graphite. Resistivitas listrik spesifik dengan
orde antara 10-8 dan 10-5 Ohm m.
Sejumlah sulfida dan beb-erapa oksida.
Resiativitas listrik spesifik dengan rentang
antara 10-6 dan 1011 Ohm m.
Non logam murni (sulfur, selenium, diamond)
kecuali graphite, silikat, karbonat, Klorida,
phosphat, dan mineral sejumlah dengan
pengnggolongan yang lain. Resistivitas listrik
bervariasi antara 5x 107 dan 2,7 x 1016 Ohm m,
umumnya lebih besar daripada 1011 Ohm m.
Tabel 9.1 menunjukkan nilai dari resistivitas
listrik spesifik dan sejumlah dielektrik beberapa
mineral, lebih rinci telah dipublikasikan oleh
Olhoef (1981),Beblo dkk (1982),Melnikov dkk
(1975), Parchomenco (1965), Katsube dan Collet
(1976), dan Keller (1989). Khususnya data yang
dipublikasikan oleh Melnikov dkk(1975) dan
Dortman (1976) menunjukkan beberapa
penyebaran dan beberapa perbedaan nilai
dibandingkan dengan data dari Olhoeft (1981)
dan Kabranova (1989); penyebab hal ini adalah
perbedaan various impurities, efek struktural,
struktur kristalin yangmana sebagai efek
originate ansitropy, data Olhoeft menunjukkan
data sifat kelistrikan mineral murni. Gambar 9.3
menunjukkan rentang resistivitas spesifik
sebagai hasil dari pengaruh alamiah.
Fluida Pori
Gas dan minyak pada dasarnya non konduktor.
Nilai rata-rata resistivitas listrik spesifik atmosfir
udara dekat permukaan bumi 1014 Ohm m. Gas
hidrokarbon menunjukkan nilai serupa
(Kabranova, 1989). Dortman memberikan
resistivitas listrik spesifik untuk minyak Ohm m.
Larutan encer (elektrolit) merupakan konduktor
ionik. Dalam banyak kasus konduksi ionik air
pori merupakan mekanisme konduksi yang
dominan dalam sebuah pori atau batuan retak
dan resistivitas listrik spesifik utamanya dikontrol
oleh :
Tipe, konsentrasi, dan temperatur elektrolit
dalam pori,
Fraksi volume (porositas, saturasi) dan distribusi
elektrolit dalam batuan
Adanya perbedaaan permitivitas relatif antara air
( r 81) dan fluida otner sebahagian besar( r 1,...3)
ditunjukkan pada tabel 9.2. Jadi dengan respect
pada sifat kelistrikan, kita mempunyai dua tipe
utama untuk fluida pori.
Air : konduktif r 81
Minyak, air : non konduktif r 3
Konduktivitas dari larutan encer
bergantung pada:
Konsentrasi ion ( kuantitas garam/satuan
pelarut, derajad disosiasi)
Jumlah muatan ion (jenis substansi, tipe
garam), dan mobilitas ion, hidrasi
Temperatur
Interaksi ion dalam larutan (konsentrasi
tinggi)
TINJAUAN UMUM
SIFAT KELISTRIKAN BATUAN
Untuk sebuah pori atau retakan batuan yang
mengandung air, konduktivitas elektrolit air itu
sendiri dan interaksi antara komponen padat
dan fluid (cair) akan meningkatkan konduktivitas
listrik. Oleh karena itu perlu mempertimbangkan
dua kasus berikut :
Tebal, dan batuan bebas retakan, atau
batuan yang kering sama sekali
Celah (pori) atau retakan batuan-batuan yang
berisi air
Kita dapat memberikan sebuah pernyataan:
Resistivitas menurun dengan meningkatnya
porositas dan retakan
Permitivitas meningkat dengan meningkatnya
porositas dan retakan
Model dan teori menggambarkan sifat kelistrikan
komposisi batuan dapat dibuat kalasifikasi
berikut:
Model dan teori menggambarkan komponen-
komponen listrik individual ( konduktivitas,
resistivitas, fenomena antar muka)
Model dan teori menggambarkan kombinasi atau
efek kompleks komponen aktif listrik individual
( sebagai contoh, elektrolit dan kondisi antar
muka termasuk kondisi perbatasan)
Sifat kelistrikan batuan padat,
batuan yang tidak mengandung air
Batuan yang padat samasekali atau batuan
kering (batuan tanpa air) jarang terbentuk di
permukaan bumi (crust). Untuk bijih-bijih besi
atau batuan yang mengandung graphite batuan
sangat memiliki resistivitas yang tinggi (
umumnya > 104 Ohm m). Permitivitas dielektrik
biasanya relatif rendah dan dalam rentang
mineral pembentuk batuan dominan (3......5);
mineral tambahan (sebagai contoh bijih-bijih
besi,graphite) dapat menghasilkan nilai-nilai
yang lebih tinggi.
Tabel 9.6 berikut memberikan pemahaman
secara umum untuk bijih-bijih besih dan
mineral besi
Korelasi antara konduktivitas listrik, permitivitas, dan
kandungan berbagai mineral yang dianalisis oleh Lebedev
dkk. (1986). Sebagai contoh mereka menentukan hubungan
kandungan bijih besi Cor (dalam %) pada temperatur 2000C
Lg = 0,08. Cor -7,15 (dengan koefisien korelasi 0.82)
Lgr = 0,017. Cor +1,13 ( dengan koefisien korelasi 0,83)
Dalam padatan atau batuan yang betul-betul kering dikontrol oleh sifat
matriks (semiconduction, pola-pola geometri/kisi-kisi dan tambahan
konduktivitas). Hasil ini dalam tiga observasi yang berarti:
Nilai-nilai resistivitas yang mutlak tinggi
Ketergantungan terhadap tamperatur ( resistivitas menurun secara
eksponensial dengan meningkatnya temperatur)
Ketergantungan terhadap tekanan ( resistivitas menurun secara non
linear dengan meningkatnya tekanan )

