Professional Documents
Culture Documents
Anatomi
Usus besar dimulai dari ileo-caecal junction
sampai anus.
Terbagi atas
Sekum
Kolon asenden
Kolon transversum
Kolon desenden
Sigmoid
Rektum
Anus
Anamnesis
Pola defeksi
Frekuensi
Konsistensi
Kaliber
Hematokesia
Tenesmus
Konstipasi
Pemeriksaan dan Diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin
Test darah tersamar
Kolon albumin
Carcino embryonik antigen ( CEA )
Pemeriksaan dan Diagnosis
Pemeriksaan Radiologik
Foto polos abdomen
Foto kontras barium
Foto barium kontras ganda
Pemeriksaan dan Diagnosis
Pemeriksaan endoskopi
Proktoskopi
Deteksi kelainan 8 10 cm dari anus
Rektosigmoidoskopi
Deteksi kelainan 20 25 cm dari anus
Kolonoskopi
Dapat mencapai seluruh kolon
Pemeriksaan dan Diagnosis
Manfaat Kolonoskopi
1. Diagnostik
2. Biopsi untuk kofirmasi
3. Ekstirpasi polip
4. Mengelola perdarahan
5. Follow up kelainan kolon
6. Deteksi dini kanker atau skrening proses lain
7. Dilatasi anastomose
8. Mengambil benda asing
Pemeriksaan dan Diagnosis
Tujuan
Menilai infiltrasi dan metastase tumor
Menilai resektabilitas tumor
Divertikel Kolon
Definisi
Divertikulitis
Peridivertikulitis
Abses
Perforasi
Peritonitis
Fistula entero-kolo -vesikal
Perdarahan
Obstruksi karena fibrosis pasca radang
Terapi
1. Tanpa keluhan tidak perlu terapi
2. Fase akut
Puasa
Cairan parenteral
Pemasangan pipa lambung
Antibiotika sistemik
Analgetika
3. Fase tenang
Reseksi kolon
Reseksi sigmoid metode Hartmann
Terapi
4. Terapi bedah diperlukan bila timbul komplikasi :
Perforasi
Perdarahan hebat
Fistula
Obstruksi
Inflammatory Bowel Diseases
Inflammatory Bowel Diseases
Penyakit radang
granulomatik
gastrointestinal
Bersifat kronik
progresif
Terutama orang
muda
Etiologi
Belum jelas.
Pendapat akhir merupakan kelainan genetik dengan
faktor eksternal sebagai antigen
Terjadi reaksi inflamasi menyebabkan kerusakan
mukosa sampai seluruh tebal dinding usus disertai
penebalan mesenterium.
Mengenai ileum distal (75%) usus besar dan
gastrointestinal yang lain.
Staduium lanjut mukosa berbenjol karena jaringan
granulasi diselingi mukosa yang normanl (cobble
stone appearance)
Dinding usus menebal dengan lumen yang
menyempit.
Gejala
Diare (90%), jarang disertai darah. Perdarahan vang
terjadi bila mengenai usus besar.
Nyeri dengan kolik yang berulang (eksaserbasi akut)
Malnutrisi, anemia, penurunan berat badan.
Kelainan anorektal seperti fisura, fistula dan abses
perirektal.
Masa abdomen kanan bawah.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Tidak spesifik.
Radiologik :
Penebalan dinding usus (Entero clysis), striktur ,
cobble stone.
Endoskopi :
Aphtae dengan tukak longitudinal.
Indikasi Operasi
Obstruksi
Perforasi
Fistula
Terapi
Steroid :
Prednison 0,25 0,75 mg/Hari ,
Prednisolon.
Sulfasalazine : 1 g/15kg/Hari.
Immunosuppresive :
Azothioprine,
Mercaptopurine
Cyclosporine.
Elementary Diet :
Pada serangan akut.
Surveilan
Kolonoskopi tiap 1 2 tahun
Kecurigaan bila timbul displasia epitel
Angka kekambuhan tinggi, terutama pada
usia muda
Kolitis Ulseratif
Kolitis Ulseratif
Penyakit radang granulomatik terutama
usus besar
Penyakit genetik dengan manifestasi
berbeda
Mengenai usia muda 15-30 tahun dan
usia tua 60 sampai 80 tahun
Mengenai seluruh kolon (pan kolitis),
terutama rektum
Radang menjalar secara horisontal
pada submukosa dan membentuk
tukak.
