You are on page 1of 89

BST

MAHKOTA PASAK & GIGI TIRUAN CEKAT


(GTC )

Annisa Permatasari
4251131413
IDENTITAS PASIEN

Nama : N (P)
Usia : 20 tahun
Tgl pemeriksaan : 5 juni 2017
Alamat : Padalarang
No. telp : 081394923376
Agama : Islam
Status pernikahan : Belum menikah
Pekerjaan : Mahasiswi
Pendidikan : SMA
ANAMNESIS

Os mengeluhkan gigi depan atas kiri hilang karena pencabutan sisa akar 1 bulan yang lalu,
os merasa tidak nyaman denmgan keadaan tersebut karena sangat mengganggu penampilan.
Os ingin dibuatkan gigi tiruan pada gigi yang hilang, dan gigi tiruan tersebut yang
permanen tidak bisa dilepas pasang.
ANAMNESIS

Riwayat penyakit dental :


± 1 bulan yang lalu telah dilakukan pencabutan sisa akar gigi 21
± 2 bulan yl telah dilakukan tindakan perawatan saluran akar pada gigi 11
Riwayat penyakit sistemik : disangkal
Riwayat penyakit terdahulu : disangkal
Riwayat keluarga : disangkal
Kebiasaan membersihkan gigi : 2x sehari
Kebiasan buruk :-
Tipe pasien : filosofikal
PEMERIKSAAN PASIEN

Kondisi umum dan tanda vital  dbn


Pemeriksaan ekstra oral
Kepala : Lonjong
Wajah : Lonjong
Profil : Cembung
Mata : Simetris
Hidung : Normal
Bibir : Normal
Pembesaran kelenjar : (-) teraba, (-) nyeri
TMJ : TAK
PEMERIKSAAN PASIEN

Pemeriksaan intra oral


Ukuran lengkung : sedang (RA&RB)
Bentuk lengkung : lonjong (RA&RB)
Bentuk linggir : bulbous (RA)
Kedalaman vestibulum : sedang (Ra)
Tahanan jaringan : sedang
Hubungan horisontal RA-RB : normal
PEMERIKSAAN PASIEN

Pemeriksaan intra oral


Torus : (-) RA& (-) RB
Bentuk palatum : U, tinggi
Palatum lunak : Kelas I, aktif
Frenulum labialis : dbn (RA&RB)
Frenulum bukalis : dbn (RA&RB)
Frenulum lingualis : dbn
PEMERIKSAAN PASIEN

Pemeriksaan intra oral


Kebersihan mulut : sedang
Ludah : Jumlah → normal
Konsistensi → normal
Refleks muntah : normal
Analisis model studi
Perhitungan pontik space / span
Perhitungan lebar gigi dan lebar rahang yang tersedia
Pengukuran lebar gigi :
Daerah edentulous : 8 mm
Gigi 11 : 8 mm
STATUS GIGI

±
Foto Intra Oral Foto Rontgen
Pre-endo Post-endo
RENCANA PERAWATAN
1. Mouth preparation
- Scalling RA dan RB
- Penambalan pada gigi 16,26,47
2. Alternatif perawatan yang dapat direncanakan:
a. Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan pada gigi 21  rencana perawatan paling awal
untuk tetap menjaga estetik pasien , sebelum perawatan gigi tiruan cekat
b. Pembuatan jembatan kantilever gigi 21
c. Pembuatan implan pada gigi 21
d. Pembuatan Mahkota Pasak pada gigi 11
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
DESAIN GTSL
• Missing teeth : Gigi 21
• Klasifikasi : keneddy kelas IV
• Support : Tkombinasi ( mukosa and tooth support )
• Retensi :
- direct retainer : c-clasp di gigi 14 dan 24  arah
cangkolan distal-mesial
- Indirect retainer:
perluasan landasan sampai 1/3 servikal
Perluasan landasan dibagian labial
• Stabilisasi :
• F1 : distal gigi 14 ke distal gigi 24
POLA PERENCANAAN GIGI TIRUAN CEKAT

