You are on page 1of 22

Definisi

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)


merupakan kumpulan gejala atau penyakit
yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan
tubuh akibat infeksi oleh virus Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang termasuk
famili retroviridae. AIDS merupakan tahap
akhir dari infeksi HIV.1

Epidemiologi
Surveilens di seluruh dunia merupakan suatu
tantangan karena saat ini belum ada definisi kasus AIDS
yang dapat digunakan secara global. Belahan dunia
yang paling parah terjangkit HIV/AIDS adalah bagian
Afrika Sub-Sahara, daerah lain yang juga
mengkhawatirkan adalah daerah Asia Selatan dan
Tenggara diperkirakan 5.1 juta orang hidup dengan
HIV/AIDS.9
Kejadian kasus HIV/AIDS di indonesia dari tahun ke
tahun mengalami fluktuasi. Hal ini terjadi pada semua
kelompok usia dan jenis kelamin. Pada tahun 2015
infeksi HIV (30.935 jiwa) AIDS (6.373) dan tahun 2016
infeksi HIV (32.711 jiwa) AIDS (7.864 jiwa).3,9
Etiologi
HIV adalah virus retrovirus yang menginfeksi
sistem imn khususnya lymphosite T CD4+ dan
menyebabkan kerusakan progresif pada sel ini.
HIV merupakan anggota genus lentovirus, dan
menunjukkan banyak gambaran fisiokimia
yang merupakan ciri khas famili.1,4
Cara Penularan

Transmisi melalui kontak seksual


Transmisi melalui darah atau produk darah
Transmisi secara vertikal
Transmisi melalui cairan tubuh lain
Patofisiologi
Perjalanan Penyakit
Dalam tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan
DNA sel pasien, sehingga satu kali seorang terinfeksi
HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi. Infeksi HIV
tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala
tertentu. Sebagian memperlihatkan tanda atau gejala
tertentu.. Adapun secara ringkas perjalanan infeksi HIV,
yaitu:4

Fase infeksi akut (Sindroma Retroviral Akut)


Fase infeksi laten
Fase infeksi kronis
Manifestasi Klinis
Menurut WHO, manifestasi klinis pada
penderita HIV/AIDS dibagi menjadi empat
stadium, yaitu : 7,10
Stadium 1 (Asimptomatik) :
Stadium 2 (Sakit Ringan) :
Stadium 3 (Sakit Sedang) :
Stadium 4 (Sakit Berat/AIDS) :
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan penunjang
Tatalaksana
Terapi ARV untuk Ibu hamil
Terapi Anti Retroviral
Terapi ARV untuk Ko-infeksi TB
Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan
oleh HIV/AIDS ialah kejadian infeksi
oportunistik, kanker yang terkait pencetus dari
HIV, seta manifestasi HIV pada berbagai organ
lain.
Prognosis
Pada kasus HIV/AIDS pemberian terapi ARV
kepada ODHA dapat menurunkan penyebaran
Virus Human Immunodefficiency Vius (HIV)
hingga 92%.11

LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Nama : Tn. M
Umur : 37 tahun
Alamat : Jl. manggis
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 24-3-2017
Ruangan : Rajawali Atas
ANAMNESIS
Keluhan utama: Batuk

Riwayat Penyakit Sekarang : Batuk berlendir disertai darah sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu,
pasien juga mengeluh sesak sesaat setelah batuk. Ada demam sejak kurang lebih 2 hari, demam
terus menerus, turun jika diberikan obat penurun panas demam disertai nyeri pada bola mata. Ada
keringat saat malam tanpa adanya aktifitas sedang sampai berat. Pasien mengeluhkan luka di lidah
dan kulit didalam mulut, nyeri menelan sehingga pasien tidak nafsu makan sehingga terjadi
penurun BB sejak kurang lebih 2 bulan terakhir sebanyak > 10 kg. Tidak ada mual dan muntah.
Sering BAK, dan BAK warna seperti teh sejak kurang lebih 5 hari yang lalu. BAB baik. Pasien tidak
memiliki kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan narkoba jarum suntik.