Gejala Klinis
Sigmoidoskopi
Mukosa rektum granulasi dan mudah berdarah.
Terapi
Sulfasalazin : 2 8 g/hari/p.o.
Serangan hebat :
Hydrocortisone 100-300 mg/hari
Prednisolon 20-80 mg/hari
Diet tinggi serat
Prebiotik bakteri asam laktat
Indikasi Bedah
Aphtha Common No
Longitudinal Involvement Common No
Continuous Involvement Rare Regular
Involvement Of Terminal Ileum Common (80%) No
Colok dubur
Foto barium kontras ganda
Endoskopi
Proktoskopi
Sigmoidoskopi
Kolonoskopi
Polip Juvenilis
Polipoid
Skirus
Ulseratif
Polip Adenomatosa
Herediter
Polip majemuk
Tersebar pada seluruh kolon
Potensial ganas ( 60 % kasus )
Insiden pria = wanita
Diagnosa ditegakkan
berdasarkan
Riwayat polip pada keluarga
Foto barium
Endoskopi
Pencegahan :
Pemeriksaan berkala pada
keluarga yang beresiko
Poliposis Kolon
Sindroma Gardner
Heriditer
Polip majemuk
Osteoma mandibula, calvaria
Tumor jaringan lunak
Potensial maligna
Karsinoma Kolon dan Rektum
Epidemiologi
Keganasan peringkat ke-3 di USA
Di Indonesia (BKKI)
Karsinoma kolon peringkat ke-7
Karsinoma rektum peringkat ke-10
Karsinoma kolo rektal peringkat ke-6
Insiden pria sama dengan wanita
Insiden cenderung pada usia lebih muda
Mikroskopis
1. Adeno Karsinoma
Diferensiasi baik
Diferensiasi sedang
Diferensiasi jelek
2. Leiomiosarkoma
3. Limfoma maligma
Etiologi
Asam Empedu
Sekunder
Karsinogenik
Distribusi
Terbanyak pada rektum
Kecenderungan
Karsinoma rektum
Karsinoma kolon asenden
Diagnosis
ANAMNESA
Perubahan pola defikasi
Frekuensi
Konsistensi tinja
Konstipasi
Kaliber
Berak lendir dan hematokesia
Tenesmus
Nyeri perut
kolik
menetap
Diagnosis
PEMERIKSAAN FISIK
Anemia
Massa dirongga abdomen
Tanda obstruksi
Darah dan lendir pada colok dubur
Penurunan berat badan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Test darah tersamar
Test kolon albumin
Carcino embryonic antigen (CEA)
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Foto Kolon
Barium enema dan kontras ganda
Ultra Sonogafi
Identifikasi metastase
Menilai reseklabilitas
Thoraks Foto
Metastase paru
Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi
Proktoskopi
Deteksi kelainan 8-10 cm dari anus
Polip rekti
Hemorhoid
Karsinoma rektum
Sigmoidoskopi
Mencapai 20 25 cm dari anus
Diagnostik
Kauterisasi
Kolonoskopi
Dapat mencapai sekum
Karsinoma Kolon Kanan
Nyeri tumpul
Teraba massa pada 1/3 kasus
Anemia
Sering diare
Sifat tumor
Fungating
Besar ulserasi rapuh
Karsinoma Kolon Kiri
Keluhan yang sering konstipasi
Kadang dapat juga diare
Keluhan kaliber feses megecil
Keluhan obstruksi
Sifat tumor
Tumbuh anuler dan
konstrikting sehingga
menyebabkan obstruksi
Karsinoma Rektum
Berak darah dan lendir
Tenesmus
Sering didiagnosa sebagai
hemorhoid
Sifat tumor
Ulseratif
Vegetatif
Infiltratif
Diagnosa
Colok dubur
Proktoskopi
Sigmodoskopi
Stadium
DUKES (1932) menciptakan stadium patologi berdasar:
Kedalaman invasi dinding kolon
Adanya metastase kelenjar
Dukes A :
Mukosa dan muskularis mukosa
Kelenjar negatip
Dukes B :
Seluruh dinding kolon
Kelenjar negatip
Dukes C1 :
Seluruh dinding kolon
Kelenjar sekitar kolon positip
Dukes C2 :
Kelenjar pangkal pembuluh darah positip
Dukes D :
Metastase ke organ yang berdekatan
Metastase jauh (hepar, paru)
Stage Grouping (TNM)
