You are on page 1of 44

Keratitis

Oleh :
Zahrotul Ula / 16710105
Siti Arfiah M / 16710127
Pembimbing :
dr. Rini Kusumawar Dhany, Sp. M
Latar belakang

Kornea adalah salah satu media refrakta sehingga manusia dapat melihat.
Seorang ahli mata dapat melihat strutur dalam mata karena kornea bersifat
jernih dan memiliki daya bias sebesar 43D
Infiltrasi sel radang pada kornea akan menyebabkan keratitis, hal ini
mengakibatkan kornea menjadi keruh. Kekeruhan ini akan menimbulkan gejala
mata merah dan tajam penglihatan akan menurun
Di negara-negara berkembang insidensi keratitis berkisar antara 5,9-20,7 per
100.000 orang tiap tahun
Kornea
Anatomi

Avaskular
Bersifat transparan
Berukuran 11-12 mm horizontal
dan 10-11 mm vertikal, serta
memiliki indeks refraksi 1,37
Histologi
Perdarahan & Persarafan

Perdarahan Persarafan
Kornea mendapat nutrisi dari Saraf sensorik kornea didapat dari
pembuluh darah limbus, humor cabang pertama (ophthalmichus)
aqueous, dan air mata. dan nervus kranialis trigeminus.
Kerusakan Endotel Kerusakan epitel
Edema kornea Edema stroma kornea local sesaat
Hilangnya sifat transparan Menghilang saat epitel
beregenerasi
Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan pada lapisan air
mata tersebut. Hal ini mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea
superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi.
Penetrasi kornea yang sehat atau intak oleh obat bersifat bifasik.
Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea.
Faktor yang sering menyebabkan kelainan pada kornea

Defisiensi Abnormalitas
Dry eye ukuran dan
Vit. A bentuk kornea

Distrofi Trauma
kornea kornea
Keratitis
Definisi

Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea
yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Akibat terjadinya kekeruhan
pada media kornea ini, maka tajam penglihatan akan menurun.
Epidemiologi

Frekuensi keratitis di Amerika Serikat sebesar 5% di antara seluruh kasus kelainan


mata.
Di negara berkembang insidensi keratitis berkisar antara 5,9-20,7 per 100.000 orang
tiap tahun. Insidensi keratitis pada tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di
Indonesia, perbandingan laki-laki dan perempuan tidak begitu bermakna pada
angka kejadian keratitis.
Predisposisi terjadinya keratitis antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa
kontak dan perawatan lensa kontak yang buruk, penggunaan lensa kontak yang
berlebihan, herpes genital atau infeksi virus lain, kekebalan tubuh yang menurun
karena penyakit lain, serta higienis dan nutrisi yang tidak baik, dan kadang-kadang
tidak diketahui penyebabnya.
Etiologi

bakteri virus

jamur
Kekeringan
pada mata

Benda Kekurangan
vit.A
asing
Patofisiologi

PCVI

Infiltrasi Dilatasi pembuluh darah Infiltrasi Sel leukosit,


bakteri/virus/penyebab Stroma sbg makrofag Infiltrat
pada limbus PMN dan sel plasma
lain

tampak sebagai bercak kelabu, keruh dan


permukaan kornea menjadi tidak licin
Gejala Klinis Pemeriksaan
Mata merah Hiperemi perikornea
Berair Blefarospasme
Nyeri pada mata yang terinfeksi Edema kornea
Penglihatan Silau Infiltrasi kornea
Adanya sekret
Penglihatan menjadi kabur
Pemeriksaan Penunjang

1. Slit lamp
2. Fluorescein test
3. keratoskop / Placidos disk.
DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil :


anamnesis,
gejala klinik dan
hasil pemeriksaan mata .
Glaukoma Uveitis Anterior

Diagnosis Banding

Endoftalmitis Ulkus Kornea


No. Jenis Keratitis Bentuk Keratitis
1. Keratitis bakteri Erosi kecil-kecil terputus fluorescin; terutama sepertiga bawah kornea

2. Keratitis herpetik Khas dendritik (kadang-kadang bulat atau lonjong) dengan edema dan degenerasi

3. Keratitis varicella zoster Lebih difus dari lesi HSK; kadang-kadang linear (pseudosendrit)

4. Keratitis virus Erosi kecil-kecil terpulas fluorecein; difus namun paling mencolok di daerah pupil

5. Keratokonjungtuvitis vernalis Lesi mirip-sinsisium, yang keruh dan berbercak-bercak kelabu, paling mencolok di
daerah pupil atas. Kadang-kadang membentuk bercak epithelium opak

6. Keratitis superficial punctata (SPK) Focus sel-sel epithelial sembab, bulat atau lonjong; menimbul bila penyakit aktif

7. Keratokonjungtivitis limbic superior Erosi kecil-kecil terpulas fluorescein di sepertiga atas kornea; filament selama
eksaserbasi; hiperemi bulbar, limbus berkeratin menebal, mikropanus