Riwayat Penyakit Terdahulu : Pasien pernah di rawat di RS 2 bulan yang lalu selama 6 hari dengan
keluhan diare selama kurang lebih 1 minggu SMRS.

Riwayat Sosial : Pasien bekerja sebagai pelayan kafe dan diketahui pasien pernah melakukan
hubungan seksual dengan sesama maupun lawan jenis dalam waktu 1 tahun terakhir.

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang memiliki dengan gejala
ataupun kasus yang sama.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum:
Kondisi : Sakit sedang / Composmentis / gizi kurang
BB : 42 kg
TB : 165 cm
IMT : 15,42 kg/m2

Tanda Vital:
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 kali/menit (reguler)
Pernapasan : 28 kali/menit
Suhu axilla : 37.8C

Pemeriksaan Kepala
Kepala : normocephal,
Deformitas : tidak ada
Wajah : tampak lemas, warna normal, edema (-), ruam (-), jejas (-)
Mata
Konjungtiva : anemis (+/+)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : ukuran 3 mm, bulat, isokor
Mulut
Bibir : warna normal, kesan kering
Gigi : susunan normal, karies (-), oklusi (-)
Lidah : bentuk normal, leukoplakia, tremor (-),
Mukosa mulut : lesi (+), stomatitis (+)
Faring : warna merah muda, kesan normal
Tonsil : ukuran T1/T1
Pemeriksaan Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), nyeri tekan (-)
JVP : normal
Massa lain : tidak ada

Pemeriksaan Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Ekspansi dada simetris, bentuk dada normal, frekuensi
napas 28 x/m, pola pernapasan kesan normal.
Palpasi : Ekspansi dada simetris, taktil fremitus simetris kanan =
kiri, nyeri tekan (-).
Perkusi : Bunyi hipersonor di semua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, Ronkhi-/+, Wheezing -/-

Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba di SIC V
Perkusi
Batas jantung atas : SIC II linea sternalis sinistra
Batas jantung kiri : SIC V linea midklavikula sinistra
Batas jantung kanan : SIC V linea sternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung S1/S2 murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, benjolan (-), jejas (-)
Auskultasi : Bunyi peristaltik usus terdengar, frekuensi meningkat
Perkusi : Bunyi timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-). Palpasi lien/hati tidak teraba,
palpasi ginjal tidak teraba
Pemeriksaan Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-/-)
Bawah : Akral hangat, edema (-/-)
Pemeriksaan Laboratorium
TANGGAL 10 FEBRUARI
RBC : 4,6 x 1012/L ( 4.7 6,1)
Hb : 10,2 g/dl (14 - 18)
HCT : 33,7 % (42-52)
MCV : 83.3 fl (80 99)
MCH : 26.2 pg (27 31)
MCHC : 31.5 g/dl (33 37)
WBC : 10.3 x 109/L (4.8 10.8)
PLT : 352 x 109/L (150 450)

TANGGAL 12 FEBRUARI
LED I : 85 mm3/jam (0-10)
LED II : 119 mm3/jam (0-10)
Creatinin : 0,90 mg/dL (0.50-1.20)
Urea : 36 mg/dL (18.0 - 55)
SGOT : 38 u/L (0-35)
SGPT : 17 u/L (0-45)

TANGGAL 18 FEBRUARI
CD4 : 126 sel/l (410-1590)

TANGGAL 20 FEBRUARI
Anti Salmonella Typi IgM : 2 / negatif ( 2 (negatif) )