(IUCC International Union Against Cancer)
T N M Dukes
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0 A
T2 N0 M0
Stage II T3 N0 M0 B
T4 N0 M0
Stage III Any T N1 M0 C
Any T N2, N3 M0
Stage IV Any T Any N M1 D
Penyebaran
1. Penyebaran langsung ke organ sekitar tumor
2. Hematogen : sistem porta hepar
sistemik paru
3. Limfogen:
kelenjar para kolon
kelenjar meso kolon
kelenjar para aorta
4. Trans peritoneum
rongga peritoneum disebut abdominal karsino
matosis
5. Intra lumen
Jarang terjadi pada mukosa yang utuh
Pembedahan
Kolon Kanan :
Hemikolektomi kanan
Ileo - Transverostomi
Kolon Kiri :
Hemikolektomi kiri Kolo -
Sigmoidostomi
Kolon Transversum :
Kolotransvesectomi Kolo
Kolostomi
Kolon Sigmoid :
Reseksi Anterior Kolo -
Rektostomi
Rektum Letak Tinggi
Reseksi Anterior Kolo -
Rektostomi
Rektum Letak Rendah
Reseksi Abdomino Perineal
Dengan Permanen Kolostomi
(Operasi Miles)
Pembedahan Paliatif
1. Radiasi
Pra bedah
Pasca bedah
Kombinasi ( sandwich )
2. Kemoterapi
Obat tunggal : 5 fluorouracil
Obat kombinasi :
5 fluorouracil
Levamizol
Calcium leucovorin
Irinotecan
3. Kombinasi : Kemo - Radiasi
Prognosa
Tergantung pada
1. Stadium penyakit
2. Diferensiasi patologi
3. Komplikasi yang ditimbulkan
4. Penyakit sekunder yang menyertai
Ketahanan Hidup 5 Tahun
Dukes 5 YSR
A 97-100%
B 80%
C1 60%
C2 35%
D <5%
Deteksi Dini
Dilakukan dengan skrining pada golongan resiko tinggi
1. Penderita dengan familial adenomatous polip
- skrining dimulai pada usia pubertas
2. Penderita dengan hereditary non poliposis
colorectal cancer (HNPCC)
- skrining dimulai pada usia 21 tahun
3. Penderita dengan penyakit infeksi usus (ulcerative
colitis)
- skrining 7-8 tahun setelah diagnosa
4. Ada riwayat keluarga yang menderita kanker atau
kondisi pre maligna yang lain
- skrining dimulai pada usia 30 tahun
Follow Up
Kekambuhan sering pada 2 tahun pertama
Perlu follow up
1. Ba inloop tiap 3 bulan
2. Kolonoskopi tiap tahun
3. Thoraks foto
4. Darah lengkap dan fungsi hati tiap 6 bulan
5. CEA -> 2 tahun pertama tiap 2 bulan dan 2 tahun berikut
tiap 4 bulan
CEA kekambuhan imaging
kondisi lain
Penyakit preMaligna
pada Kolon dan Rektum
1. Adenoma diameter diatas 1 cm kemungkinan
maligna
2. Familial adenomatous poliposis
3. Non poliposis hereditary colon cancer (HNPCC)
4. Inflamatory bowel diseases
5. Irradiation proctocolitis
Hemoroid
Hemoroid
Pelebaran vena pleksus hemoroidalis
Hemoroid Interna
Pelebaran pleksus v. hemoroidalis
superior
Diliputi mukosa
Posisi kanan depan, kanan belakang dan
kiri lateral (jam 3 7 11)
Drenase ke vena hemoroidalis superior
selanjutnya ke vena porta
Hemoroid Eksterna
Pelebaran pleksus vena hemoroidalis
inferior
Dibawah garis muko kutan
Diliputi epitel anus
Drenase kevena sistemik selanjutnya ke
vena cava
Etiologi
Simptomatik
Tekanan perut meningkat vena melebar,berkelok-
kelok menonjol
Faktor Penyebab :
Mengejan
Konstipasi
Kehamilan
Obesitas
Gejala
Proktosigmoidoskopi
Untuk menyingkirkan proses keradangan dan keganasan
Derajat Hemoroid
Derajat I :
Perdarahan per anus
Prolap ()
Mikroskopis pelebaran pleksus
Derajat II :
Prolap Bisa reduksi spontan
Derajat III :
Prolap Perlu reduksi manual
Derajat IV :
Prolap dan tidak dapat direduksi
