You are on page 1of 116

ILMU PENYAKIT

MENULAR
Hepatitis

Oleh : dr. R.Widhawati, M.Si (Riris)


Akupunkturis, Herbal Medis, Estetika,
Estetika Medis
Peradangan pada hati

Dapat disebabkan oleh :


Virus
Alkohol
Obat-obatan
Autoimun
TERMINOLOGI

Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati yang disebabkan


oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol ( Elizabeth J. Corwin.
2000 : 573 )

Hepatitis adalah infeksi virus pada hati yang berhubungan dengan


manifestasiklinik berspektrum luas dari infeksi tanpa gejala, melalui
hepatitis ikterik sampai nekrosis hati (Sandra M. Nettina. 2001 : 248)

Dari beberapa para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


penyakit Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati yang
merupakan infeksi sistemik oleh virus atau oleh toksik termasuk
alkohol yang berhubungan dengan manifestasi klinik berspektrum luas
dari infeksi tanpa gejala, melalui hepatitis ikterik sampai nekrosis hati
yang mengkasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia, dan selular
yang khas.
HEPATITIS
Suatu proses inflamasi pada hati dengan gambaran klinis dan histologis
yang spesifik yaitu terdapatnya suatu keadaan nekrosis difus atau
sebagian pada lobus hepatikus

Etiologi
Tiga penyebab utama hepatitis adalah virus hepatitis tipe A, tipe B,
alkohol dan obat-obatanan, juga virus C,D dan E
Infeksi yang jarang terjadi oleh karena mononukleosis, yellow fever,
cytomegalovirus, coxsachievirus, leptospirosis
Infeksi parasit, schistosomiasis, amoebiasis, malaria, sasarannya
adalah liver tetapi tidak menyebabkan hepatitis
infeksi piogenic dan abses merupakan masalah juga
tuberkulosis pada liver dan infiltrasi granulomatous lain disebut
granulomatous hepatitis , akan tetapi mempunyai gejala klinis, biokemis
dan histologis yang berbeda
Dari beberapa hepatitis virus
yang paling sering ditemukan adalah
Hepatitis A, B, dan C
Systemic infection dan penyakit lain dapat menghasilkan nekrosis
pada sebagian lobus liver dan proses peradangan, keadaan ini
sifatnya non spesifik disebut reactive hepatitis, menyebabkan
abnormalitas fungsi liver, biasanya asymptomatik.

ACUTE VIRAL HEPATITIS

Inflamasi difus hepatoseluler, disebabkan oleh 2 macam agent virus


Terdapat tipe A : serum hepatitis (SH), post transfusion hepatitis
Tipe B : infeksi virus B (long incubation hepatitis)

Etiologi
Virus A
Virus B
Epidemiologi

Virus A : terjadi oleh karena kontak fekal-oral , darah dan sekret


lain yang infeksius.
Merupakan food- borne epidemics, terutama di negara
berkembang
Secara sporadis terjadi oleh karena kontak person-to-person
Virus B : transmitted melalui parenteral
Akibat transfusi darah
Pemakaian jarum suntik secara bergantian pada pengguna narkoba
Cuci darah (renal dialisis)
Non parenteral juga dapat terjadi misalnya ok sex intercourse
Inkubasi virus A : 2-6 minggu
virus B : 6-25 minggu
Dapat mengenai semua umur
Hepatitis A lebih sering terjadi pada anak-anak dan orang muda
Gejala klinis (penderita dengan ascites)
Chronic viral hepatitis (cirrhosis hepatis)
Epidemiologi

Secara global, lebih dari 350 juta orang terinfeksi virus hepatitis B.
Diperkirakan bahwa lebih dari sepertiga penduduk dunia telah
terinfeksi virus hepatitis B.
Sekitar 5% dari populasi adalah carrier kronis HBV, dan secara
umum hampir 25% carrier dapat mengalami penyakit hati yang lebih
parah seperti hepatitis kronis, sirosis, dan karsinoma hepatoseluler
primer.
Prevalensi nasional di tiap Negara di dunia berkisar antara 0,5% di
AS dan Eropa Utara sampai 10% di daerah Asia.
Infeksi HBV menyebabkan lebih dari satu juta kematian setiap tahun
Epidemiologi