• Pembuatan jembatan desain fixed-fixed bridge sebanyak tiga unit


• Abutment : mahkota penuh pada gigi 11 dan 12
• Pontic : gigi 21
• Bentuk pontik : full crown (PFM)
• Akhiran pontik : modified ridge lap pontik
- Baik secara estetik
- Direkomendasikan pada gigi anterior, premolar, dan beberapa
gigi molar maksila
- Diindikasikan pada regio yang memperhatikan masalah estetik
Abutment pontic root ratio: 1:1  Hk. Ante
MAHKOTA PASAK GIGI 11
FOTO RONTGEN

Pre-endo Post-endo
PASAK

Memberikan kekuatan pada gigi dengan beberapa tipe stabilisasi yg melekatkan restorasi tsb pada
sisa jaringan gigi  didapat dengan menggunakan pasak dan inti, serta mahkota sebagai struktur
penunjang sehingga didapatkan stabilisasi mahkota - akar yang baik

Inti berpasak :
1. Pasak (post, dowel)
2. Inti (core)
• Indikasi
• Mahkota gigi post perawatan endodontik yg mengalami kerusakan tetapi tidak
dapat direstorasi dengan inlay, resin akrilik, mahkota ¾. Selain itu dapat
dilakukan untuk memperbaiki posisi gigi pada perawatan orthodonti atau untuk
abutment bridge
• Kehilangan mahkota pasca perawatan endodontik
• Kontra Indikasi
• Kasus close bite/ cervikal bite, akar gigi yg terlalu pendek atau tipis, kesehatan
umum yg buruk, kesehatan mulut yg buruk dan juga bad oral habit
• Mahkota asli masih memiliki estetik yang baik
• Pengisian saluran akar yang tidak sempurna
Syarat-syarat ideal suatu pasak
1. Memberi perlindungan maksimal terhadap akar untuk menahan terjadinya fraktur
2. Dapat memberi retensi yg maksimal terhadap inti dan mahkota
3. Tidak terdapat peradangan pada jaringan periapikal
4. Jaringan pendukung yang sehat
5. Gigi tidak mobility, tidak terjadi resorbsi vertikal maupun horisontal
6. Jaringan padat, keras dan dinding saluran akar cukup tebal
7. Pengisian saluran akar yang baik (hermetis )
8. Mudah diaplikasikan, Cukup kuat, biokompatibel dan estetik
9. Mudah dilihat pada ro foto
10. Mudah dilepas jika diperlukan
Custom Dibuat sesuai bentuk
saluran akar

Pasak

1. Logam
2. Serat karbon
Prefabricated
3. Ceramic
(Laboratory)
4. Serat kaca
5. Plastik
DESAIN PREPARASI PASAK (PADA KASUS)

1. Sebagian mahkota masih dapat dipertahankan  ferrule


2. Akhiran labial berbentuk shoulder
3. Akhiran lingual/palatal berbentuk chamfer
4. Bentuk ini cocok untuk mendukung mahkota porselen fused to metal
TATALAKSANA KLINIS

1. Isolasi daerah kerja (tissue management)


2. Tumpatan sementara pada mahkota diambil
3. Pemilihan warna gigi
4. Preparasi bagian mahkota:
TATALAKSANA KLINIS

a. Bagian bukal
Menggunakan bur fisur diamond bagian bukal dikurangi sedalam 1,2 mm dengan
membentuk akhiran berbentuk shoulder
b. Bagian lingual
Dikurangi sedalam 1 mm dengan membentuk akhiran berbentuk chamfer
c. Bagian mesial dan distal
Pengurangan permukaan mesial dan distal sebanyak 0,5mm. Permukaan dinding lurus sampai
ke permukaan gusi  retensi gesekan.
TATALAKSANA KLINIS

d. Menghaluskan permukaan bukal, lingual, mesial, dan distal dengan

menggunakan bur final tapered diamond diameter 1,2 mm atau bur fine-grit

diamond / carbide
TATALAKSANA KLINIS

4. Pengambilan guttapercha
Pengambilan guttapercha dalam saluran akar menggunakan Peeso reamer, sebanyak
2/3 bagian koronal akar saluran akar, sedangkan gutta percha 1/3 bagian apikal tetap
dipertahankan.

