You are on page 1of 70

Anestesi umum,Anestesi

regional,Anestesi
intravena,anastesi lokalis

DIMAS MUHAMMAD ALMAKAMA


FIAREZA DILAGA
Sejarah

General anestesi dilakukan oleh Crawford Long pada


tahun 1842, dengan memakai anastesi eter
Chloroform diperkenalkan tahun 1847 oleh james
simpson
N2O oleh horace wells
Pendahuluan

Keadaan tidak sadar yang karena obat-obat anestesi yang disertai dgn hilangnya
rasa nyeri di seluruh tubuh bersifatreversibel
Komponen dasar anestesi (Trias Anestesi) :
1. Hipnotik sedatif
2. Analgesia
3. Relaksasi
4. Supresi refleks
Tahapan anestesi :
1. Premedikasi
2. Induksi : masuknya obat anestesi sampai hilangnya kesadaran. Diberikan
secara paranteral atau inhalasi.
3. Maintenance : tahapan anestesi dimana pembedahan dapat berlangsung dgn
baik.
4. Pengakhiran anestesi : diusahakan penderita sadar bila pembedahan selesai.
5. Recovery / pulih sadar
Persiapan pre anestesi

Mengumpulkan data
Menentukan masalah yang ada pada pasien sesuai
data
Melakukan persiapan untuk mencegah penyuit yang
akan terjadi
Menentukan tindakan anestesi
Pemeriksaan fisik

Brain(gcs)
Breath
Blood
Bladder
Bowel
Bone
anamnesis

Riwayat operasi ?
Riwayat penyakit ?(dm, hipertensi,
Hepatitis,penyakit jantung,Tb, asma,
Pemakaian obat tertentu seperti
antidiabetik,antikoagulan,kortikosteroid,
Riwayat diet(kapan makan dan minum terakhir?
Riwayat penyakit keluarga?
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan standar yaitu darah rutin (kadar


hemoglobin, leukosit, bleeding time, clothing time atau
APTT & PPT)
b. Pemeriksaan kadar gula darah puasa
c. Liver function test
d. Renal function test
e. Pemeriksaan foto toraks
f. Pemeriksaan pelengkap atas indikasi seperti gula darah
2 jam post prandial, pemeriksaan EKG
g. Pada operasi besar dan mungkin bermasalah periksa
pula kadar albumin, globulin, elektrolit darah, CT scan,
faal paru, dan faal hemostasis
persiapan pembedahan antara lain :

1. Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang


NGT. Lama puasa pada orang dewasa kira-kira 6-8 jam,
anak-anak 4-6 jam, bayi 2 jam (stop ASI). Pada operasi
darurat, pasien tidak puasa, maka dilakukan
pemasangan NGT untuk dekompresi lambung.
2. Pengosongan kandung kemih.
3. Pemeriksaan fisik ulang
4. Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan
asesori lainnya.
5. Premedikasi secara intramuskular - 1 jam
menjelang operasi atau secara intravena jika diberikan
beberapa menit sebelum operasi.
Intubasi Endotrakeal dengan napas spontan

Intubasi endotrakeal adalah memasukkan pipa (tube) endotrakea (ET= endotrakeal


tube) kedalam trakea melalui oral atau nasal. Indikasi; operasi lama, sulit
mempertahankan airway (operasi di bagian leher dan kepala)

Untuk persiapan induksi sebaiknya kita ingat STATICS:


S = Scope
T = Tubes
A= Airway
T = Tape
I = Introductor
C = Connector
S = Suction
Teknik Intubasi