Pada tahun 2010, prevalensi penyakit infeksi virus hepatitis A


mencapai angka 9.3% dari total penduduk 237.6 juta jiwa. Di sumsel
tahun 2007 dengan jumlah penduduk 7.019.964 jiwa, prevalensi
hepatitis A adalah 0.2-1.9%.
Indonesia adalah negara dengan prevalensi hepatitis B dengan tingkat
endemisitas tinggi yaitu lebih dari 8 persen yang sebanyak 1,5 juta
orang Indonesia berpotensi mengidap kanker hati
Selama periode itu telah terkumpul 5.870 kasus hepatitis di Indonesia.
Dari pendataan itu, Depkes memperoleh data kasus hepatitis C di
Indonesia yang menjadi proyek percontohan menurut umur, yaitu
terbanyak pada usia 30-59 tahun dengan puncak pada usia 30-39
tahun yang berjumlah 1.980 kasus.
Pendahuluan
Di Indonesia :
jumlah penderita Hepatitis B dan C saat ini diperkirakan
mencapai 30 juta orang, sekitar 15 juta orang dari penderita
Hepatitis B dan C berpotensi mengalami chronic liver disease.
hasil Riskesdas tahun 2013
Informasi yang di peroleh dari Riskesdas 2013, prevalensi
hepatitis 2013 adalah 1,2 persen, dua kali lebih tinggi
dibandingkan 2007.
Lima provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi adalah Nusa
Tenggara Timur (4,3%), Papua (2,9%), Sulawesi Selatan
(2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%) dan Maluku (2,3%).
Bila dibandingkan dengan Riskesdas 2007, Nusa Tenggara
Timur masih merupakan provinsi dengan prevalensi hepatitis
tertinggi.
Etiologi
Dalam tinjauan epidemiologi molekuler, HBV sendiri saat ini diklasifikasikan
menjadi 8 genotipe (A sampai H) mencerminkan distribusi geografis
yang bersifat local specific :
HBV genotipe A lazim di Eropa, Afrika, dan India dan genotipe HBV B
dan C yang dominan di sebagian besar bagian Asia, termasuk China,
Jepang, dan Indonesia.
Genotipe D adalah umum di daerah Mediterania, Timur Tengah dan
India, sedangkan E genotipe terlokalisir di sub-Sahara Afrika.
Genotipe F dan H hanya diidentifikasi di Amerika Tengah dan Selatan.
Genotip G telah ditemukan di Perancis, Jerman, dan Amerika Serika
ETIOLOGI
. Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV).VHA termasuk
virus picorna (virus RNA) dengan ukuran 27-28 nm.
b. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang terbungkus
serta mengandung genoma DNA (Deoxyribonucleic acid)
melingkar.HBV adalah virus nonsitopatik, yang berarti virus tersebut
tidak menyebabkan kerusakan langsung pada sel hati.Sebaliknya,
adalah reaksi yang bersifat menyerang oleh system kekebalan tubuh
yang biasanya menyebabkan radang dan kerusakan pada hati.
c. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitisC (HCV).Virus ini dapat
mengakibatkaninfeksi seumur hidup, sirosis hati, kankerhati,
kegagalan hati, dan kematian.Belumada vaksin yang dapat melindungi
terhadapHCV, dan diperkirakan 3 persenmasyarakat umum di
Indonesia terinfeksivirus ini.
Agent
Virus B berupa partikel 2 lapis berukuran 42 nm.
Lapisan luar virus ini terdiri atas antigent yang disingkat HBs Ag (Hepatitis
B-Surface Antigent)
Antigent permukaan ini membungkus bagian dalam virus yang disebut
partikel inti atau core.
Partikel mengandung bahan bahan sbb:
genome virus terdiri atas rantai DNA
Suatu antigent yang disebut hepatitis B
care antigen (HBc Ag), suatu protein yang
tidak larut. Dalam serum, HBc Ag ini tidak
dideteksi karena HBc Ag hanya ada dalam
partikel ini yang selalu diliputi oleh antigen permukaan.
Antigen e atau Hbe Ag, yang merupakan protein yang bisa larut, dan karena itu
dalam serum yang banyak mengandung virus maka deteksi antigen Hbe ini akan
positif.
Cara penularan
Penularan infeksi HBV dapat dibagi menjadi 3 cara yaitu
cara penularan melalui kulit
Virus tidak dapat menembus kulit yang utuh infeksi VHB
melalui hanya dapat terjadi melalui 2 cara yaitu:
tembus kulit oleh tusukan jarum atau alat lain yang
tercemar oleh bahan yang infektif (apparent
perkutaneous inoculations (cara penularan parental)
kontak antara bahan yang infektif pada kulit dengan
kelainan atau lesi (inapparent percutaneous
inculations)(Francis,1981).
cara penularan melalui mukosa
Selaput lendir yang menurut penelitian dapat menjadi port
dentre infeksi VHB adalah selaput lendir: mulut, mata,
hidung, saluran makanan bagian bawah dan alat kelamin
(Frances, dkk,1981).
cara penularan melaui perinatal (penularan vertikal)
Kelompok Risiko Tinggi Tertular
Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi
Balita yang dalam keseharian berada di penitipan anak atau di
perumahan dengan anak lain di daerah endemik
Kontak seksual / kontak rumah tangga dari orang yang terinfeksi
Pekerja kesehatan
Pasien dan karyawan di tempat hemodialisis
Pengguna narkoba suntik yang berbagi jarum tidak steril
Penderita yang berbagi peralatan medis atau gigi yang tidak steril
Orang memberikan atau menerima akupunktur dan / atau tato
dengan peralatan medis yang tidak steril
Orang yang tinggal di daerah atau bepergian ke daerah endemik
hepatitis B
Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki
Kelompok populasi dengan risiko tertular
yang tinggi
Petugas serta penderita pada tempat perawatan
untuk Px dengan lemah mental.
penghuni institusi yang besifat tertutup, misalnya
penjara dll.
pecandu narkotika (terutama yang menggunakan
obat suntik)
