You are on page 1of 67

INITIAL ASSESSMENT

Oleh: Dr. M. Junaidiy HSp. B , FINACS


Pendahuluan
Penilaian awal terhadap seorang pasien
yang dilakukan secara cepat, holistik
berdasarkan prinsip primary survey dan
secondary survey.
Bermaksud menghilangkan kegawatan
yang mengancam pasien, hal-hal yang
potensial mengancam kematian dan
perkiraan langkah selanjutnya Bantuan
hidup dasar (BHD).
Terkait dengan transportasi dan triage yang
ada di lokasi bencana hingga rumah sakit.
INISIAL ASSASMENT DAN
BANTUAN HIDUP DASAR

Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah suatu


pertolongan pertama yang harus segera dilakukan
agar tidak terjadi kerusakan organ vital yang
membuat pasien tidak dapat tertolong

Kemampuan BHD ini harus dimiliki oleh orang


awam sekalipun karena kasus-kasus yang
membutuhkan, BHD dapat terjadi dimana pun dan
kapan pun. Sedangkan materi ini menjadi sesuatu
yang wajib dipelajari bagi RELAWAN MER-C
triage
Pemilahan pasien berdasarkan
Kebutuhan terapi sumberdaya

Sistematis
penanganan efisien
Triage
Pemberian tag
Primary survey
merupakan
team work dan
kerja simultan

Medical Emergency Rescue Committee


Primary survey

Primary survey dikerjakan berdasarkan hal-hal


yang dapat mengancam kematian pasien
dengan segera. Penilaian dilakukan
berdasarkan airway-breathing-circulation.
Sebelum melakukan primary survey ini jangan
pernah lupa terhadap proteksi diri seperti sarung
tangan, kaca mata, scort, sepatu dll.
Pasien dapat dibuka seluruh bajunya tetapi
jangan sampai hipotermi.
A-B-C dapat dikerjakan berurutan atau simultan.
Medical Emergency Rescue Committee
Bila terdapat masalah

AKTIFKAN SISTEM EMS


(Emergency Medical Service)
Atau bantuan tenaga medis lain

Call For Help


Medical Emergency Rescue Committee

AIRWAY dan C-SPINE CONTROL

A Jalan nafas jika ada sumbatan kematian dapat


terjadi dalam 4 menit

BREATHING (+ oksigenasi & ventilasi)

Pernafasan kematian terjadi dalam


B beberapa menit hingga dua jam kemudian
(golden hour)

CIRCULATION (+ hemorhage control)


Sirkulasi darah kematian terjadi dalam
C beberapa menit hingga beberapa jam kemudian
Airway dan C-Spine Control

Menilai patensi jalan nafas.


Are you ok?
Ditepuk-tepuk ringan, bila tidak berespon
juga dapat dengan rangsang nyeri.
Rangsang nyeri dengan tekanan pada
manubrium sterni tidak dianjurkan
tekanan intrakranial pasien meningkat.
Medical Emergency Rescue Committee

Airway dan C-Spine Control


Pasien dengan GCS < 8 atau gerakan
yang kacau airway definitif.
Pada pasien gaduh gelisah jangan
dipandang dulu intoksikasi alkohol atau
obat-obatan, tetapi harus dipandang
sebagai orang yang hipoksia
HATI-HATI dengan cedera cervical karena
itu pada pasien dengan cedera diatas
clavicula, gangguan kesadaran, dan
trauma kepala pasang collar neck.
SUMBATAN PARSIAL
Suara seperti orang yang kumur-kumur
(gurgling)
Mendengkur (snorring)
Bersiul (crowing)
-Cairan gurgling suction
(bunyi kumur-kumur)
-Lidah snoring -manual/
(mengorok) -airway
sementara
-Larinks/trachea crowing airway
(penyempitan) (stridor) definitif
Penilaian Objektif
Untuk menilai secara pasti keadaan
pasien maka dapat dilakukan penilaian
secara objektif yaitu dengan pola look,
listen, dan feel.
LOOK

Hipoksia gaduh gelisah


Hipercarbia ggn kesadaran atau
penurunan kesadaran
Sianosis pada bibir atau akral
oksigenisasi jaringan yang berkurang.
Penggunaan otot nafas tambahan
Retraksi dinding dada.
Adanya pergerakan nafas yang cepat
Medical Emergency Rescue Committee
LISTEN

Suara nafas tambahan (wheezing, ronkhi)


Suara nafas di thoraks (vesikuler)

FEEL

Terasa hembusan nafas di pipi?