1. Pastikan semua persiapan dan alat sudah lengkap


2. Induksi sampai tidur, berikan suksinil kolin fasikulasi (+)
3. Bila fasikulasi (-) ventilasi dengan O2 100% selama kira - kira 1
mnt
4. Batang laringoskopi pegang dengan tangan kiri, tangan kanan
mendorong kepala sedikit ekstensi mulut membuka
5. Masukan laringoskop (bilah) mulai dari mulut sebelah kanan, sedikit
demi sedikit, menyelusuri kanan lidah, menggeser lidah kekiri
6. Cari epiglotis tempatkan bilah didepan epiglotis (pada bilah
bengkok) atau angkat epiglotis ( pada bilah lurus )
7. Cari rima glotis ( dapat dengan bantuan asisten menekan trakea dar
luar )
8. Temukan pita suara warnanya putih dan sekitarnya merah
9. Masukan ET melalui rima glottis
10. Hubungkan pangkal ET dengan mesin anestesi dan atau alat bantu
napas ( alat resusitasi )
PREMEDIKASI

Tujuan - pasien tenang, rasa takutnya berkurang -


Mengurangi nyeri/sakit saat anestesi dan
pembedahan - Mengurangi dosis dan efek samping
anestetika - Menambah khasiat anestetika
Cara: - intramuskuler (1 jam sebelum anestesi
dilakukan) - intravena (5-10 menit sebelum anestesi
dilakukan, dosisnya 1/3 1/2 dari dosis
intramuscular)
PROGNOSIS ASA

ASA 1 Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun


sistemik selain penyakit yang akan dioperasi.
- ASA 2 Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan
sampai dengan sedang selain penyakit yang akan
dioperasi. Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol
atau hipertensi ringan
- ASA 3 Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain
penyakit yang akan dioperasi, tetapi belum mengancam
jiwa. Misalnya diabetes mellitus yang tak terkontrol,
asma bronkial, hipertensi tak terkontrol
- ASA 4 Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang
mengancam jiwa selain penyakit yang akan dioperasi.
Misalnya asma bronkial yang berat, koma diabetikum
ASA 5 Pasien dalam kondisi yang sangat jelek
dimana tindakan anestesi mungkin saja dapat
menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh lebih
besar.
Golongan Narkotika - analgetika
- Jenisnya : petidin dan morfin.
- Tujuan: mengurangi rasa nyeri saat pembedahan.
* petidin
- Efek samping: kecemasan, mendepresi pusat nafas, mual-muntah, Vasodilatasi
pembuluh darah hipotensi
- Pethidin diinjeksikan pelan untuk: mengurangi efek samping
*Morfin :
mengurangi kecemasan dan ketegangan karena nyeri
sebelum operasi
menekan TD dan nafas
merangsang otot polos
depresan Sistem saraf pusat
pulih pasca bedah lebih lama
mempunyai efek samping mual muntah dan
penyempitan bronkus
*Fentanyl :
Mempunyai potensi analgesi 75-125 kali morfin
Mempunyai mula kerja yang cepat dan mempunyai
waktu eliminasi yang cepat juga dalam tubuh
Efek terhadap jantung sangat minimal tetapi dapat
terjadi bradi yang dapat di tanggulangi dengan
pemberian sufas atropin
Mempunyai efek samping ketergantungan, euforia,
perlambatan EKG, mual dan muntah
*Obat hipnotik sedatif
golongan benzodiazepin
Mempunyai manfaat yang sangat berguna untuk
premedikasi
Mempunyai efek ansiolisis, sedasi, dan amnesia
Dapat digunakan untuk pasien dengan gangguan
respirasi walapun harus terus dipantau
penggunaannya
Kerja dari benzodiazepine ialah meningkatkan
frekuensi terbukanya kanal klorida sehingga
meningkatkan kerja GABA
Mempunyai efek kardiovaskular yang minimal
Diekskresi di ginjal
Dosis diazepam IV untuk sedasi ialah 0.04-0.2
mg/kgBB
Barbiturat
- menimbulkan sedasi dan menghilangkan
kekhawatiran sebelum operasi
- depresan lemah nafas dan silkulasi
- mual muntah jarang
Barbiturat memiliki efek depresi sistem retikuler
yang merupakan pusat kesadaran
Barbiturat berikatan dengan reseptor GABA, dan
meningkatkan kerja reseptor tersebut dengan
meningkatkan durasi pembukaan kanal klorida
Efek dari barbiturat ialah menurunnya tekanan
darah, meningkatnya denyut jantung, dan depresi
pernafasan
Diekskresi oleh ginjal kecuali untuk methohexital
Dosis dari thiopental 2.5% ialah 3-6mg/kgBB
antikolinergik
Obat-obatan itu berfungsi untuk mencegah
terjadinya efek bradikardi dari obat-obatan
premedikasi lain ataupun obat-obatan anastetik
yang akan digunakan nantinya
- Dapat digunakan sebagai profilaksis ataupun
pengobatan bradikardi
- Efek samping yang ditimbulkan seperti toksisitas
SSP, takikardi (bahaya pada penderita penyakit
jantung), pireksia, midriasis
5-HT antagonis
Obat yang biasanya digunakan adalah ondansetron
untuk mengurangi efek mual muntah dari obat-
obatan anestesi lainnya.
Induksi intravena