Petugas dan penderita uni hemodialisis
petugas kesehatan yang sering berhubungan dengan
darah maupun produk yang berasal dari darah
penderita yang sering mendapat transfusi darah
misal : penderita thelasemia, hemofilia, dll
Cara penularan
Salah satu cara penularan melalui mukosa yang sangat
penting hubungan kelamin. 42% suami atau istri
mendapat penularan. Terbukti pula bahwa hubungan
kelamin dengan banyak pasangan mningkatkan
kemungkinan penularan infeksi HBV.
wanita tuna susila pada umumnya menunjukkan
prevalensi serologik infeksi HBV yang relatif tinggi
dibandingkan dengan populasi pada umumnya
penularan melalui hubungan seksual ini, bisa juga terjadi
pada hubungan kelamin homoseksual.
Walaupun hubungan kelamin tidak selalu disertai kontak
dengan darah tetapi pada hubungan tersebut
kemungkinan untuk terjadinya pertukaran cairan antara
pasangan seksual sangat besar
Penularan
Didaerah dengan prevalensi infeksi virus B rendah, penularan
biasanya terjadi pada orang dewasa, sedangkan diderah dengan
prevalensi tinggi penularan kebanyakan terjadi pada masa bayi dan
anak anak
Makin muda umur seorang anak mendapat infeksi virus B maka
makin besar kemungkinan menjadi persisten.
Pada orang dewasa yang terkena infeksi virus B kemungkinan
persistensi infeksi hanya 5 10%. Tetapi pada anak anak
dibawah umur 3 tahun, angka persisten yang timbul akibat infeksi
pada masa bayi dan anak anak inilah yang banyak menimbulkan
kasus sirosis hati dan hepatoma dikemudian hari.
ketersediaan vaksin yang efektif, skrining darah donor yang optimal,
serta prosedur sterilisasi derivat darah yang lebih baik secara
substansial telah menurunkan risiko infeksi.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan
konsentrasi virus
Volume Inoculume
lama exposure
cara masuk VHB kedalam tubuh
kesetaraan individu yang bersangkutan
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan
konsentrasi virus
indikator VHB yang paling praktis dan paling baik adalah Hbe Ag
(France, dkk,1981, Dienstag, 1984).
Bila Hbe Ag (+) maka penularan akan terjadi pada 10 20%
individu
Bila Hbe Ag (-) kemungkinan penularan hanya 1 2,5% (Seef
dkk, 1978).
dalam penularan perinatal:
bila Hbe Ag ibu (+), maka penularan dpat terjadi pada 90 100%
bayi yang dilahirkan.
Bila Hbe Ag ibu (-), maka penularan hanya terjadi pada 10 25%
dari bayi yang dilahirkan (Okada, dkk,1976, Stevens dkk, 1976).
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan
Volume inokulum
setelah tranfusi dengan darah yang VHBs Ag Positif
kemungkinan untuk timbulnya infeksi sampai 75%.
Sedangkan risiko untuk mendapat infeksi VHB setelah suntikan
dengan jarum yang tercemar oleh darahyang HBs Ag Positif
adalah kurang dari 15%
Makin besar volume inoculume, masa tunas dari penyakit makin
pendek dan gejala klinik makin berat.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan
lama exposure
penularan infeksi VHB perinatal melalui tusukan jarum yang
tercemar oleh darah yang HBs Ag dan Hbbe positif hanya
menimbulkan infeksi pada 10 20%. Sedangkan penularan
melalui hubungan seksual pada suami istri terjadi pada 23
42% dari kasus, (dkk 1977).
Hal ini dapat diterangkan karena penularan melalui hubungan
seksual pada suami istri terjadi berulang kali dan dalam waktu
yang lebih lama (Diestag, 1984).
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan
cara masuk VHB kedalam tubuh
penularan perkutan HBs Ag bisa Positif dalam waktu 1 minggu
dan SGPT sudah meningkat 6 minggu setelah penularan.
Penularan peroral HBs Ag baru positif 2 bulan setelah
penularan dan SGPT meningkat dalam 3 bulan.
Hal tersebut mungkin disebabkan karena perbedaan jumlah
virus yang berhasil masuk kedalam peredaran darah dan
mencapai hati (Dienstag 1984).
kesetaraan individu yang bersangkutan:
walaupun suatu cara penularan ukup efektif tetapi bila individu
tersebut sudah kebal maka tak akan terjadi penularan
(Dienstag 1984).
Kelompok populasi dengan resiko tertular
yang tinggi
individu yang sering berganti ganti pasangan seksual
pria homo seksual
suami/istri atau anggota keluarga penderita yang menderita
infeksi VHB kronik
bayi yang dilahirkan oleh ibu yang HBs Ag positif
individu individu yang tinggal didaerah dengan prevalensi
infeksi VHB yang tinggi
populasi dari golongan sosial ekonomi rendah yang tinggal
dalam daerah berjejal (crowded) dan higiene kurang walaupun
tinggal didaerah dengan prevalensi infeksi VHB rendah.
Manifestasi klinik
Ada tiga manifestasi utama infeksi virus
heptitis B adalah
hepatitis akut
hepatitis kronik
carrier sehat
Manifestasi klinik
Hepatitis akut :
perjalanan penyakit dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
masa inkubasi berkisar antara 28 225 dengan rata rata 75 hari. tergantung
pada dosis inokulum yang infektif makin besar dosis makin pendek masa
inkubasi HB.
fase pra ikterik : Keluhan paling dini adalah malaise disertai anorexia dan
dysgensia (perubahan pada rasa) mual sampai muntah serta rasa tidak enak
pada perut kanan atas. Febris jarang didapatkan dan walaupun ada tinggi. Pada
fase ini dapat terjadi febris, gejala kulit dan anthralgin.
Fase ikterik : berkisar antara 1 sampai 3 minggu, tetapi juga dapat terjadi hanya
beberapa hari atau selama 6 7 bulan.
fase penyembuhan