8. Keratitis rubeola, rubella dan parotitis epidemika Lesi tipe virus seperti pada SPK; di daerah pupil

9. Trachoma Erosi epitel kecil-kecil terpulas fluorescein pada sepertiga atas kornea

10. Keratitis defisiensi vitamin A Kekeruhan berbintik kelabu sel-sel epitel akibat keratinisasi partial; berhubungan
Klasifikasi

Keratitis Pungtata Keratitis Marginal


Berdasarkan
Lapisan yang
terkena

Keratitis Interstitial
Keratitis Bakteri

Keratitis Virus

Keratitis Jamur

Keratitis Acanthamoeba
Berdasarkan penyebab
Keratitis Alergi
Keratitis Flikten/Skrofulosa/Eksemtosa

Keratitis Sika
berdasarkan
bentuk klinis

Keratitis Numularis
Keratitis Pungtata

Dapat berupa rasa sakit, silau, mata merah, dan merasa


kelilipan

Uji fluoresein : kekerutan epitel yang meninggi berbentuk


lonjong dan jelas yang menampakkan bintik-bintik pada
pemulasan dengan fluoresein, terutama di daerah pupil.

Terapi : sesuai dengan etiologi


Keratitis Marginal

Strepcoccus pneumonie, Hemophilus aegepty, Moraxella


lacunata dan Esrichia.

Penderita akan mengeluhkan sakit, seperti kelilipan,


lakrimasi, disertai fotofobia berat. blefarospasme pada satu
mata, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang memanjang,
sering disertai neovaskularisasi dari arah limbus.

Pemeriksaan kerokan kornea yang dipulas dengan pewarnaan


Gram maupun Giemsa dapat mengidentifikasi organisme,
khususnya bakteri.

Antibiotika yang sesuai dengan penyebab infeksi lokalnya dan


steroid dosis ringan. Dapat diberikan vitamin B dan C dosis tinggi.
Keratitis Interstitial
Masuknya pembuluh darah ke dalam
kornea dan dapat menyebabkan
hilangnya transparansi kornea.

Keratitis Interstisial dapat terjadi akibat alergi atau infeksi


spiroket ke dalam stroma kornea dan akibat tuberkulosis

Umum : fotofobia, lakrimasi, dan menurunnya visus


Keratitis sifilis kongenital : Trias Hutchinson (mata: keratitis
interstisial, telinga: tuli labirin, gigi: gigi seri berbentuk obeng)
Keratitis tuberkulosis : gejala tuberkulosis lainnya

Pemeriksaan kerokan kornea yang dipulas dengan pewarnaan


gram maupun Giemsa dapat mengidentifikasi organisme,
khususnya bakteri

kortikosteroid tetes mata jangka lama secara intensif setiap


jam dikombinasi dengan tetes mata atropin dua kali sehari
dan salep mata pada malam hari
Keratitis Bakteri

Causes of Bacterial Keratitis


Common Organisms Uncommon Organisms Uncommon Organisms

Staphylococcus aureus Neisseria spp


Staphylococcus epidermidis Moraxella spp
Streptococcus pneumoniae and other Mycobacterium spp

Pseudomonas aeruginosa (most common organism in soft Nocardia spp


contact lens wearers)

Enterobacteriaceae (Proteus, Non-spore-forming anaerobes


Enterobacter, Serratia) Corynebacterium spp
Mata merah, berair, nyeri pada mata yang
terinfeksi, penglihatan silau, adanya sekret dan
penglihatan menjadi kabur (Kanski, 2005).

Pada pemeriksaan bola mata eksternal


ditemukan hiperemis perikornea,
blefarospasme, edema kornea, infiltrasi kornea.
Dilakukan kultur bakteri
KERATITIS JAMUR
1. Jamur berfilamen (filamentous fungi) : bersifat multiseluler dengan cabang-
cabang hifa.
2. Jamur bersepta : Furasium sp, Acremonium sp, Aspergillus sp, Cladosporium
sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora sp, Curvularia sp, Altenaria sp.
3. Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.
4. Jamur ragi (yeast) yaitu jamur uniseluler dengan pseudohifa dan tunas :
Candida albicans, Cryptococcus sp, Rodotolura sp.
5. Jamur difasik. Pada jaringan hidup membentuk ragi sedang media pembiakan
membentuk miselium : Blastomices sp, Coccidiodidies sp,
6. Histoplastoma sp, Sporothrix sp.
Riwayat trauma terutama
tumbuhan, pemakaian
steroid topikal lama.
Tepi ulkus sedikit menonjol dan
Lesi satelit kering, tepi yang ireguler dan
tonjolan seperti hifa di bawah
endotel utuh.
Plak endotel

Hipopion
Lesi kornea indolen

Formasi cincin
Pemeriksaan Penunjang

1. Pewarnaan KOH
2. Selanjutnya dilakukan kultur
1. Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya.
Topikal amphotericin B 1,02,5 mg/ml, thiomerosal (10 mg/ml), natamycin
10 mg/ml, golongan imidazole.