* Ketamin
Efek analgesia kuat sekali. Terutama untuk nyeri somatik tetapi tidak untuk nyeri
viseral
Efek hipnotik kurang
Efek relaksasi tidak ada
Refleks pharynx dan larynx masih cukup baik batuk saat anestesi refleks vagal
Disosiasi mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu, halusinasi, gaduh
gelisah, tidak terkendali. Saat pdrt mulai sadar dpt timbul eksitasi
Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek ini dapat
diperkecil dengan pemberian thiopental sebelumnya)
TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat. (akibat
peningkatan aktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor). Cegah dengan
premedikasi opiat, hiosin.
Dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamin. Baik untuk
penderita- penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada anesthesia
umum yang masih ringan
Kerja ketamine ialah menginhibisi neuron
eksitatorik dan sebagai antagonis resptor NMDA
yang kemudian mengurangi hubungan talamus dan
sistem limbik
Meningkatkan curah jantung, denyut jantung, dan
tekanan darah. Dalam dosis yang tinggi dapat
menyebabkan depresi miokardial
Dieksresi oleh ginjal
Dosis berlebihan secara iv depresi napas
Pada anak dapat timbulkan kejang, nistagmus
Meningkatkan kadar glukosa darah + 15%
Pulih sadar kira-kira tercapai antara 10-15 menit
Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi
metabolitnya utuh melalui urin
Ketamin bekerja pada daerah asosiasi korteks otak,
sedang obat lain bekerja pada pusat retikular otak

Indikasi:
Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit,
missal pada koreksi jaringan sikatrik pada daerah leher,
disini untuk melakukan intubasi kadang sukar
Untuk prosedur diagnostik pada bedah saraf/radiologi
(arteriograf).
Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)
Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak
mendepresi fungsi vital. Dapat dipakai untuk induksi
pada pasien syok.
Untuk tindakan operasi kecil
Pasien asma
Kontra Indikasi
hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg
riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)
Dekompensasi kordis
Riwayat kelainan jiwa
*Propofol
Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih seperti susu dengan
bahan pelarut minyak kedelai & postasida telur yang dimurnikan.
Terasa nyeri saat penyuntikan dicampur lidokain 2% +0,5cc dlm
10cc propolol jarang pada anak karena sakit & iritasi pd saat
pemberian
Analgetik tidak kuat
Dapat dipakai sebagai obat induksi dan obat maintenance
Obat setelah diberikan kan didistribusi dengan cepat ke seluruh
tubuh.
Metabolisme di liver dan metabolit tidak aktif dikeluarkan lewat
ginjal.
Saat dipakai untuk induksi juga dapat terjadi hipotensi karena
vasodilatasi dan apnea sejenak
Efek Samping
Bradikardi
Nausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar.
Ekstasi, nyeri lokal pada daerah suntikan
Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung dan
pernapasan
Sebaiknya obat ini tidak diberikan pada penderita
dengan gangguan jalan napas, ginjal, liver, syok
hipovolemik