Hubungan ketergantungan terhadap tekanan dan temperatur


diilustrasikan dengan nilai rata-rata yang ditunjukkan dalam tabel 9.7
dan gambar 9.10 dan 9.11.
Gambar 9.10 menujukan ketergantungan konduktivitas listrik terhadap
temperatur dalam bentuk sebuah grafik lg () vs T-1. Dengan
menggunakan persamaan (9-7) dihasilkan sebuah garis lurus yang
bergantung pada temperatur. Gambar 9.10 menegaskan umumnya
bergantung pada temperatur dalam bentuk eksponensial.
Konduktivitas versus temperatur tidak selalu dinyatakan dengan
sebuah suku eksponensial. Olhoeft dkk (1981) menyelidiki sifat sampel
dari St. Helens dacite dome (eruption januari 1980). Data eksperimen
dinyatakan oleh persamaan :
0,07 0,95 4
1 2.10 10 exp 0,9 exp

3.1014
exp (9-32)
k .T k . T k .T

Dimana T dalam kelvin; k bilangan Boltzman.


Gabungan tiga suku dengan berbagai energi
aktivasi berhubungan dengan mekanisme
konduksi yang berbeda, dihubungkan dengan
ketidak seimbangan pada material menghasilkan
laju pendinginan dan perubahan lingkungan
kimia.
Meningkatnya tekanan menghasilkan penurunan resistivitas spesifik
oleh penutupan kerusakan dan retakan (kerusakan pada batuan
kering dalam bagian bagian non konduktif dengan konduksi yang
kurang baik pada matriks mineral padat)
Energi aktivasi menurun