5. Preparasi bagian saluran akar


• Preparasi saluran akar dirintis terlebih dahulu dengan bor bulat berdiameter 0.9,
1.0 atau 1.2 mm bergantung pada besarnya garis tengah dengan meninggalkan
1/3 guttapercha sebagai penutup ujung apikal.
TATALAKSANA KLINIS

• Preparasi pasak dengan bur fisur berdiameter 1.50, 1.70, 2.00 mm, saluran
dilurus/ratakan dan dibesarkan sehingga penampangnya berbentuk oval
• Diameter saluran akar dibuat kurang lebih 1/3 dari ukuran penampang permukaan
akar. Dalamnya saluran akar adalah 2/3 dari panjang akar atau sedikitnya sama
dengan panjang mahkota asli yang diganti
TATALAKSANA KLINIS

6. Besarkan saluran akar, dengan penampang:

• Bentuk oval labiolingual tidak boleh bulat karena dapat berotasi

• Diameter saluran akar 1/3 dan diameter akar

• Dinding dentin cukup tebal supaya tidak fraktur

• Membentuk preparasi saluran akar yang mengerucut dan bentuk elips

menggunakan peeso reamer


TATALAKSANA KLINIS
7. Cek preparasi dengan peri compound yg telah dilekatkan pada kawat dalam saluran akar, lihat

kehalusan preparasi saluran akar

8. Pembuatan pola lilin untuk pasak dan inti


Direk
a. Inlay wax dipanaskan, ditekan sehingga berbentuk kerucut, dalam keadaan lunak dimasukkan ke dalam
preparasi pasak yg telah dibasahi dengan akuades dan dipadatkan dengan alat berujung tumpul sampai
memenuhi seluruh preparasi pasak
b. Sebatang kawat bekas potongan dari paper clips 2-2.5 cm yang dipanasi ujungnya di atas nyala api,
kemudian ditekankan masuk ke dalam lilin di saluran akar setelah lilin keras, pola dapat ditarik keluar
untuk diperiksa dan dikoreksi
TATALAKSANA KLINIS
TATALAKSANA KLINIS

Indirek
a. Potong kawat sepanjang panjang kerja dan bentuk seperti huruf J
b. Pastikan kawat dapat keluar masuk saluran akar tanpa hambatan
c. Masukkan bahan cetak elastomer ke dalam saluran akar dengan syringe
kemudian masukkan kawat sesuai panjang kerja
d. Dilakukan pencetakan dengan bahan cetak elastomer dengan kawat yang
masih di saluran akar, setelah megeras angkat tray kemudian cor sehingga
didapatkan model kerja
e. Lakukan step seperti direk
TATALAKSANA KLINIS
TATALAKSANA KLINIS

9. Setelah model baik, maka model tersebut dipendam dan dicor dengan logam
10. Pembuatan bahan pasak dan mahkota sementara yang direkatkan dengan semen
fletcher
TATALAKSANA KLINIS
TATALAKSANA KLINIS

11. Try in inti-pasak


a. Mahkota sementara dilepas dan semen fletcher di buang dari saluran akar
b. Inti pasak coba dimasukkan ke dalam preparasi saluran akar. Kemudian
periksa retensi dan adaptasi
c. Kelebihan coran logam dipotong dengan separating disc
d. Inti pasak disemenkan dengan menggunakan semen fosfat
e. Hubungan tepi inti dengan sisa mahkota diperiksa
TATALAKSANAKLINIS
Tatalaksanaan Klinis

14. Pembuatan escape-vent pada


pasak untuk meringankan
tekanan balik saat pasak
dimasukkan ke dalam saluran
akar
Tatalaksanaan Klinis

15. Try in mahkota penuh, dilihat:


• Ada/tidaknya traumatik oklusi
• Bentuk, adaptasi, kontak tetangga / titik kontak
• Retensi, warna, dan estetika
16. Preparasi dibersihkan dengan larutan chlorhexidine. Lakukan sementasi dengan
menggunakan semen resin
17. Instruksikan pada pasien untuk mengunyah di kedua sisi → menghindari
gerakan mengungkit → fraktur gigi
BASIC SCIENCE GTC
GIGI TIRUAN CEKAT

Gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut yang menggantikan
satu atau beberapa gigi yang hilang dan tidak dapat dilepas dengan mudah, baik
oleh pasien maupun operator. Restorasi dilekatkan secara permanen pada gigi
asli yang merupakan pendukung utama dari restorasi tersebut.
Komponen-komponen GTC
Syarat gigi abutment
• Panjang dan bentuk mahkota
• Rasio mahkota : akar
• Konfigurasi akar
• Kesehatan jaringan periodontal
• Tidak ada mobility
• Inklinasi / kemiringan aksial gigi  Poros abutment (inklinasi) harus tegak
dan paralel antar abutment, apabila ada kemiringan tidak boleh lebih dari
250
• Gigi yang vital lebih baik dari pada non vital
• Luas ligamen periodontal  Hukum. Ante
“ Luas permukaan jaringan periodontium gigi penyangga harus sama atau lebih besar
dari luas permukaan gigi yang hilang atau digantikan”
• LPD abutment harus sehat
• Kegoyangan gigi:
• Miller 0  ideal
• Miller 1  memuaskan
• Miller 2  harus dicari tahu penyebabnya
• Miller 3  tdk dapat dijadikan abutment
• Ratio Mahkota:Akar
• 1:2  ideal
• 1:1,5  memuaskan
• 1:1  minimal
Luas Permukaan Akar Gigi
Retainer
Tipe2 retainer :
Ekstrakorona Retainer dowel

Intrakorona
Pontik
• Prinsip desain:
• Cleansability  yg berhadapan dgn saddle
• Halus
• Dapat dibersihkan dgn mudah
• Dipoles atau di-glazing sebaik mungkin
• Embrasure
• Appearance
• Visible
• Tooth-like
• Strenght
• Mampu menahan beban oklusal
Desain pontik
Macam-macam desain gigi tiruan cekat:

1. Fixed-fixed bridge 2. Semi Fixed bridge 3. Spring Bridge

4. Cantilever Bridge 5. Compound Bridge 6. Adhesive Bridge


Fixed-fixed Bridge

Semua komponen digabungkan secara rigid, dengan cara penyolderan setiap unit
individual bersama atau menggunakan satu kali pengecoran. Memiliki dua atau lebih
gigi penyangga. GTC tipe ini menghasilkan kekuatan dan stabilitas yang sangat baik
dan juga mendistribusikan tekanan lebih merata pada restorasi. Serta memberikan
efek splinting yang sangat baik.
Fixed-fixed Bridge
• Indikasi :
• Penggantian 1 – 3 gigi yang saling bersebelahan
• Pasien yang punya tekanan kunyah normal – kuat
• Gigi penyangga tidak terlalu besar
• Gigi penyangga dengan mobility gr 1 dengan keadaan periodontal normal
• Kontra-Indikasi :
• Pontics/span yang terlalu panjang
• Gigi penyangga memiliki kelainan periodontal atau karies esktensif
• Pasien yang masih muda dengan ruang pulpa besar.
• Keuntungan :
• Memiliki indikasi terluas dari semua jenis GTC
• Punya efek splinting terbaik dan karenanya sering digunakan sebagai
perawatan penunjang periodontal.
• Kerugian :
• Jika span terlalu panjang terjadi resiko adanya gaya ungkit/bent/efek flexural.
Hal ini terjadi pada saat makan, bolus makanan berada baik di gigi penyangga
atau berada di tengah span/pontik.
Mahkota Gigi Tiruan
• Full veneer crown
- All porcelain
- All metal
- Porcelain fused to metal
Porcelain fused to metal
Mahkota tiruan penuh yang terbuat dari logam sebagai ( coping / backing )
yang dilapisi porselen sebagai facing
Mekanisme pengikatan porselen dan logam
• Ikatan mekanis
• Gaya kompresi
• Gaya Van der Waals
• Ikatan Kimia
Indikasi :
- Gigi yang memerlukan coverage secara komplit dan memerlukan estetik
- Gigi dengan kebutuhan estetik, tetapi juga butuh kekuatan restorasi
- Ukuran gigi normal
- Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar
Kontraindikasi :
- Untuk gigi tiruan cekat  dengan keadaan pasien karies aktif atau dengan
penyakit periodontal yang tdk dirawat
- Kamar pulpa yang besar, karena memiliki resiko tinggi pulpa menjadi
terkespos
Prosedur Perawatan
TATA LAKSANA KLINIS JEMBATAN

Tahap I

Membuat cetakan studi model


Sendok cetak : perforated stock tray no.1
Bahan cetak : hidocoloid irreversibel
Metode mencetak : mucostatik

Pembuatan catatan gigitan


Mendapatkan hubungan dari model RA & RB  didapatkan
oklusi yang stabil (oklusi sentris). Catatan gigit dibuat dengan
menggunakan bite registration paste/bitewax.
TATA LAKSANA KLINIS JEMBATAN