Anestetik inhalasi

N2O
Halotan
Isofluran
Sevofluran
Obat anestesi inhalasi

1.Halothan/fluothan
Tidak berwarna, mudah menguap
Tidak mudah terbakar/meledak
Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya
Tidak merangsang traktus respiratorius
Depresi nafas
Menghambat salivasi
Nadi cepat, ekskresi air mata
Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup
Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus
Depresi otot jantung aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)
Depresi otot polos pembuluh darah vasodilatasi hipotensi
Vasodilatasi pembuluh darah otak
Sensitisasi jantung terhadap katekolamin
Meningkatkan aktivitas vagal refleks
Pemberian berulang (1-3 bulan) kerusakan
hepar (immune-mediated hepatitis)
Menghambat kontraksi otot rahim
Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil
dimetabolisme tubuh
Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat
maintenance

*Keuntungan
cepat tidur
Tidak merangsang saluran napas
Salivasi tidak banyak
Bersifat Bronkhodilator, merupakan obat pilihan untuk
asma bronkhiale
Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)
Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar
dalam kondisi yang enak

*Kerugian
overdosis
Perlu obat tambahan selama anestesi
Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi
aritmia jantung
Sifat analgetik ringan
Cukup mahal
Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan
2.Nitrogen Oksida (N2O)
gas yang berbau,tidak mudah terbakar dan relatif tidak
larut dalam darah
Analgesik sangat kuat setara morfin
Hipnotik sangat lemah
Tidak ada sifa relaksasi sama sekali
Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2
minimal 25%. Bila murni N2O = depresi dan dilatasi
jantung serta merusak SSP
jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan
salah satu cairan anestetik lain seperti halotan dan
sebagainya.
3.Isofluran
Adalah obat anestesi isomer dari enfluran
Merupakan cairan tak berwarna, berbau tajam, tidak mudah
terbakar, tidak terpengaruh cahaya dan tidak merusak logam
Dalam waktu 7-10 menit biasanya sudah mencapai stadium
pembedahan anastesi
Mempunyai efek bronkodilator tetapi tidak kuat
Mempunyai bau yang tajam sehingga pasien tidak nyaman,
dapat membuat iritasi jalan nafas, menimbulkan depresi
ringan pada jantung dan curah jantungn menurunkan
tekanan darah sistemik

4.Sevofluran
Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, berbau enak,
tidak iritatif, tidak korosif, tidak mudah terbakar dan
stabil terkena cahaya
Induksi dengan sevofluran dapat menimbulkan relaksasi
pada anak
Pada sistem kardiovaskular sedikit menimbulkan depresi
kontraksi jantung
Dapat memicu bronkospasme
Mengurangi aliran darah ke ginjal sehingga dihubungkan
dengan gangguan fungsi ginjal

Obat muscle relaksan

Pada pemberian pastikan penderita dapat diberi


napas buatan
Obat ini membantu pada operasi khusus seperti
operasi perut agar organ abdominal tidak keluar dan
terjadi relaksasi
Terbagi dua: Non depolarisasi, dan depolarisasi
Durasi
Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin
Short (10-15 menit) : mivakurium
Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium
Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium,
pipekuronium, doksakurium, galamin

Efek terhadap kardiovaskuler


tubokurarin , metokurin , mivakurium dan atrakurium :
Hipotensi pelepasan histamin dan (penghambatan ganglion)
pankuronium : menaikkan tekanan darah
suksinilkolin : aritmia jantung
ANESTESI REGIONAL
Definisi hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh
sementara tanpa menghilangkan kesadaran pasien

Pembagian anestesi regional

Blok sentral (blok neuroaksial) blok spinal, epidural


dan kaudal

Blok perifer (blok saraf) anestesi topikal, infiltrasi


lokal, blok lapangan, dan analgesia regional intravena.
1. Anastesi Spinal pemberian obat
anestetik lokal ke dalam ruang
subarachnoid.
Indikasi:

Bedah ekstremitas bawah


Bedah panggul
Tindakan sekitar rektum perineum
Bedah obstetrik-ginekologi
Bedah urologi
Bedah abdomen bawah
Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan dengan
anestesi umum ringan