Gambar 9.11
mengilustrasikan
penurunan resistivitas
dengan meningkatnya
tekanan Hystereysis
untuk peningkatan dan
penurunan siklus
tekanan (gambar
9.11a), dan ditegaskan
pula dengan pengaruh
temperatur (Gambar 9.
11b).
Ketergantungan terhadap tekanan bersumber dari penutupan
kerusakan (retakan) dalam matriks batuan, pendekatan pertama dapat
digambarkan dengan model retakan sederhana (Bagian 6.4). Untuk
konduktivitas (atau kebalikannya resistivitas), ini menghasilkan
p
( p)
1 1
matriks . 1 D0 . exp
p
Gambar 9.12 menunjukan contoh untuk dua conto(sampel) basalt
kering yang mana sesuai dengan persamaan

p
( p) 8,5 .10 . 1 0,4. exp
1 8
Sampel I (9-34)
30
p
( p) 6,0 .10 .1 0,55. exp
1 9
Sampel II (9-35)
100
Sifat Kelistrikan Batuan berpori
dan Batuan Patahan yang mengandung air
Konduktivitas listrik batuan yang mengandung air utamanya dikontrol oleh sifat air
yang elektrolit. Konduktivitas matriks padat dalam banyak kasus diabaikan, harapan
dalam keberadaan lapisan tipe bijih-bijih besi, bijih-bijih besi atau yang
penyebarannya penuh
Secara alami air pori terdiri dari anion dan kation garam yang dilarutkan. Hal ini
dapat terdistribusi ke konduktivitas batuan dalam dua jalur:
1) Oleh konduktivitas elektrolit intrinsik
2) Oleh interaksi elektrokimia dengan matriks padat antar permukaan fluida-
padat
Keberadaan kedua komponen konduksi pertama ditemukan dalam shaly sands.
Gambarannya diberikan oleh perbedaan model shaly sand yang berhubungan dengan
tipe distribusi lempung dalam batuan.

pada pasir dan batu pasir kedua komponen konduktivitas antar muka dideteksi
secara khusus pada konduktivitas air pori yang rendah. Penyelidikan fenomena ini
menghasilkan pengetahuan mendalam mengenai geometri pori.
Studi sifat antar muka ditunjukan tindakan antar muka dengan konduktor dan
kapasitor. Hal ini merupakan petunjuk dari ciri kompleks sifat kelistrikan berhungan
dengan antar muka.
Batuan dengan konduktivitas elktrolit tunggal
Persamaan Archie
Persamaan Archi untuk batuan jenuh
Pada tanun 1942 tulisan tentang konduksi listrik pada pasir
bersih yang dikemukaan oleh G.E. Archie (lihat juga
Thomas, 1992) mengusulkan konduktivitas batuan
tersaturasi air asin sebanding dengan konduktivitas air asin,
juga resistivitas spesifik batuan tersaturasi air 0 adalah
sebanding dengan resistivitas listrik spesifik air asin w :
0 w
Kesebandingan ini mengindikasikan konduksi air asin
(konduksi elktrolit) merupakan satu-satunya mekanisme
konduksi. Dengan sebuah hasil kesebandingan ini Archie
telah memperkenalkan faktor resistivitas formasi F
Archie mengusulkan persamaan berikut:
0 F. w (9-36)
Faktor resistivitas formasi diekspresikan hubungan besarnya
resistivitas terhadap air asin sebagai hasil kehadiran matriks non
konduktif (formasi). Oleh karena itu ditunjukan sebuah korelasi
dengan porositas. Sebuah grarafik menunjukan logaritma faktor
formasi F versus logaritma porositas hasilnya mendekati sebuah
garis lurus dengan slop m (gambar 9.13)
lg F = -m lg (9-37)

atau persamaan Archie pertama


0 1
F m
w (9-38)
Dimana pangkat m merupakan bilangan empirik
Archie mencatat bahwa pangkat m berkisar 1.3 untuk
pasir yang takpadu dan rentang antara 1.8 dan 2,0 untuk
batu pasir yang kompak. Olehkarena itu m disebut
cementation exponen (pangkat sementasi).
Pasir yang tidak kompak m= 1,3
Batu pasir tersementasi sangat kecil m= 1,4.....1,5
Batu pasir tersementasi kecil m= 1,5.....1,7
Batu pasir tersementasi sedang m= 1,8......1,9
Batu pasir tersementasi tinggi m=2,0.......2,2
Sering kita menggunakan versi persamaan Archie, Humble atau persaamaan
Winsaur (1952) untuk pasir dengan parameter a= 0.62 dan m= 2,15
0,62
F
2 ,15 (9-39)
Dan sehingga disebut shell- formula untuk karbonat porositas rendah
dengan sebuah porositas bergantung dari pangkat m:

