You are on page 1of 23

Haisyah 160020110011016

Wiwid Sukamto 160020110011024


HAISYAH WIWID SUKAMTO
160020110011016 160020110011024
PERPAJAKAN INTERNASIONAL

 Pengertian Pajak Internaional


Brian J. Arnold (Internasioanl Tax Primer, 1995) :
“ … the international aspects of income tax law of particular
countries”.

IBFD International Tax Glossary 5th Ed, 2005 :


Internatioanl Taxation : “ tradiotionally refers to treaty provision
relieving international double taxation. In broader terms, it includes
domestic legislation covering foreign income of residents
(worldwide income) and domestic income of residents”.

Pengertian umum pajak internasional :


 Setiap aspek internasional (lintas negara/judiriksi)
 Dalam ketentuan-ketentuan domestik suatu negara (khususnya tentang
pajak atas penghasilan)
AZAS-AZAS PERPAJAKAN DAN TIMBULNYA
PAJAK BERGANDA INTERNASIONAL

 Azas penduduk / Azas domisili


pengenaan pajak kepada resident atas seluruh penghasilan
dan kepada non-residents atas penghasilan yang bersumber
dari negara itu.

 Azas sumber
pengenaan pajak atas penghasilan yang bersumber dari
negara itu tanpa memandang dari status Subjek Pajak dari si
penerima penghasilan.

 Azas kewarnegaraan
pengenaan pajak berdasarkan status kewarganegaraan.
DOUBLE TAXATION - WHAT ?

Juridical Double
Taxation Economical
Double taxation
JURIDICAL DOUBLE TAXATION

Definisi dari perpajakan berganda secara yuridis menurut


Commentary Pasal 1 OECD Model :
“International juridical doule taxation can be generally defined
as the imposition of comparable taxes in two (or more) States
on the same subject matter and for identical periods”.

Elemen-elemen :
 Dikenakan pajak sebandinmg
 Lebih dari satu negara
 Pada wp yang sama
 Terkait dengan penghasilan dan modal yang sama
 Pada periode yang sama
ILUSTRASI - JURIDICAL DOUBLE TAXATION

Investor

Negara A

Negara B Dividen: EUR 1.050.000


PPh Pemotongan

B-Co
ECONOMICAL DOUBLE TAXATION

Definisi dari perpajakan berganda secara ekonomis menurut


Commentary Pasal 1 OECD Model :
“Economical double taxation, i.e where two different persons
are taxable in respect of the same income or capital”.

Elemen-elemen :
 Penghasilan dan modal yang sama
 Lebih dari satu negara
 Pada wp yang berbeda
 Dipajaki sebanding
 Pada periode yang sama
ILUSTRASI - ECONOMICAL DOUBLE TAXATION

Investor

Negara A PKP: EUR 1.050.000

Negara B Dividen: EUR 1.050.000


PKP: EUR 1.500.000
Tarif PPh: 30%
(EUR 450.000)
B-Co
KONSEP ANTI TAX AVOIDANCE

Menurut Arnold, tax avoidance atau penghindaran pajak berarti


transaksi atau pengaturan yang dilakukan oleh wp untuk
meminimlaisir jumlah pajak terutang secara sah.

Kategori Pembeda Tax Evasion Tax Avoidance Tax Planning

Perilaku Hukum Ilegal Legal Legal

Konsekuensi Kewajiban pajak, Kewajiban pajak Tidak ada


Hukum sanksi pajak dan kewajiban pajak
hukuman penjara dan tidak ada
sanksi
Sudut Pandang Menolak Menolak Menerima
Pemerintah
KONSEP ANTI TAX AVOIDANCE

Dalam menghadapi skema-skema unacceptable tax avoidance


atau aggressive tax planning, umumnya suatu negara
menerbitkan ketentuan pencegahan penghindaran pajak yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan
sebagai berikut :

1. Specific Anti Avoidance Rule (SAAR), yaitu ketentuan anti


penghindaran pajak yang bersifat khusus untuk mencegah
suatu skema transaksi penghindaran pajak teretntu seperti
transfer pricing, thin capitaliation, treaty shopping, dan CFC.
2. General Anti Avoidance Rule (GAAR), yaitu ketentuan anti
penghindaran pajak yang bersifat umum untuk mencegah
transaksi semata-mata dilakukan oleh subjek pajak untuk
tujuan penghindaran pajak atau transaksi yang tidak
mempunyai substansi bisnis.
THIN CAPITALIZATION

Pengertian:
Suatu perusahaan disebut thinly capitalized apabila
terdapat perbandingan yang tinggi antara modal hutang
(debt capital) dan modal ekuitas (equity capital).
Kriteria yang umumnya diterapkan untuk menyebut
suatu perusahaan sebagai thinly capitalized adalah rasio
capital gear, leverage, atau DER.

(Diterjemahkan dari IBFD International Tax Glossary, 2005)


12
THIN CAPITALIZATION
Pasal 18 ayat (1) UU PPh:
Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan keputusan mengenai
besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan untuk
keperluan penghitungan pajak berdasarkan Undang‐undang ini.