(Pemilihan warna gigi)

Pemilihan warna gigi harus sesuai dengan warna gigi tetangga


dengan bantuan pedoman warna (shade guide)  3M untuk
menentukan value (tingkat warna gelap ke terang),
chroma(kepekatan warna), dan hue (merah atau kuning)
TATA LAKSANA KLINIS JEMBATAN

Tahap II (Preparasi abutment gigi 22)

 Anestesi infiltrasi labial dan palatal agar tidak terasa ngilu saat preparasi

 Pehacain merupakan golongan amida yang berguna untuk infiltrasi dan


memblok syaraf. Pehacain mempunyai efek yang ditimbulkan lebih cepat,
kuat, lama, dan lebih ekstensif dibandingkan anestesi lokal lainnya.
TATA LAKSANA KLINIS JEMBATAN

 Retraksi gingiva sebelum preparasi dilakukan agar tidak


mengenai gingiva dan menimbulkan luka. Tindakan ini akan
menarik/memisahkan sementara free gingiva pada gigi yang
akan dipreparasi
 Bahan kimia yang digunakan dapat berupa adrenalin atau
epinephrin 8%
 Benang yang biasa digunakan adalah benang serat kapas yang
dipintal
TATA LAKSANA KLINIS JEMBATAN

Cara Retraksi gingiva:


1. Daerah preparasi keringkan
2. Benang direndam dengan bahan kimia selama 2 menit
3. Potong benang 5 cm seperti U
4. Tempatkan melingkar pada gigi penyangga
5. Tekan benang ke dalam celah gusi dengan plastis instrumen
6. Penekanan dimulai dari mesio-proksimal ke palatal sampai ke
distal kembali ke permukaan bukal sampai mesio-proksimal
7. Potong kelebihan benang
TATA LAKSANA KLINIS JEMBATAN
Bur tungsten carbide bentuk
(LANJUTAN) Pengurangan insisal bagian
fisur yang berujung datar bukal sedalam kurang lebih
diameter 0,6 – 1 mm 0,6 – 1 mm

Setelah dikurangi, membuat


3 groove dgn kedalaman 0,6
– 1 mm di insisal edge  di
preparasi sedalam groove yg
dibuat

Pengurangan labial secara bertahap, mesial Buatlah shoulder bersamaan


dulu atau distal dulu  salah satu dijadikan dengan pengurangan bidang
patokan awal labial dari mesial-distal.
Shoulder dibuat dengan lebar
0- 0,1 mm
Menggunakan flat end
tapered diamond bur atau
torpedo diamond bur
TATA LAKSANA KLINIS JEMBATAN
(LANJUTAN)
Bidang Proksimal
• Pengurangan menggunakan bidang proksimal (mesial dan distal) dengan
menggunakan long thin diamond bur sbnyak 0,3mm kemiringan 60
• Menggunakan bur taper ujung runcing
Palatal
• Buat groove pada bidang lingual bagian insisial dan servikal seperti
membuat groove pada bidang fasial/labial, dengan kedalaman preparasi 0-
1 mm  flat end diamond bur
• Preparasi bidang palatal/lingual dengan menggunakan football-shaped
atau wheel diamond bur.
Finisihing
• Gunakan gunakan torpedo fine-finishing diamond bur untuk menghaluskan
permukaan gigi yang telah dipreparasi
• Gunakan flat end finishing bur untuk menghaluskan permukaan gigi yang
telah dipreparasi
• Cek kehalusan permukaan gigi sonde
TATA LAKSANA KLINIS JEMBATAN
(LANJUTAN)
TATA LAKSANA KLINIS JEMBATAN
TATA LAKSANA KLINIS JEMBATAN

Tahap III (Pengecekan hasil preparasi)

- Pengerucutan preparasi dinding aksial 5-6 derajat


• Sudut > 6 derajat makin mudah lepas
• Sudut < 5 pada waktu penyemenan semen tidak dapat keluar
- Pengecekan sudut preparasi dilihat dengan 1 mata
- Pengecekan preparasi dilakukan dengan menggunakan
pericompound
TATA LAKSANA KLINIS JEMBATAN

Tahap IV (Retraksi gingiva setelah preparasi)