F m (9-40)
Dengan :
0,019
m 1,87 (9-41)

Begelow (1991) menggunakan formula (rumus) ini untuk batuan karbonat
(Wiliston Basin, North Dakota, Montana, Saskatchewan) dan menentukan
porositas yang bagus antara 0,04 dan 0,25

Studi berikutnya dan ditunjukan dengan sebuah penelitian yang lebih baik
anatara data eksperimen dan ekspresi analitik diberikan oleh hubungan
berikut:
a
F m (9-42)

Dengan a sebagai parameter empirik kedua
Ketergantungan terhadap tekanan
Jika saluran pori yang
terkonduksi mengalami
deformasi oleh tekanan,
konduktiviatas batuan menurun
(resistivitas meningkat) dan
faktor formasi meningkat pula.
Penurunan non linear
konduktivitas batuan 1/
dengan meningkatnya tekanan
diilustrasikan oleh gambar
9.16a. Faktor formasi juga
meningkat (gambar 9.16b) non
linear dengan tekanan. Disini F
meningkat non linear dengan
meningkatnya tekanan
merupakan hasil dari kerja
stress-strain non linear batuan
yang sangat berhubungan
dengan reduksi ukuran pori
(melintasi bagian konduktor)
dan perubahan tortuosity.
Pada gambar 9.16c faktor formasi versus tekanan pada sebuah
skala bilogarithmic. Untuk pendekatan pertama diperoleh sebuah
garis lurus yang mana diekspresikan dengan kesebandingan lg F ~
lg p atau

F pg (9-45)
Dengan sebuah tekanan berpangkat g (slope dari garis lurus)
Palmer dan Pallat (1991) menganalisa faktor formasi versus tekanan
untuk sampel batuan dari laut utara dan reservoir-reservoir alaskan.
Hasilnya menujukan ketergantungan non linear (gambar 9.17a). Hal
ini cocok dengan data eksperimen dengan hubungan persamaan
faktor formasi aktual Fp yang dinormalisasi oleh nilai tekanan 400
psi F400 dan logaritma tekanan
Fp
a b . log p (9-46)
F400
Aplikasi pada batuan beku retak
Pada tahun 1965, Brace dkk menerbitkan hasil studi mengenai
pengaruh retakan dan porositas antar butiran dengan efek dibawah
tekanan resistivitas listrik batuan beku. Hasilnya memberikan
sebuah pengetahuan tentang kompleksitas sifat dan geometri
internal batuan.
Glover dan Vine (1995) mempelajari konduktivitas listrik batuan
beku (granite, granodiorite, pyroxenite, amphibolite,gneisse) pada
simulasi kondisi crustal terendah dengan temperatur (diatas 9000 C),
tekanan (diatas 0,4 GPa), dan jenuh. Hasilnya menunjukan
pengaruh fluida encer, karbon dioksida, juga graphite.
Untuk tujuh sampel batuan dari tulisan (paper) Brace, gambar 9.19
menunjukan resistivitas listrik spesifik batuan yang jenuh air sebagai
fungsi tekanan. Dengan jelas, resistivitas meningkat non linear
dalam rentang dibawah 400 MPa. Ini disebabkan reduksi pada
porositas utama oleh penurunan bagian crack-cross dan tertutupnya
bagian crack dan oleh peningkatan tortuosity
Aplikasi pada sedimen tidak kompak

Sedimen tidak kompak dicirikan oleh nilai yang m yang


relatif rendah (antara 1,1 dan 1,3) dan parameter a 1.
Efek bentuk partikel pada faktor formasi versus
hubungannya dengan porositas diteliti oleh Askins dan
Smith, 1961. Jacksen dan kawan-kawan, 1978
melibatkan ukuran pada sampel butiran yang bermacam-
macam dari bola hingga shell.Gambar 9.22 menunjukan
nilai rata-rata dalam gambaran bilogaritmit F versus .
Pangkat m berkorelasi dengan sphericity (derajad
kebolaan) S butiran sedimen dan sesuai persamaan:

m 2,9 1,8 S (9-52)


