Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
dr. Dony haryanto,Sp. THT. KL, M.Kes
Dr. Nurmala, Sp. THT. KL, M.Kes
Epidemiologi
Sebelum era vaksinasi, difteria merupakan penyakit yang sering
menyebabkan kematian. Namun sejak mulai diadakannya program
imunisasi DPT(di Indonesia pada tahun 1974), maka kasus dan
kematian akibat difteria berkurang sangat banyak. Angaka mortalitas
berkisar 5-10%,
Etiologi
Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae
Ada tiga strain C. diphtheriae yang berbeda yang dibedakan
oleh tingkat keparahan penyakit mereka yang
disebabkan pada manusia yaitu gravis, inter-medius, dan
mitis. Ketiga subspesies sedikit berbeda dalam morfologi
koloni dan sifat-sifat biokimia.
Perbedaan virulensi dari tiga strain dapat dikait-kan dengan
kemampuan relatif mereka untuk memproduksi toksin difteri
(baik kualitas dan kuantitas), dan tingkat pertumbuhan
masing-masing.
Manifestasi Klinis
Biasanya pembagian dibuat menurut tempat atau lokalisasi jaringan
yang terkena infeksi.Pembagian berdasarkan berat ringannya penyakit
juga diajukan oleh Beach, dkk (1950) sebagai berikut :
Infeksi ringan bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa hidung
dengan gejala hanya nyeri menelan.
Infeksi sedang bila pseudomembran telah menyerang sampai faring
(dinding belakang rongga mulut) sampai menimbulkan pembengkakan
pada laring.
Infeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan
gejala komplikasi seperti miokarditis (radang otot
jantung), paralisis (kelemahan anggota gerak) dan nefritis (radang
ginjal).(
pembengkakan kelenjar regional sehingga leher tampak seperti leher sapi
(bull neck).
Bersamaan dengan
menciptakan lapisan meningkatnya
bakteri outgrows konsentrasi toksin, efek
sel-sel mati di kompetisi toksin melampaui area
tenggorokan lokal karena distribusi
toksin oleh sirkulasi
miokardium Saraf perifer
kardiomegali demielinisasi
myocarditis hemiparase
Mukosa skuamosa faring ditutupi secara tebal dengan material
basofilik yang pucat ( pseudomembran ). Inflamasi sedang submukosa
terlihat disini.
elektromikograf
Elektor mikograf scanning dari bentuk club batang tanpa flagella atau kapsul,
konsisten dengan spesies Corynebacterium ("coryne" berarti
cluPseudomembrane )
Bakteriologi
Diagnosis banding
Penatalaksanaan
Apabila seseorang diduga menderita difteri oleh dokter,
maka pengobatan harus segera dilakukan tanpa
menunggu hasil pemeriksaan penunjang.
Selain itu, kontak dekat, seperti anggota keluarga, kontak
rumah tangga, dan karier harus menerima pengobatan
profilaksis tanpa memandang status imunisasi atau usia,
yaitu pengobatan dengan eritromisin atau penisilin selama
14 hari
Tatalaksana Perawatan tirah baring selama 2 minggu dalam ruang isolasi
umum sampai setidaknya 2 kultur berturut-turut setelah pengobatan
selesai dengan jarak 24 jam memberikan hasil negatif
Simptomatis
Dapat diberikan antipiretik untuk menurunkan
demam, jika pasien anak gelisah berikan
sedatif, dan apabila batuk bisa diberikan
antitusif.
Komplikasi
Miokarditis
gangguan sistem saraf
Sumbatan jalan nafas
Nefritis pada ginjal
Prognosis
Prognosis tergantung kepada :
Virulensi kuman
Lokasi dan perluasan membrane
Status kekebalan
Umur penderita,karena makin muda umur anak prognosis
makin buruk.
Keadaan umum penderita,misalnya prognosisnya kurang
baik pada penderita gizi kurang
Ada atau tidaknya komplikasi
Kesimpulan