Gejala fisik pada hepatitis akut


hepatomegali, biasanya tidak terlalu besar
nyeri tekan daerah hati tanpa tanda tanda
hepatomegali (lebih banyak)
Splenomegali ringan: 10 25% kasus
Pembesaran kelenjar bening ringan
People with jaundice
Alcoholic hepatitis
Manifestasi klinik
Labotarium:
billirubin serum meningkat
kadar enzim aminotransferase (SGOT & SGPT) meningkat
kadar alfa fetoprotein mencapai 400 ng/l
HBs Ag positif masa tunas sudah positif
Hbe Ag positif menjadi negatif dengan timbulnya gejala
DNA polymerase & DNA VHB positif menjadi negatif dengan
timbulnya gejala
Anti HBc positif sebelum permulaan timbulnya gejala
Anti HBs positif pada fase penyembuhan
Manifestasi klinik
Hepatitis B kronis
keradangan dan nekrosis pada hati yang menetap (persistent) akibat infeksi
virus hepatitis B dan gangguan faal hati tetapi terjadi selama lebih dari 6 bulan
pada umumnya penderita menunjukkan keluhan yang ringan dan tidak khas.
Pemeriksaan fisik juga tidak khas.
Faktor faktor predisposisi yang mempengaruhi seorang yang menderita infeksi
virus hepatitis B mengalami infeksi VHB akut atau kronik, yaitu:
umur
jenis kelamin
faktor imunologik
neonatus : 90 100% akan menjadi infeksi kronik, bila infeksi VHB terjadi saat
dilahirkan.
Bila infeksi VHB terjadi pada anak anak kecil kemungkinan infeksi menjadi
kronik : 20 30%.
Infeksi VHB pada orang dewasa akan menjadi kronik pada 5 10%.
Pencegahan Hepatitis B
Vaksinasi (HBV)
Pencegahan infeksi HBV
pemeriksaan HBs Ag sebelum transfusi darah dan tidak menggunakan
menggunakan darah yang HBs Ag positif.
imunisasi (pasif, aktif ,dan gabungan imunisasi pasif dan aktif
imunisasi pasif dengan hepatitis B imune globulin (HBIg).
Untuk pencegahan infeksi pada lingkungan endemik
Untuk pencegahan hepatitis pasca transfusi
Untuk pencegahan infeksi VHB akibat hemodialins
Untuk pencegahan infeksi VHB akibat hubungan kelamin
Untuk pencegahan infeksi VHB melalui tusukan jarum
Untuk pencegahan infeksi VHB parinatal
Hepatitis C
Hampir serupa dengan