Trakea di tengah?
Medical Emergency Rescue Committee
Pengelolaan Airway

Pentingnya menjaga kesegarisan (in line


immobilitation) dengan menggunakan
collar neck atau tidak mengerjakan
ekstensi leher.
Berikan suplementasi oksigen baik
dengan kanul nasal atau dengan mask.

In line immobilisation

Collar dan strapping

Medical Emergency Rescue Committee manual inline stabilization


Pengelolaan Airway
Buka Jalan Nafas
Memasukkan jari ke dalam mulut satu kali
sapu
Jaw thrust dan chin lift
Orofaringeal atau nasofaringeal airway
Airway definitif : krikotiroidotomi dan
endotracheal/orotracheal tube
Nasotrakeal

Orotrakeal

Kriko \
Trakeostomi
Membuka jalan nafas
1. Perlahan tengadahkan kepala korban dan
rahang bawah disangga sehingga rahang
bawah menjadi agak maju dan terbuka.
2. Periksa apakah ada terdapat makanan,
muntahan, gigi palsu atau benda asing
lain yang menutupi rongga mulut.
3. Bila terdapat benda-benda tersebut
miringkan korban. Benda cair akan keluar
dengan sedirinya, benda padat
memerlukan bantuan jari penolong untuk
mengeluarkannya.
Head tilt Jaw thrust

Bersihkan mulut dengan


sapuan jari
Jika terlihat benda yang
menyumbat keluarkan!

Darah banyak dalam mulut (sering karena trauma


maksilo-fasial) :
- Suction, bila tidak berhasil :
- Langsung krikotirotomi

Medical Emergency Rescue Committee


Abdominal blow Back blow

Heimlich Manuevre SADAR TIDAK SADAR

Medical Emergency Rescue Committee Hentakan Dada


krikotiroidotomi

Intubasi orotrakeal

Sellick

Kartilago tiroid
Membrana

Kartilago krikoid
Trakea

Paling Krikotiroidotomi jarum


kecil 14 G
6

Kriko-
tiroidotomi
surgikal
AIRWAY : Obstruksi Parsial

Air kumur-kumur (gurgling) Suction

Soft tip Rigid tip

Suction : Lama - 15 detik (dewasa)


Suction waktu tarik (soft)
AIRWAY : Obstruksi Parsial

Mengorok (snoring)Jalan nafas sementara

Naso-pharingeal ( Os sadar / ada refleks)

Oro-pharingeal ( Os tidak sadar )


AIRWAY : Obstruksi Parsial
OROFARINGEAL

Anak (-)

Ukur panjang Masukkan terbalik

Putar
AIRWAY : Obstruksi Parsial
NASOOFARINGEAL

1. Diameter / size

2. Ukur panjang

3. Usahakan lubang
hidung kanan dulu
AIRWAY : Obstruksi Parsial

- Inspiratoir -- upper resp.


Mis. Benda asing Sering perlu
edema larinks Jalan nafas
Stridor : difteri definitif
hematoma

- Expiratoir -- lower resp.