Kontra indikasi absolut

Pasien menolak
Infeksi pada tempat suntikan
Hipovolemia berat, syok
Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan
Tekanan intrakranial meningkat
Fasilitas resusitasi minim
Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi.
Kontra indikasi relatif

Infeksi sistemik
Infeksi sekitar tempat suntikan

Kelainan neurologis

Kelainan psikis

Bedah lama

Penyakit jantung

Hipovolemia ringan

Nyeri punggung kronik


Teknik anestesi spinal
1. Buat pasien membungkuk maximal agar processus spinosus mudah teraba.
Posisi lain adalah duduk.
Perpotongan antara garis yang menghubungkan
kedua garis Krista iliaka, misal L2-L3, L3-L4,
L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau diatasnya
berisiko trauma terhadap medula spinalis

Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau


alkohol.

Beri anastesi lokal pada tempat


tusukan,misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3ml

Cara tusukan median atau paramedian.


Komplikasi tindakan anestesi spinal

Hipotensi berat
Bradikardia
Hipoventilasi akibat paralisis saraf frenikus atau
hipoperfusi pusat kendali nafas
Trauma pembuluh saraf
Trauma saraf
Mual-muntah
Gangguan pendengaran
Blok spinal tinggi atau spinal total
Komplikasi pasca tindakan

Nyeri tempat suntikan


Nyeri punggung

Nyeri kepala karena kebocoran likuor

Retensio urine

Meningitis
2. Anestesi epidural blokade saraf dengan
menempatkan obat di ruang epidural
Keuntungan epidural dibandingkan spinal
Bisa segmental
Tidak terjadi headache post op
Hipotensi lambat terjadi

Kerugian epidural dibandingkan spinal


Teknik lebih sulit
Jumlah obat anestesi lokal lebih besar
Reaksi sistemis
Komplikasi anestesi / analgesi epidural

Blok tidak merata


Depresi kardiovaskular (hipotensi)
Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)
Mual muntah
3. Anestesi kaudal

Indikasi
Bedah daerah sekitar perineum, anorektal misalnya
hemoroid, fistula paraanal.

Kontra indikasi
Seperti analgesia spinal dan analgesia epidural.
Efek samping Anestesi spinal anestesi spinal total

anestesi epidural yang naik sampai di atas daerah servikal.

Tanda-tanda klinis:

Tangan kesemutan
Lidah kesemutan
Napas berat
Mengantuk kemudian tidak sadar
Bradikardi dan hipotensi berat
Henti napas
Pupil midriasis
Anestesi Lokal

Obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan secara lokal pada
jaringan saraf dengan kadar yang cukup.

Persyaratan obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal:

Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen


Batas keamanan harus lebar
Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat
pada membran mukosa
Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka
waktu yang yang cukup lama
Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil
terhadap pemanasan.
Infiltrasi Lokal
Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan
sekitar tempat lesi

Blok Lapangan (Field Block)


Infiltrasi sekitar lapangan operasi (contoh, untuk
ekstirpasi tumor kecil)

Analgesia Permukaan (Topikal)


Obat analgetika lokal dioles atau disemprot di atas
selaput mukosa
STADIUM ANESTESI

Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter dalam 4 stadium


(stadium III dibagi menjadi 4 plana), yaitu:
Stadium I
Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai
hilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti
perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan
pembedahan ringan, seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar, dapat
dilakukan pada stadium ini.
Stadium II
Stadium II (delirium/eksitasi, hiperrefleksi) dimulai dari hilangnya kesadaran
dan refleks bulu mata sampai pernapasan kembali teratur. Pada stadium
ini terlihat adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak,
pasien tertawa, berteriak, menangis, menyanyi, pernapasan tidak teratur,
kadang-kadang apne dan hiperpnu, tonus otot rangka meningkat,
inkontinensia urin dan alvi, muntah, midriasis, hipertensi serta takikardia.
stadium ini harus cepat dilewati karena dapat menyebabkan kematian.
StadiumIII
Stadium III (pembedahan) dimulai dengan teraturnya
pernapasan sampai pernapasan spontan hilang. StadiumIII
dibagi menjadi 4 plana yaitu:
Plana 1: Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut
seimbang, terjadi gerakan bola mata yang tidak menurut
kehendak pupil miosis, refleks cahaya ada, lakrimasi
meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada dan belum
tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna (tonus otot mulai
menurun).
Plana 2: Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, volume
tidak menurun, frekuensi meningkat, bola mata tidak
bergerak, terfiksasi di tengah, pupil midriasis, refleks cahaya
mulai menurun, relaksasi otot sedang, dan refleks laring
hilang sehingga dapat dikerjakan intubasi.
Plana 3: Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai
paralisis, lakrimasi tidak ada, pupil midriasis dan sentral, refleks
laring dan peritoneum tidak ada, relaksasi otot lurik hampir
sempurna (tonus otot semakin menurun).
Plana 4: Pernapasan tidat teratur oleh perut karena otot interkostal
paralisis total, pupil sangat midriasis; refleks cahaya hilang, refleks
sfingterani dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot lurik
sempurna (tonus otot sangat menurun).
Stadium lV
Stadium IV (paralisis medula oblongata) dimulai dengan melemahnya
pernapasan perut dibanding stadium III plana 4. Pada stadium ini
tekanan darah tak dapat diukur, denyut jantung berhenti, dan
akhimya terjadi kematian. Kelumpuhan pernapasan pada stadium
ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan buatan.
Pemindahan penderita dari kamar operasi

Untuk menentukan kapan pasien yg mendapat


anestesi umum dipindahkan dari kamar operasi
digunakan Aldrette score.
Aldrette score : penilaian pada respirasi, kesadaran,
sirkulasi, aktifitas, dan warna kulit.
Masing-masing mempunyai nilai terendah 0 dan
tertinggi 2. Hasil penjumlah ke-5 faktor tersebut
mempunyai nilai maksimal 10.
Aldrette score 8 dpt dipindahkan ke perawatan.
Untuk pasien rawat jalan setelah mencapai
Aldrette score 10 tidak boleh langsung dipulangkan
tetapi harus menunggu minimal 2 jam. Dlm waktu
ini pasien dapat dilatih duduk, turun, jalan dan
minum secara bertahap.
Dalam perjalan pulang, pasien tidak boleh
mengemudikan kendaraan sendiri dan tidak boleh
pulang sendirian tetapi harus ditemani org dewasa.
Aldrete Score
Nilai Warna
Merah muda, 2
Pucat, 1
Sianosis, 0

Pernapasan
Dapat bernapas dalam dan batuk, 2
Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1
Apnoea atau obstruksi, 0

Sirkulasi
Tekanan darah menyimpang <20% dari normal, 2
Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal, 1
Tekanan darah menyimpang >50% dari normal, 0
Kesadaran
Sadar, siaga dan orientasi, 2
Bangun namun cepat kembali tertidur, 1
Tidak berespons, 0

Aktivitas
Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2
Dua ekstremitas dapat digerakkan,1
Tidak bergerak, 0
Jika jumlahnya > 8, penderita dapat dipindahkan ke
ruangan
Steward Score (anak-anak)
Pergerakan
Gerak bertujuan 2
Gerak tak bertujuan 1
Tidak bergerak 0

Pernafasan
Batuk, menangis 2
Pertahankan jalan nafas 1
Perlu bantuan 0

Kesadaran
Menangis 2
Bereaksi terhadap rangsangan 1
Tidak bereaksi 0
Jika jumlah > 5, penderita dapat dipindahkan ke ruangan
DAFTAR PUSTAKA
Morgan GE, Mikhail SM, Murray JM. Nonvolatile
Anesthetic Agent in: Clinical Anesthesiology. 4th ed.
New York: McGraw-Hill Company; 2006.
Ezekiel MR. Handbook of Anesthesiology. Ed 2004-
2005. California: Current Clinical Strategies
Publishing.
Lippincotts Illustrated reviews. Inhalation
Anesthetic. 4thEdition.Wolters Kluwer,2009.

You might also like