Hepatitis B

Diagnosis Hepatitis C ditegakkan dengan


pemeriksaan :
Anti-HCV positif

HCV-RNA positif
BAHAYA HEPATITIS C
Hepatitis C kronik membawa kematian.
85 % orang yang tertular Hepatitis C akan jatuh sakit
20 % penderita Hepatitis C akan menjadi Cirhosis
(pengerutan dan pengerasan) hati dalam 20 tahun
Resiko kanker hati 5% dari penderita Hepatitis C
Kronik, setelah masa 20 tahun mengidap Hepatitis C
Diagnosa Kanker Hati dengan :
- Pemeriksaan AFP (ALFA FETO PROTEIN)
- USG / Scanning hati
- Biopsi hati
Terapi Hepatitis C
Interferron
Ribaverin
HEPATITIS VIRUS KRONIK
> 6 bulan
Klasifikasi histologi
Hepatitis B dan C terbanyak
Gejala:
1/3 kasus seperti akut
asimptomatik terutama C
PROGRESI HEPATITIS
Sirosis
Sembuh Sembuh tanpa gejala

Akut Hepatitis Kanker


Sirosis Mati
kronik Hati

Pengidap Sirosis Mati

30 - 50 tahun
Perjalanan penyakit hepatitis virus

17 sampai 20 tahun

10 sampai 20 tahun

sirosis

Kanker hati
Program Pemerintah
Imunisasi merupakan salah satu upaya P3M yang dilakukan untuk
mencegah penyakit hepatitis.Tujuan dari diberikannya suatu imunitas
dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu
penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang
dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak,
polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain
sebagainya.
Hingga saat ini, vaksinasi Hepatitis yang telah menjadi program
nasional adalah program imunisasi Hepatitis B. Imunisasi hepatitis B
masuk dalam program nasional Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan sejak bulan April 1997.Adapun
strategi penggunaan Uniject untuk imunisasi pada bayi baru lahir
dilaksanakan sejak tahun 2003.
Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kurangnya intake / intake yg
tidak adekuat / anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Klien tdk malnutrisi, BB ideal

Rencana Tindakan :
1. Kaji intake makanan klien dgn jumlah kalorinya
2. Timbang berat badan klien
3. Bantu klien untuk makan
4. Beri makanan dlm porsi kecil tapi sering
5. Batasi pemberian kaffeine
6. Sediakan makanan yang lembut
7. Bantu klien dalam perawatan mulut
8. Monitor hasil lab ( serum glukosa, albumin, protein total dan amonia )
9. Kolaborasi dgn ahli gizi dlm pemberian makanan tinggi kalori, rendah karbohidrat, rendah
lemak, moderate tinggi protein, pembatasan sodium dan cairan jika diperlukan
10. Berikan obat-obatan sesuai program
Diagnosa Keperawatan
Perubahan ( kelebihan volume cairan b.d. penurunan protein plasma, ditandai
dgn edema anasarka

Tujuan : Volume cairan dapat dipertahankan


Kriteria hasil : intake & output normal
Rencana tindakan :
1. Ukur intake & output, balance positif ( intake berlebih dari output ) ukur BB setiap hari
2. Monitor tekanan darah dan tekanan vena sentral ( CVP )
3. Kaji status respirasi, dyspnea
4. Auskultasi bunyi paru dan jantung
5. Kaji adanya edema
6. Ukur lingkar abdoment
7. Anjurkan bedrest jika klien asites
8. Berikan perawatan mulut sesering mungkin
9. Kolaborasi dgn dokter dlm memonitor serum albumin dan elektrolit
10. Batasi sodium dan cairan
Diagnosa Keperawatan

Resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit b.d. perubahan status metabolik

Tujuan : integritas kulit normal

Kriteria hasil : integritas kulit dpt dipertahankan

Rencana tindakan :
1. Inspeksi permukaan kulit
2. Ubah posisi klien dgn jadual yang teratur saat ditempat tidur
3. Bantu untuk latihan ROM aktif / pasif
4. Tinggikan ekstremitas bawah
5. Jaga linen dari kelelbaban
6. Bantu klien dalam perawatan perineal
7. Gunakan matras sesuai indikasi
Diagnosa Keperawatan
Tidak efektifnya pola napas berdasarkan. terkumpulnya cairan dalam intra
abdoment ( asites ), menurunnya ekspansi paru, terkumpulnya sekret