Pasal 18 ayat (3) UU PPh:


Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya
penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal
untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai
dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh
hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga
antara pihak yang independen, metode harga penjualan kembali, metode
biaya‐plus, atau metode lainnya.
CONTROLLED FOREIGN COMPANY

Pengertian:
CFC Rules adalah ketentuan pencegahan atas
penghindaran pajak yang dilakukan oleh WP dalam
negeri yang melakukan pengalihan penghasilan ke
perusahaan terkendali yang berada di negara-negara
yang mengenakan pajak rendah atau tidak
mengenakan pajak.

(Diterjemahkan dari IBFD International Tax Glossary, 2005)

14
CONTROLLED FOREIGN COMPANY

Pasal 18 ayat (2) UU PPh:


Menteri Keuangan berwenang menetapkan saat diperolehnya
dividen oleh Wajib Pajak dalam negeri atas penyertaan modal pada
badan usaha di luar negeri selain badan usaha yang menjual
sahamnya di bursa efek, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. besarnya penyertaan modal Wajib Pajak dalam negeri tersebut
paling rendah 50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang
disetor; atau
b. secara bersama‐sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya
memiliki penyertaan modal paling rendah 50% (lima puluh
persen) dari jumlah saham yang disetor.

Peraturan pelaksanaan: PMK No.256/PMK.03/2008


TREATY ABUSE (TREATY SHOPPING)

Pengertian:
Situasi dimana seseorang yang tidak berhak atas
manfaat tax treaty, namun menggunakan individu lain
atau badan hukum lain sehingga dapat memperoleh
manfaat tax treaty yang tidak tersedia secara langsung.

(Diterjemahkan dari IBFD International Tax Glossary, 2005)

16
PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA
Definisi:
 Menurut DepKeu, Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) adalah perjanjian internasional di
bidang perpajakan antar kedua negara guna
menghindari pemajakan ganda agar tidak
menghambat perekonomian kedua negara dengan
prinsip saling menguntungkan antar kedua negara
dan dilaksanakan oleh penduduk antar kedua negara
yang terlibat dalam perjanjian tersebut.
PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA
Tujuan:

Tidak terjadi pemajakan berganda yang memberatkan ikim dunia usaha

Peningkatan investasi modal dari luar negeri ke dalam negeri

Peningkatan sumber daya manusia;

Pertukaran informasi guna mencegah pengelakan pajak

Kedudukan yang setara dalam hal pemajakan antar kedua negara


TRANSFER PRICING

Perspektif • Suatu kebijakan harga dalam transaksi


yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
Perpajakan mempunyai hubungan istimewa

• Setiap harga yang ditetapkan oleh wajib


Arnold pajak pada saat menjual, membeli, atau
membagi sumber daya dengan afiliasinya

Norma Arm’s Length Principle: suatu transaksi antara pihak-


pihak yang memiliki hubungan istimewa dianggap wajar apabila
masing-masing pihak yang bertransaksi berperilaku selayaknya
pihak-pihak yang independen
KETENTUAN TERKAIT TRANSFER PRICING

Pasal 9 P3B Indonesia dengan Negara Mitra P3B

Pasal 18 ayat 2 dan 4 UU PPh no. 36/2008

PER-32/PJ/2011 tentang penerapan prinsip kewajaran dan kelaziiman usaha dalam


transaksi antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa

PER-22/PJ/2013 tentang petunjuk teknis pemeriksaan terhadap wajib pajak yang


mempunyai hubungan istimewa

PER-69/PJ/2010 tentang kesepakatan harga transfer

PER-48/PJ/2010 tentang tata cara pelaksanaan prosedur persetujuan bersama berdasarkan


persetujuan penghindaran pajak berganda
CONTOH SOAL TRANSFER PRICING
Pusat perusahaan (Head Office) di luar negeri dari bentuk usaha
tetap (BUT) di Indonesia sering mengalokasikan biaya
administrasi dan umum (Overhead cost) kepada BUT tersebut.
Biaya yang dialokasikan tersebut antara lain adalah:
(i) Biaya training karyawan BUT di Indonesia yang diadakan kantor
pusat di luar negeri;
(ii) Biaya perjalanan dinas direksi kantor pusat tersebut ke masing-
masing BUT;
(iii) Biaya administrasi/manajemen lainnya dari kantor pusat yang
merupakan biaya penyelenggaraan perusahaan; dan
(iv) Biaya riset dan pengembangan yang dikeluarkan kantor pusat.
PERLAKUAN PERPAJAKANNYA :
- Alokasi biaya-biaya tersebut di atas diperbolehkan sepanjang sebanding
dengan manfaat yang diperoleh masing-masing BUT dan bukan
merupakan duplikasi biaya.
- Biaya kantor pusat yang boleh dialokasikan kepada BUT tidak termasuk
bunga atas penggunaan dana kantor pusat, kecuali untuk jenis usaha
perbankan, dan royalti/sewa atas harta kantor pusat.
- Dalam hal berlaku perjanjian penghindaran pajak berganda maka
pengalokasian biaya kantor pusat, kepada BUT adalah seperti yang
diatur dalam perjanjian tersebut.
- Kewajaran biaya training di atas dapat diuji dengan membandingkan
jumlah biaya training yang sama atau sejenis, yang diselenggarakan
oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa.
- Untuk biaya lainnya, maka besarnya biaya yang dapat dialokasikan
dihitung ber dasar faktor-faktor tertentu yang dapat mencerminkan
dengan baik proporsi manfaat yang diterimanya, misalnya perbandingan
jumlah peredaran.
TERIMA KASIH

You might also like