TANGGAL 22 FEBRUARI
SPUTUM BTA 1 NEGATIF
SPUTUM BTA 2 NEGATIF
SPUTUM BTA 3 NEGATIF
Pemeriksaan Radiologi
Tampak perselubungan homogen pada kedua paru
Cor : dalam batas normal
Sinus tumpul, diafragma baik
Tulang tulang intak
RESUME
Pasien MRS dengan keluhan hemoptoe disertai dyspnea dan keringat malam sejak 2 minggu
yang lalu. Febris tipe kontinyu disertai nyeri retroorbita selama 2 hari SMRS. Leukoplakia. BAK
seperti teh. Riwayat penyakit sebelumnya pasien pernah mengalami diare kronis.
Pada pemeriksaan Fisik didapatkan TD: 110/70 mmHg, N: 84x/Menit, R: 28x/menit, S: 37,8C, pada
lidah leukoplakia, mukosa mulut didapatkan adanya stomatisis serta pada pemeriksaan paru
didapatkan bunyi hipersonor saat dilakukan perkusi serta terdengar ronkhi pada paru kiri saat
dilakukan auskultasi. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan:
RBC : 4,6 x 1012/L ( menurun )
Hb : 10,2 g/dl ( menurun )
HCT : 33,7 % ( menurun)
LED I 3
: 85 mm /jam ( meningkat )
LED II 3
: 119 mm /jam ( meningkat )
SGOT : 38 u/L ( meningkat )
CD4 : 126 sel/l ( menurun )

DIAGNOSIS KERJA
HIV/AIDS dengan infeksi TB + Candidiasis Oral

DIAGNOSIS BANDING
Pneumonia
Meniere disease

PENATALAKSANAAN
IVFD RL + Futrolit (2 : 1) 20 tpm
Cotrimoxazole 1x2 tab
Ambroxol 30 mg 3x1 tab
OAT 1x3 tab
Paracetamol 500 mg 3x1 tab
Nystatin Drips 4x1cc

PROGNOSIS
Dubia ed malam
DISKUSI
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dari kasus diatas mengarah
pada kasus TB paru e.c HIV/AIDS. Pada kasus ini dapat ditegakkan berdasarkan dari hasil hitung
jumlah CD4. Seorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila dengan pemeriksaan laboratorium terbukti
terinfeksi HIV, baik dengan metode pemeriksaan antibodi atau pemeriksaan untuk mendeteksi
adanya virus dalam tubuh. Diagnosis AIDS untuk kepentingan surveilens ditegakkan apabila terjadi
infeksi oportunistik atau limfosit CD4+ 350 sel/mm3.
Diagnosa TB Paru pada pasien ini berdasarkan teori TB paru yang sama dengan keluhan pasien
yaitu, batuk berlendir kadang disertai bercak kecoklatan sampai kemerahan, sesak, keringat malam,
demam dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan penunjang sputum BTA yang dilakukan
sebanyak 3x pada tanggal 20 januari menunjukkan hasil negatif, berdasarkan Penelitian oleh Helena
Huerga dkk pada Performance of the 2007 WHO Alogarithm to Diagnose Smear-Negative
Pulmonary Tuberculosis in a HIV Prevalent Setting menyatakan bahwa pasien infeksi HIV dengan
gambaran foto Thorax dengan sugestif TB, tanda dan gejala khas TB dengan hasil kultur sputum
negatif maka dimulai terapi TB. Pemeriksaan penunjang foto thorax pada pasien ini menunjukkan
gambaran yang tidak khas atau bervariasi berdasarkan pemaparan dari KEMENKES dr. Adria Rusli,
Sp.P pada Koinfeksi HIV&TB (International Standards for Tuberculosis Care) bahwa TB pada infeksi
HIV memiliki gejala sistemik dan dasar diagnostik yang tidak khas, yaitu batuk yang jarang dijumpai,
gambaran foto thorax bervariasi dll.
Pada kasus pasien terebut bahwa pasien sudah
terinfeksi HIV, berdasarkan teori sebelumnya
memperoleh terapi ARV pasien terlebih dahulu diterapi
dengan kotrimoxazol selama 2 minggu sebelum
dimulainya terapi ARV dengan dosis 1x960mg. Namun
dalam kasus ini pasien hanya diberikan terapi
profilaksis dan terapi TB karena pada terapi ARV pada
ODHA disertai infeksi TB paru yang telah mendapatkan
terapi OAT maka perlu ditinjau kembali jumlah CD4 jika
50 cell/mm2 terapi ARV dimulai 2 minggu setelah OAT
dan jika jumlah CD4 >50cell/mm2 terapi ARV dimulai 8
minggu setelah OAT.

You might also like