Tujuan : Pola nafas kembali normal

Kriteria hasil : - Pola napas efektif


- dyspnea tidak ada
- Sianosis (-)

Rencana tindakan :
1. Monitor kecepatan pernapasan dan kedalamannya
2. Auskultasi bunyi napas
3. Berikan posisi kepala tempat tiur lebih tinggi
4. Ajarkan latihan nafas dalam dan batuk efktif
Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terjadinya injuri ( perdarahan ) berdasarkan. penurunan produksi
protombin, fibrinogen dan faktor VIII, IX, X, hipertensi portal dan farises esofagus

Tujuan : Injuri tidak terjadi


Kriteria hasil : Hemostasis dapat dipertahankan
Rencana Tindakan :
1. Kaji tanda dan gejala perdarahan
2. Observasi adanya petekie, ekimosis dan perdarahan
3. Monitor TTD
4. Gunakan jarum yang kecil untuk menyuntik
5. Hindari mengukur suhu di rektal
6. Kolaborasi untuk pemeriksaan BL, CL
7. Berikan obat-obatan sesuai program
8. Lakukan bilas lambung
9. Siapkan prosedur pembedahan seperti ligasi varises
Referensi

Afifah, Efi. 2005. Tanaman obat untuk mengatasi hepatitis. Jakarta : AgroMedia
Pustaka Baratawidjaja, Karnen Garna. 2002. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai
Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia.
Badan Kesehatan
Dunia.http://who.int/immunization/topics/hepatitis_b/en/index.htmldi akses
tangal 12 Juni 2013
Handriani P. 2013.Imunisasi Hepatitis B Masuk dalam Program
Nasional.http://www.tempo.co/read/news/2013/04/09/060472151/Imunisasi-
Hepatitis-B-Masuk-dalam-Program-Nasional di akses tanggal 18 Juni 2013
Hepatitis A, Penyakit Bawaan Makanan. 2005. Available at: www.who.go.intdi
akses tanggal 13 Juni 2013
Prevalensi Hepatitis A dan Demam Tifoid di Wilayah Jember, available at
: http://toothman.posterous.com/prevalensi-hepatitis-a-dan-demam-tifoid-di-widi
akses tanggal 13 Juni 2013
Profil Kesehatan Kota Palembang 2009, Dinas Kesehatan Kota Palembang
diakses dari http://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen35-37.pdf
Is HIV and AIDS the same
thing?
HIV
Human Immunodeficiency Syndrome
A specific type of virus (a retrovirus)
HIV invades the helper T cells to replicate
itself.
No Cure
AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome
HIV is the virus that causes AIDS
Disease limits the bodys ability to fight
infection
A person with AIDS has a very weak
immune system
No Cure
CITRA USADHA INDONESIA
PENJELASAN ILUSTRASI
GAMBAR

Kekebalan tubuh yang dilakukan oleh farah putih.


Dan fungsi darah putih dalam tubuh seseorang sebagai sistem
kekebalan tubuh dalam menghadapi serangan kuman, virus, dan
lainnya
HIV adalah kuman namun tidak seperti kuman lainnya (diare,
influenza dan lain-lain) yang mudah dilumpuhkan oleh sel darah putih.
Bila HIV masuk ke dalam tubuh justru akan melumpuhkan sel darah
putih
Jumlah sel darah putih yang sehat 400-1500 menunjukkan bahwa
seseorang masih memiliki kekebalan tubuh cukup baik
Jika di bawah 350 berpotensi menunjukkan sistem kekebalan tubuh
telah melemah sehingga orang yang telah HIV positif
HIV mengurangi jumlah sel darah putih (CD4) yang pada akhirnya
membuat tubuh seseorang rentan terkena penyakit
HIV + penicilliosis marneffeia
HIV + Candidiasis
HIV + Herpes Simpleks
HIV + Sifilis
HIV + tumor
HIV + Kaposis Sarcoma
Mengapa Odha masih tampak sehat.
Karena perjalanan penyakit HIV dalam tubuh seseorang tergolong unik, memiliki
masa inkubasi yang sangat panjang

STADIUM 1 STADIUM 2 STADIUM 3 STADIUM 4

Window HIV+ dengan


AIDS
period gejala
HIV +
penyakit CD4 < 200
1 3, bahkan Asimptomatik
6 bulan 5 10 tahun > 1 bulan 1 2 th.
Stage 1 - Primary
Short, flu-like illness - occurs one to six
weeks after infection
no symptoms at all
Infected person can infect other people
Stage 2 - Asymptomatic

