You are on page 1of 18

CA SINONASAL

Merlita Herbani
Thasya Mahadini
Titik Cinthia Dewi
Trianggono Bagus A
Hadi

Pembimbing:
Dr. Lukmantya, Sp. THT
Definisi
Karsinoma sinonasal adalah penyakit di mana
kanker (ganas) sel ditemukan dalam jaringan sinus
paranasal dan jaringan sekitar hidung
Etiologi
Eksposur kepada asap industri, debu kayu,
penyulingan nikel, dan penyamakan kulit termasuk
minyak mineral, dan senyawa kromium kromium,
minyak isopropil, cat pernis, solder dan las. 1,2,3,4
Tembakau dan penggunaan alkohol belum
dibuktikan secara meyakinkan
Agen virus, khususnya human papilloma virus (HPV)
Patofisiologi
KARSINOGEN

BAHAN INDUSTRI, NIKEL ROKOK MAKANAN YANG


TEKSTIL ( DIASINKAN DAN
DEBU KAYU) ALKOHOL DIAWETKAN

MEMICU TIMBULNYA
Human papillomavirus virus Epstein-Barr
PERTUMBUHAN
(HPV) (EBV)
YANG ABNORMAL

CARSINOMA
SINONASAL
Gejala Klinis
Gejala tergantung dari asal primer tumor serta
arah dan perluasannya.
Tumor di dalam sinus maksila tanpa gejala. Gejala
timbul setelah tumor besar, sehingga mendesak atau
menembus dinding tulang meluas ke rongga hidung,
rongga mulut, pipi, orbita atau intrakranial.
Tergantung dari perluasan tumor, gejala dapat
dikategorikan sebagai berikut:
Gejala nasal
obstruksi hidung unilateral dan rinorea.
Sekretnya sering bercampur darah atau terjadi epistaksis.
Tumor yang besar dapat mendesak tulang hidung deformitas
hidung.
Khas pada tumor ganas ingusnya berbau karena mengandung
jaringan nekrotik.
Gejala orbital
Perluasan tumor kearah orbita diplopia, protosis atau penonjolan bola
mata, oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora
Gejala oral
Perluasan tumor ke rongga mulut penonjolan atau ulkus di palatum
atau di prosesus alveolaris.
Pasien megeluh gigi palsunya tidak pas lagi atau gigi geligi goyah.
Seringkali pasien datang ke dokter gigi karena nyeri di gigi, tetapi
tidak sembuh meskipun gigi yang sakit telah dicabut
Gejala fasial
. Perluasan tumor ke depan penonjolan pipi.
Disertai nyeri, anesthesia atau parestesia muka jika mengenai nervus
trigeminus
Gejala intrakranial.
Perluasan tumor ke intrakranial sakit kepala hebat,
oftalmoplegia dan gangguan visus.
Dapat disertai likuorea
Jika perluasan sampai ke fossa kranii media saraf otak
lainnya bisa terkena.
Jika tumor meluas ke belakang, terjadi trismus akibat
terkenanya muskulus pterigoideus disertai anestesia dan
parestesia daerah yang dipersarafi nervus maksilaris dan
mandibularis
Stadium TNM
Pembagian sistem TNM menurut
Simson sebagai berikut: T4 :
a. Invasi ke lamina kribrosa.
T : Tumor.
b. Invasi ke fosa pterigoid.
T1 :
c. Invasi ke rongga hidung atau sinus maksila
a. Tumor pada dinding anterior antrum.
kontra
b. Tumor pada dinding nasoantral inferior.
lateral.
c. Tumor pada palatum bagian
d. Invasi ke lamina pterigoid.
anteromedial.
e. Invasi ke selule etmoid posterior.
T2 :
f. Ekstensi ke resesus etmo-sfenoid.
a. Invasi ke dinding lateral tanpa mengenai
N : Kelenjar getah bening regional.
otot.
N1 : Klinis teraba kelenjar, dapat
b. Invasi ke dinding superior tanpa
digerakkan.
mengenai orbita.
N2 : Tidak dapat digerakkan.
T3 :
a. Invasi ke m. pterigoid.
M : Metastasis.
b. Invasi ke orbita
M1 : Stadium dini, tumor terbatas di sinus.
c. Invasi ke selule etmoid anterior tanpa
M2 : Stadium lanjut, tumor meluas ke
mengenai lamina kribrosa.
struktur yang berdekatan.
d. Invasi ke dinding anterior dan kulit
diatasnya.
Stadium 0 T1s N0 M0

Stadium I T1 N0 M0

Stadium IIA T2a N0 M0

Stadium IIB T1 N1 M0
T2a N1 M0
T2b N0,N1 M0
Stadium III T1 N2 M0
T2a,T2b N2 M0
T3 N2 M0
Stadium IV a T4 N0,N1,N2 M0

Stadium IV b Semua T N3 M0

Stadium IV c Semua T Semua N M1


Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologic Imaging
Menetukan staging
Destruksi tulang, beberapa kasus tidak ditemukan
keadaan ini.
2. CT scan
Lebih akurat untuk menilai struktur tulang sinus paranasal
CT scan axial & coronal dengan kontras
Menilai tumor, vaskularisasi, hubungan dengan arteri
karotid.
Pasien resiko tinggi: riw. terpapar karsinogen, nyeri
persisten berat, neuropati kranial.
3. MRI
Membedakan sekitar tumor dengan soft tissue
Membedakan sekresi dalam nasal yang tersumbat dari
space occupying lesion.
Menujukkan penyebaran perineural.
Coronal & sagital MRI
4. PET
Staging & surveillance
Melihat luas tumor.
Sedikit kegunaannya dalam menilai keganasan pada
nasal & sinus paranasal.
5. Angiography
Digunakan pada kasus tumor yang telah mengelilingi
arteri karotid.
6. CT scan dada & abdomen
Tumor yang bermetasis secara hematogen: sarkoma,
melanoma & karisnoma kistik adenoid.
Diagnosis
Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi
Jika tumor tampak di rongga hidung atau rongga mulut, maka biopsi mudah dan
harus segera dilakukan.
Biopsi tumor sinus maksila, dapat dilakukan melalui tindakan sinoskopi atau
melalui operasi Caldwel-Luc yang insisinya melalui sulkus ginggivo-bukal
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik:
perhatikan wajah pasien asimetri atau tidak.
periksa kavum nasi dan nasofaring melalui rinoskopi anterior dan posterior.
Permukaan yang licin tumor jinak ; permukaan yang berbenjol-benjol,
rapuh dan mudah berdarah merupakan tumor ganas.
Jika dinding lateral kavum nasi terdorong ke medial berarti tumor berada di
sinus maksila.
Pemeriksaan nasoendoskopi dan sinuskopi dapat membantu menemukan tumor
pada stadium dini.
Adanya pembesaran kelenjar leher juga perlu dicari meskipun tumor ini jarang
bermetastasis ke kelenjar leher.
Pemeriksaan Penunjang
Terapi
Bedah
Radioterapi
Kemoterapi
Komplikasi
Perdarahan
Kebocoran CSF
Epiphora
Diplopia
Rekonstruksi
Prognosis
Tingkat ketahanan hidup bagi pasien dengan rata-rata
kanker sinus maksilaris sekitar 40% selama 5 tahun.
Tahap awal tumor memiliki angka kesembuhan hingga
80%.
Pasien dengan tumor dioperasi diobati dengan radiasi
memiliki tingkat kelangsungan hidup kurang dari 20%.
Tingkat ketahanan hidup untuk tumor ethmoid telah
sedikit meningkat karena kemajuan di tengkorak-basis
operasi.
Terima Kasih

You might also like