Aplikasi pada Driling Mud (Lumpur
Pemboran)
Resistivitas Drilling Mud dan Mud cake (lumpur batangan) hususnya dalam
well Loging. Lumpur dapat ditinjau dengan porositas tinggi. Lumpur (m)
dengan sedimen jenuh air yang telah terfilter (mF) ke air pori. Suku
logging yang akan digunakan ini berarti

0 Rm Rmf
Persamaan Overton dan Lipson (1958)
Rmf K m . Rm1,07

Oleh karena
Dimana Km menurun dengan meningkatnya densitas lumpur (berat
lumpur) atau menurunya porositas lumpur (sebagai contoh sebuah lumpur
dengan berat 1560 kgm-3, km= 0,488, lihat juga Sleberger, 1989).
Loewe dan Dunlap (1986) mempublikasikan sebuah formula untuk
lumpur air segar dengan rentang resistivitas antara 0,1 dan 2,0 Ohm
m ( pada 240C atau 750F).
Rmf
log 0,396 0,0475. d m (9-61)
Rm

Dimana dm merupakan densitas dalam pound per gallon (8,345 lb/gal


= 1 gr/cm). Hal ini mungkin untuk menunjukan pendekatan
hubungan formula ini dengan hukum Archies. Porositas lumpur
adalah:
ds dm
m
ds dw (9-62)
Dimana ds merupakan densitas komponen padat (e.g.silica,barite) dan dw
adalah densitas air. Penempatan pers (9-37) disini dan ekspansi Taylor pers
Archie (ke orde pertama) hasilnya sesudah dikonversi ke decadic logarithm
dalam persamaan (schon,1987):
Rmf ds dm
lg 10
R
m. 10
lg d
0, 4343.m.
m m ds (9-63)

w
Dengan m= 2, ds= 3,12 g/cm3(barite/silica) dan dw=1,00 g/cm3
serupa dengan hubungan (9-61), hasilnya:
Rmf
lg 10 0,337 0,033. d m
Rm (9-64)

Jenuh air sebaagian


Jika ada bagian ruang pori ditempati oleh fluida nonkonduktif (minyak,dan
gas), hasil resistivitas batuan ( ) akan lebih tinggi daripada kasus
tersaturasi air asin. Hal ini diekspresikan oleh indeks saturasi I

t 0 . S w n (9-66)
Untuk sebahagian besar batuan pangkat saturasi n sekitar 2 (lihat
paparan berikut). Kombinasi persamaan (9-36) dan (9-42) menghasilkan
sebuah hubungan untuk resistivitas listrik spesifik batuan jenuh
sebahagian yang bergantung pada:
Resistivitas air asin t
Sifat reservoir dan Sw
Parameter empiris a,m, dan n
Efek Tekanan
Lewis et.al. (1998) menyelidiki kebasahan dan efek stress pada
pangkat dan diperoleh stress dibawah efek minor relatif dengan
pangkat m dan n untuk batu pasir yang kompak; kecenderungan
akan meningkat dengan meningkatnya tekanan antara 0 dan 34,5
Mpa (0 dan 550 Psi), juga de Wall et.al (1989) diperoleh efek stress
pada n yang kecil.
Efek Temperatur
Untuk batuan yang dapat mengandung air temperatur berubah
menghasilkan perubahan konduktivitas fluida pori. Batuan yang
mengandung air bersih, ini sesuai dengan konsep perbandingan
Archie untuk konduktivitas batuan.
Untuk kasus penurunan temperatur dibawah 00C, air dalam pori
membeku dan resistivitas umumnya meningkat. Penurunan
temperatur hingga 00C beberapa air pori membeku dan resistivitas
meningkat (gambar 9.25). Bagaimanapun ion-ion terabsobsi
(terutama pada permukaan lempung) dan ion-ion terlarut dalam
fluida pori menghasilkan perlambatan pembekuan batuan. Dengan
proses pembekuan, utamanya pada sediman takpadu atau tanah,
dapat menghasilkan perubahan struktur batuan.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

SAMPAI BERJUMPA
DILAIN KESEMPATAN
MOHON MAAF KALAU ADA KATA YANG SALAH

You might also like