Lasts for an average of ten years


This stage is free from symptoms
There may be swollen glands
The level of HIV in the blood drops to very
low levels
HIV antibodies are detectable in the blood
Stage 3 - Symptomatic

The symptoms are mild


The immune system deteriorates
emergence of opportunistic infections
and cancers
Stage 4 - HIV AIDS

The immune
system weakens

The illnesses
become more
severe leading to
an AIDS
diagnosis
Modes of HIV/AIDS
Transmission
Through Bodily Fluids

Blood products
Semen
Vaginal fluids
Breast Milk
Through IV Drug Use

Sharing Needles
Without sterilization
Increases the chances of contracting HIV
Through Sex

Intercourse (penile penetration into the


vagina)
Oral
Anal
Digital Sex
Mother-to-Baby

Before Birth
During Birth
Postpartum
After the birth
PRINSIP PENULARAN HIV

Dikenal dengan ESSE :


EXIT: keluar.
SUFFICIENT: cukup
SURVIVE: virusnya hidup
ENTER: masuk.

HIV keluar dari tubuh dalam jumlah cukup


dan dalam keadaan hidup masuk ke
dalam tubuh lain.
CEGAH HIV DENGAN
D
B C
A
A: Abstinence

E B: Be Faithfull
C: Condom
D: No Drugs
E: Education
Kapan test HIV dilakukan?
Tes untuk mendeteksi keberadaan virus
HIV atau antibodi terhadap virus di dalam
darah, air liur atau air kencing

Penapisan darah dan organ Biasanya


dilakukan sebelum ditransfusikan atau
ditransplantasikan

Mendiagnosa infeksi HIV pada individu


KTS(Konseling Tes HIV Sukarela)
Testing Options for HIV
Anonymous Testing

No name is used
Unique identifying number
Results issued only to test recipient
23659874515

Anonymous
Confidential Testing
Persons name is recorded along with HIV
results
Name and positive results are reported to the
State Department and the Centers for
Disease Control and Prevention
Results issued only to test recipient
Administration

Blood
Urine
Oral
Blood Detection Tests

Enzyme-Linked Immunosorbent
Assay/Enzyme Immunoassay (ELISA/EIA)
Radio Immunoprecipitation Assay/Indirect
Fluorescent Antibody Assay (RIP/IFA)
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Western Blot Confirmatory test
Urine Testing

Urine Western Blot


As sensitive as testing blood
Safe way to screen for HIV
Can cause false positives in
certain people at high risk for
HIV
Oral Testing

Orasure
The only FDA approved
HIV antibody.
As accurate as blood
testing
Draws blood-derived
fluids from the gum
tissue.
NOT A SALIVA TEST!
SELALU TEPATKAH HASIL
TES? TIDAK

Karena:
Periode jendela
Kerusakan sampel
darah
Reagen rusak
Kesalahan pada
prosedur pelaksanaan
tes darah
BAGAIMANA DENGAN YANG HASIL TES
NEGATIF?
Mempertahankan perilaku yang aman
Mengubah perilaku dari yang berisiko ke
perilaku aman
Mempertahankan hasil tes yang negatif
Menjadi elemen aktif kegiatan
pencegahan dan penanggulangan AIDS
bagi kelompoknya, masyarakat dan
lingkungannya
Pertimbangan Apakah perlu tes darah?

Sekedar cemas atau


Pernah melakukan perilaku berisiko baik
seksual atau non-seksual?
Counseling
Pre-test Counseling
Transmission
Prevention
Risk Factors
Voluntary & Confidential
Reportability of Positive Test Results
Post-test Counseling

Clarifies test results


Need for additional testing
Promotion of safe behavior
Release of results
Treatment Options
Antiretroviral Drugs

Nucleoside Reverse Transcriptase


inhibitors
AZT (Zidovudine)
Non-Nucleoside Transcriptase inhibitors
Viramune (Nevirapine)
Protease inhibitors
Norvir (Ritonavir)
Opportunistic Infection
Treatment

Issued in an event where antiretroviral


drugs are not available
Four ways to protect yourself?