Breathing
Proses bernafas adalah proses untuk
mengambil oksigen dan mengeluarkan
carbondioksida.
Dengan jalan nafas yang baik dan
paten belum tentu oksigen dapat masuk
dan karbondioksida dapat keluar.
Komponen proses nafas adalah dada,
paru-paru, dan diafragma.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Perhatikan gerak nafasnya (simetris)
Adanya jejas dan trauma.
Palpasi
meraba adanya kelainan dinding dada
Perkusi
Sonor (normal), redup (darah), hipersonor
(udara)
Auskultasi
Menilai vesikuler dan suara tambahan nafas.
TRAUMA MAKSILOFASIAL
Bila pada pasien trauma
maksilofasial saat akan dilakukan
intubasi orotrakeal rongga laring
penuh dengan darah maka tidak
dapat dilakukan intubasi.
Pemasangan nasotrakeal tidak dapat
dilakukan karena biasanya jalan nafas
hidung rusak oleh trauma.
Pikirkan pembuatan airway surgical.
Pada pasien yang telah apneu bila tidak dapat
dilakukan intubasi nasotrakeal maka pikirkan airway
surgical karena pasien harus tetap dapat bernafas.
Suplementasi Oksigen
Kanul atau apapun yang tight fitting sebanyak
6 L/menit
Bag valve mask sebanyak 10-12 L/menit.
Pemantauan oksigenisasinya dengan pulse
oksimetri atau dengan end tidal CO2 detector,
Bila tidak ada alat maka secara klinis saja
dengan mremperhatikan perubahannya saat
kita terima dan setelah kita lakukan perbaikan
airway dan breathing.
Medical Emergency Rescue Committee
Breathing
Ventilasi tambahan :
- Mouth to Mouth
- Mouth to mask
- Bagging (Bag-valve-mask /ambu-bag )
- Ventilator

Frekuensi ventilasi tambahan:


Dewasa : 10 - 12 kali / menit
Anak : 20 kali / menit
Bayi : 20 kali / menit
Breathing

Katup 1

Katup 2

Kanul Hidung Face Mask Non Rebreathing


Mask
Breathing

Konsentrasi Oksigen

- Udara bebas 21 %
- Kanul hidung dengan O2 2 LPM 24 %
- Kanul hidung dengan O2 6 LPM 44 %
- Face mask ( rebreathing, 6-10 LPM ) 35 - 60 %
- Non rebreathing mask ( 8-12 LPM ) 80 - 90 %
Breathing

O2
Mulut - mulut Mulut - Masker

Konsentrasi oksigen pada


mouth mouth/mask :
= udara ekspirasi (16-17%)
Breathing

O2=50%

O2

Valve
"Bagging" : lebih baik berdua
Bag O2
Mask O2>90%
Kegawatan Thorax
Tension pneumothorax lakukan nedle
chest decompresion pada SIC 2 garis mid
clavicula.
Hemothoraks : pemasangan chest tube
pada SIC 5 didepan garis axilaris medial
atau setinggi puting susu pada wanita.
Open pneumothoraks : penutupan dengan
kasa tapi hanya tiga sisi saja.
trauma toraks yang potensial
mengancam jiwa

Sumbatan jalan nafas atas


Tension pneumotoraks
Tamponade jantung
Hematotoraks masif
Flail chest
Sucking chest wound
Cidera akibat trauma toraks
yang potensial mengancam

Contusi pulmonum
Contusi miocard

Ruptur diafragma

Ruptur tracheobronchial

Ruptur oesophagus

45
Hospital >< EQ
Data & Analysis Decission & Evaluation :
Jumlah Korban ???
Beratnya cedera ???
Masalah / Bahaya ???
Ber Ubah2 !!!

Medical & Management Support

The Right People,


The Right Skills & Equipment
The Right Transport
The Right Hospital
HATI-HATI!!
Hati-hati pada pasien yang masalah
airway dan breathingnya telah tertangani
tetapi belum ada perbaikan pada
pergerakan nafasnya kemungkinan
adanya syok hemoragik atau non
hemoragik yang menyertainya.

Medical Emergency Rescue Committee


Circulation and Bleeding
Control
Setelah resusitasi cairan ternyata pasien
belum stabil juga, pikirkan syok yang
belum pulih (masih ada on going lost dan
membutuhkan tindakan pembedahan)
atau adanya syok non hemoragik yang
menyertai.