2. Jamur berfilamen.
Untuk golongan II : Topikal amphotericin B, thiomerosal, natamycin (obat
terpilih), imidazole (obat terpilih).

3. Ragi (yeast).
Amphoterisin B, natamycin, imidazole

4. Golongan Actinomyces yang sebenarnya bukan jamur sejati.


Golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.
KERATITIS VIRUS

ETIOLOGI :
Herpes Simplex Virus (HSV)

Gejala Klinis :
-Nyeri pada mata
- Fotopobia
- Penglihatan kabur
-Mata berair
-Mata Merah
-Visus Menurun
KERATITIS VIRUS

PEMERIKSAAN PENUNJANG

kerokan dari lesi epitel

cairan dari lesi kulit mengandung sel-sel raksasa


KERATITIS VIRUS

TERAPI

1.Debridement
2.Terapi Obat
3.Terapi Bedah
Keratitis Acanthamoeba

ETIOLOGI : GEJALA KLINIS : PEMERIKSAAN LAB : PENATALAKSANAAN :


infeksi Acanthamoeba - Kemerahan - Kerokan dan biakan Terapi dengan obat
+ Penggunaan lensa - Fotofobia di media khusus - Isetionat
kontak - Ulkus roden - Histopatologik - propamidin topikal
- Cincin stroma - Biopsi (larutan 1%)
- Infiltrat perinureal -Biakan dari larutan - Tetes mata neomycin
dan kontak lensa - Bikuanid
poliheksametilen
(larutan 0,01-0,02%)
- paromomisin
- imidazol topikal
-Ketokonazole

Keratoplasti
Keratitis Alergi

ETIOLOGI : GEJALA KLINIS : PEMERIKSAAN LAB :


Reaksi Hipersensitivitas - Cobble Stone - Biasanya Sembuh sendiri
Tipe I - Fotofobia - Steroid topikal dan sistemik
- Tantras Dot - Kompres Dingin
- Gatal - Obat vasokonstriktor
- Sensasi benda asing - Cromolyn sodium topikal
- Mata berair - Koagulasi cryo CO2.
- Blepharospasme - Pembedahan kecil (eksisi).
- Antihistamin umumnya tidak efektif
- Kontraindikasi untuk pemasangan lensa kontak
KLASIFIKASI KERATITIS BERDASARKAN BENTUK KLINISNYA

Keratitis Flikten/ Keratitis Sika Keratitis Numularis


Skrofulosa/Eksemtosa

- Benjolan berdiameter 1-3 mm - peradangan konjungtiva dan kornea - Diduga dari virus
- Berwarna abu-abu pada lapisan penyebab : - Terdapat infiltrat bulat-bulat
Superfisial kornea - Kurangnya komponen lemak subepitelial di kornea dengan bagian
- Epitel diatasnya mudah pecah cth : Blepharitis tengah yang jernih (Halo)
Dan membentuk ulkus - Berkurangnya air mata - Tes fluoresen (-)
- Wander phlyctaen - Setelah memakai obat diuretik - Sembuh meninggalkan sikatriks
- Geographic pattern atau atropin ringan
- Usia tua
- Keadaan Avitamonisis A
- Trauma kimia
- Trakoma
dan kondisi-kondisi lain yang dapat
menyebabkan
Permukaan konjungtiva dan korne kering
KOMPLIKASI

Penipisan kornea Perforasi kornea Endophtalmitis Kebutaan

Komplikasi lain :
Gangguan refraksi
Jaringan parut permanent
Ulkus kornea
Perforasi kornea
PROGNOSIS

Keratitis dapat sembuh dengan baik jika ditangani dengan tepatdan jika
tidak diobati dengan baik dapat menimbulkan ulkus yang akanmenjadi
sikatriks dan dapat mengakibatkan hilang penglihatan selamanya.
Prognosis visual tergantung pada beberapa faktor, tergantung dari:
Virulensi organisme
Luas dan lokasi keratitis
Hasil vaskularisasi dan atau deposisi kolagen
Kesimpulan

Keratitis merupakan peradangan kornea. Radang kornea


biasanya diklasifikasikan dalam lapisan kornea yang terkena .
Keratitis disebabkan oleh virus, bakteri (pneumococci,
streptococci, atau staphylococci) jamur, dan protozoa. Gejala
keratitis sakit rinfan sampai berat, silau, mata berair, dan kotor,
lesi dikornea disertai penglihatan berkurang. Pengobatan
keratitis dapat diberikan antibiotik, air mata buatan, analgetik
kortikostreoid, dan siklopegik (ilyas,2014)
Penting artinya untuk mengetahui setiap ciri khas kelainan
keratitis karena pengobatan dengan tiap etiologi yang berbeda
memerlukan terapi yang berbeda pula

You might also like