Diagnosa Banding
1. Perdarahan
- karsinoma kolo rektal
- divertikel
- polip
- kolitis ulserosa
2. Benjolan yang keluar
- prolap rektum
3. Tumor anorektal
- kondiloma
- fissura anus
Komplikasi
1. Perdarahan
2. Prolap yang tidak dapat direduksi
3. Tombosis infark mukosa
4. Septik emboli abses hepar
Terapi
6. Lain-lain
Dilatasi (LORD)
Infra red koagulasi (IRC)
Diatermi
Hemoroid Eksterna
Manifes bila terjadi trombosis
Klinis
Nyeri
Kulit tegang
Benjolan kebiruan
Terjadi pada tekanan perut yang tiba-tiba meningkat
Terapi
Analgetika
Rendam air hangat
Eksisi trombus
Fisura Anus
Fisura Anus
Anamnesa
Konstipasi karena takut b.a.b
Feses keras
Nyeri defikasi
Darah segar
Riwayat remisi dan eksaserbasi
Pemeriksaan
Sentinel tag
Eversi anus ulkus
Anoskop hipertropik papil
Spasme sfingter
Diagnosa Banding
Tuberkulosa
Sifilis
Proktitis
AIDS ( Acquired Immun Deficiency Syndrome )
Terapi
1. Konservatif
- diet kaya serat
- obat pelunak feses
- rendam air hangat
- topikal anestetik
2. Bedah
- bila konservatif gagal
- dilatasi sfingter
- lateral internal sfingterotomi
Abses Anorectal
Abses Anorektal
Merupakan radang peri
rektum akibat infeksi
kuman usus
Infeksi berasal dari kripta
rektum
Abses diberi nama
menurut letaknya
Pelvio-rektal
Iskio-rektal
Intersfingter
Perianal ( paling
sering)
Klinis
Abses superficial (peri anal)
Nyeri
Bengkak
Hiperemi
Indurasi fluktuasi
Abses dalam
Nyeri perut bawah
Perlu pemeriksaan colok dubur dan vagina
Sistemik
Demam
Lekositosis
Toksik
Komplikasi
Bentuk :
Tunggal
Majemuk
Letak terhadap garis
tranversal anus
Di depan
Di belakang
Penyebab tersering kuman pyogen
Jarang :
Tuberkulosa
Radang granulomatous
Hukum Goodsall
Fistel dengan lubang kripta
disebelah anterior umumnya
berbentuk lurus
Fistel dengan lubang kripta
disebelah posterior
berbentuk bengkok kedepan
dan membentuk lubang
perforasi satu atau lebih
Salmon Goodsal
Gambaran Klinis
Riwayat :
Abses yang kambuh
Mengeluarkan pus dan feses
Bimanual palpasi teraba sebagai tali
Sonde dapat menunjukkan arah asal fistel
Fistel kronik dapat mengalami degenerasi maligna
Pemeriksaan
Proktoskopi
Menentukan penyakit rektum
Karsinoma
Proktitis tuberkulosa
Amuba
Penyakit Crohn
Fistulografi
Perlu untuk deteksi fistel yang kompleks
Diagnosa Banding
1. Hidradenitis supurativa
Fistel yang multiple
Tidak meluas pada struktur yang lebih dalam
2. Sinus pilonidalis
Pada daerah sakrokoksigeal
3. Fistel proktitis
1. FISTULOTOMI
Lubang kripta dicari
Dinding fistel dibuka dan dibersihkan
Rawat terbuka
Luka sembuh per sekundam intentionem
2. OPERASI 2 TAHAP
Untuk menghindari terpotongnya sfingter
Perawatan Luka
Cegah bridging jaringan luka (mencegah kekambuhan)
Prognosa
Penyebab :
Kelemahan otot dasar
panggul
Tekanan abdomen yang
meningkat
Gejala Klinik
Terjadi prolap pada saat tekanan abdomen
meningkat
Sfingter ani dilatasi dan lemah
Inkonentia alvi
Mukosa rektum lecet, mudah berdarah,
mengeluarkan sekret mukous
Perlu tindakan manual untuk reposisi
Komplikasi
1. Mukosa rektum
Rapuh
Edema
Ulserasi
2. Dinding rektum
Gangren
Perforasi
Terapi
Terapi
1. Medika Mentosa
Obat-obat pelunak feses
2. PEMBEDAHAN
Menyempitkan lubang anus
Reseksi rektum
Memasang penyangga dan fiksasi rektum