Medical Emergency Rescue Committee


Circulation
Frekuensi denyut jantung :
Dewasa : 60 - 80
Anak : 60 - 140
Bayi : 85 - 200
Dewasa- tachycardia bila > 100

Meraba denyut nadi


Circulation
RJP adalah :
pernafasan buatan +
Bila jantung berhenti berdenyut
masase jantung luar
maka masase jantung luar
HENTI JANTUNG (CARDIAC ARREST)
DAN HENTI NAFAS (APNEU)
Sebab-sebab henti jantung:
Penyakit kardiovaskular
Kekurangan oksigen akut
Kelebihan dosis obat
Gangguan asam basa
Kecelakaan: sengatan listrik dan tenggelam
Refleks vagal
Anestesi dan pembedahan
Terapi dan diagnostik medik
Syok (hipovolemik, neurogenik, toksik, dan
anafilaktik)
HENTI JANTUNG (CARDIAC ARREST)
DAN HENTI NAFAS (APNEU)

Tanda-tanda henti jantung:


Kesadaran hilang
Tidak teraba denyut carotis
Terlihat seperti mati(death like appearance)
Warna kulit pucat
Pupil dilatasi
HENTI JANTUNG (CARDIAC ARREST)
DAN HENTI NAFAS (APNEU)

Sebab-sebab henti nafas :


Sumbatan jalan nafas
Depresi pernafasan seperti obat-obat opiat

Tanda-tanda henti nafas:


Tidak ada gerak nafas
Tidak terdengar suara nafas
Tidak terasa hembusan nafas di pipi.
HENTI JANTUNG (CARDIAC ARREST)
DAN HENTI NAFAS (APNEU)

Kapan RJP harus dilakukan?

Infark jantung kecil yang mengakibatkan


kematian impuls
Hipoksia akut
Keracunan-overdosis opiat
Sengatan listrik
Refleks vagal
Tenggelam
HENTI JANTUNG (CARDIAC ARREST)
DAN HENTI NAFAS (APNEU)
Kapan RJP tidak perlu dilakukan?
Kematian normal.
Stadium terminal suatu penyakit
Bila setengah-satu jam tidak teraba arteri carotis pada
korban normotermi

Kapan RJP dihentikan?


1/2-1 jam setelah dilakukan RJP tidak ada perubahan
Penolong kelelahan
Tanda-tanda kematian batang otak semakin jelas, pupil
dilatasi, refleks muntah hilang, dan nafas berhenti spontan
Mencari titik penekanan jantung

2 jari dari sudut lengkung tulang iga- bisa diantara dua papila mamae
Chest Compression
Mouth to Mouth

Melakukan RJP dengan satu orang, siklus 30-2


Melakukan RJP dengan 2 orang, siklus 30-2
STABILISASI DAN PERTOLONGAN
LANJUTAN

Setelah tanda-tanda vital


stabil, posisikan korban pada
posisi mantap (Recovery
position). Posisi mantap
bertujuan jalan nafas pasien
tidak tertutup kembali
sebelum korban menerima
pertolongan lanjutan.

posisi mantap

Medical Emergency Rescue Committee


POSISI YANG BENAR

1 2

3 4
Disability

GCS
AVPU: Alert, respon thdp Verbal, respon
thdp Pain, Unresponsiveness.

Medical Emergency Rescue Committee


Exposure

Segera buka seluruh baju atau celana


seperlunya tetapi jangan lupa adanya
resiko hipotermi.
Pasien Stabil
Cek DPL atau USG abdomen
Pertimbangkan kebutuhan foto rontgen :
thoraks AP, pelvis AP, Cervical lat
EKG
Pasang kateter urin dan NGT
Pasang pulse oksimetri atau detektor CO2.
Secondary survey

Secondary survey adalah


pemeriksaan lebih teliti
untuk menghilangkan
gangguan-gangguan
yang potensial dapat
menyebabkan kematian.
Pemeriksaan dilakukan
berdasarkan anamnesis
baru kemudian
pemeriksaan fisik.
Secondary survey
ujung rambut ke ujung kaki
periksa setiap lubang dari tubuh pasien.
REEVALUASI
Penutup

Primary and secondary survey harus


dikerjakan karena semua kegawatan dan
potensi kegawatan akan dapat
diidentifikasi dan ditangani dengan cepat.
Terima Kasih

DIVISI DIKLAT

You might also like