Abstinence
Monogamous Relationship
Protected Sex
Sterile needles
Abstinence
SAY NO!!
It is the only 100 % effective method
of not acquiring HIV/AIDS.
Refraining from sexual contact: oral,
anal, or vaginal.
Refraining from intravenous drug use
Monogamous relationship
A mutually monogamous (only one sex
partner) relationship with a person who is not
infected with HIV
HIV testing before intercourse is necessary to
prove your partner is not infected
Protected Sex

Use condoms (female or male) every time


you have sex (vaginal or anal)
Always use latex or polyurethane condom
(not a natural skin condom)
Always use a latex barrier during oral sex
When Using A Condom
Remember To:

Make sure the package is not expired


Make sure to check the package for damages
Do not open the package with your teeth for
risk of tearing
Never use the condom more than once
Use water-based rather than oil-based
condoms
Sterile Needles
If a needle/syringe or cooker is shared, it
must be disinfected:
Fill the syringe with undiluted bleach and wait
at least 30 seconds.
thoroughly rinse with water
Do this between each persons use
Needle Exchange Program

Non-profit
Organization, which
provides sterile
needles in
exchange for
contaminated ones
MENGAPA KTS PENTING ?
Mengetahui status lebih dini akan memudahkan
perencanaan penanganan
Meningkatkan kualitas hidup sehingga
mengurangi angka kesakitan dan kematian
(walaupun tidak dapat disembuhkan, penyakit
dapat dikendalikan dengan baik)
Memutus mata rantai penularan HIV yang
meluas
KESIMPULAN
HEPATITIS HEPATITIS A

Demam kuning yang lebih disebabkan karena


faktor lingkungan yang kotor
- Pengertian secara umum hepatitis
adalah penyakit hati/liver/kuning Gejala :- kuning (kuku,mata,kulit)
- kelelahan yang permanen
- nyeri lambung
- Terjadi karena berbagai faktor - anoreksia
- mual
- diare
Prevalensi penyakit : - demam

- penderita cukup banyak 40 juta Masa inkubasi 10-50 hari


penduduk Indonesia Pada anak2 gejala lebih ringan dan Masa inkubasi
1-2 minggu
- penderita Hepatitis B lebih banyak
Penularan :- makanan/minuman yang
- bagian dari penyakit lanjutan terkontaminasi virus
- didengar tapi tidak diketahui - hubungan seksual
- melalui luka

Ada 4 tipe yang lebih dikenal : Diagnostik : - tes lab. SGOT/SGPT, Bilirubin, IgM
anti HAV
Hepatitis A,B,C dan D - biopsi

Pencegahan : - vaksinasi Hepatitis A


- pola hidup sehat
KESIMPULAN
HEPATITIS B HEPATITIS C

Pada umumnya tanpa gejala,setelah sakit, baru


diketahui atau tanpa sengaja diketahui Ditemukan tahun 1975 disebut hepatitis non A non
B.
Gejala : - mual
- muntah Gejala : - anoreksia
- diare - lambung tidak enak
- anoreksia
- sakit kepala - mual
- tanpa gejala - muntah

Masa inkubasi 6-24 minggu Penularan : sama dengan Hepatitis B

Penularan : - melalui luka


- kontak seksual Penderita Hepatitis C pada umumnya 40 % sembuh
- pada bayi biasanya tertular saat 60 % berpotensi sirosis dan kanker hati.
lahir Minum alkohol untuk seorang penderita Hepatitis C
- penderita Hepatitis B 25% menjadi akan lebih memperparah penyakitnya
carrier ,
5-10% menjadi sirosis dan kanker
hati Diagnostik : - Tes lab : SGOT/SGPT, Prot.total
/albumin /glob
Diagnostik : - Tes lab : SGOT/SGPT, Prot.total Alkali fosfatase, Gamma
/albumin /glob GT
HBe/anti Hbe, Alfa feto Alfa feto protein, RT PCR
protein
- USG HCV
- Biopsi - USG
KESIMPULAN
HEPATITIS D HEPATITIS LAIN
Hepatitis E
Ditemukan tahun 1977 dikenal ditemukan tahun 1987 gejala dan penularan
sebagai Hepatitis Non A,B,C mirip Hepatitis A

Hepatitis F
Hepatitis D pada umumnya dilaporkan tahun 1983 gejala dan penularan
terjadi karena adanya koinfeksi mirip Hepatitis A, oleh karena itu rancu
dengan Hepatitis E
atau superinfeksi dengan
Hepatitis B Hepatitis G
ditemukan tahun 1996, gejala dan penularan
mirip
Gejala sama dengan Hepatitis B
dengan Hepatitis C

Penularan : sama dengan


Hepatitis B dan C Hepatitis alkoholik,kerusakan liver oleh
karena alkohol

Diagnostik : RT PCR HDV Hepatitis maupun kerusakan liver salah satu


penyebabnya karena obat2an

You might also like