Retraksi gingiva dilakukan kembali sebelum dilakukan pencetakan


dengan tujuan mendapatkan tepi preparasi servikal yang jelas.
TATA LAKSANA KLINIS JEMBATAN

Tahap V (Mencetak gigi setelah preparasi  model kerja)

Bahan cetak yang digunakan adalah bahan cetak double


impression dengan tenik one stage (direct)  putty, katalis, body
Cetakkan kedalam mulut pasien  cor dengan dental stone
Mahkota Provisional
Tahap VII (Mahkota sementara)

Setelah preparasi selesai dipasangkan mahkota sementara pada


pasien. Selanjutnya lakukan wax up pada model kerja untuk
proses bridge, kemudian dilakukan pemilihan warna gigi yang
sesuai dengan gigi asli. Syarat mahkota sementara, yaitu:
1. Pelindungan pulpa
2. Stabilitas kedudukan
3. Fungsi oklusal
4. Mudah dibersihkan
5. Tepi retainer tepat (tidak menyebabkan peradangan mukosa)
6. Kekuatan dan retensi
7. Estetis (terutama pada gigi depan)
Mahkota Provisional

Bahan yang digunakan: ethil metacrylate, epimine resin, methyl


metacrilate

Cara pembuatan jembatan sementara secara direct:


1. Cetak gigi yang akan dipreparasi
2. Preparasi gigi abutment
3. Cetak gigi setelah dipreparasi
4. Olesi gigi dengan vaselin
5. Isi cetakan alginat pertama dengan self curing akrilik
6. Masukkan kembali cetakan tersebut ke dalam mulut
7. Kelebihan akrilik diambil dengan bur hingga sesuai
8. Lekatkan jembatan sementara dengan semen Fletcher
Pembuatan Die
Tahap VIII (Proses Laboratorium)

1.Pembuatan die
Bagian dari model kerja yang slicing untuk dapat dibuka dan
dipasangkan lagi pada model yang bertujuan untuk membuat
mahkota terutama bagian proksimal
Pembuatan Die

Pasangkan model pada artikulator platrline


Pembuatan Die
Buang bagian gips menggunakan x-cut tungsten trim

Buat guide line dengan


menggunakan pensil 2B pada
model sebelum dipotong
Pembuatan Die
Model dipotong berdasarkan guide line pada gigi yang telah dipreparasi

Trimming bagian die stone dengan menggunakan bur x-cut dan


dilanjutkan denga finishing trimming dengan scalpel
Pembuatan Die
Tandai margin die dengan pinsil merah

Oleskan die hardener pada die dan abutment


Pembuatan Die

Bersihkan die, base plate putih, dan metal


pin dengan air sabun hangat

Pasangkan model untuk


memastikan tidak ada gaps antara
die stone dengan base plate
Pembuatan Die
Pembuatan Die
 Pembuatan die
a. Pencetakan gigi yang telah dipreparasi dengan bahan rubber
base (silicon)
b. Penentuan letak pin
- Tandai lebar masing-masing gigi
- Tusukkan jarum pentul pada posisi bukkal atau labial dan
palatal atau lingual gigi yang telah dipreparasi dengan
posisi tegak lurus, tandai lebar gigi (bagian proximal)
c. Pengisian gips keras (sampai linggir alveolar)
d. Penanaman pin (bentuk retensi lingkaran)
-Setelah gips keras tanamkan pin. Posisi sejajar jarum
-Sisa gips dibuat bulatan-bulatan kecil
-Setelah gips mengeras, lepaskan jarum dengan
menggunakan bur bulat, buat lekukan setengah lingkaran
Pembuatan Die

- Ambil wax merah (bulatkan), letakkan pada ujung pin


-Olesi permukaan gigi dengan vaselin menggunakan kuas
e. Boxing dan pembuatan basis
Dengan menggunalan base plate wax setelah cetakan di boxing.
f. Penggergajian
- Buat pola : garis dengan pensil pada model di sisi mesial dan
distal gigi yang diperbaiki
- Gergaji sampai batas gips keras
g. Trimming die
Menggunakan bur bulat, trimming tepat di bawah servikal
dengan kedalaman 1 mm
Pembuatan Die

2. Pembuatan model/pola malam jembatan dan pembuatan pontik


dengan menggunakan inlay wax soft berwarna merah
 Pembuatan pola malam (retainer dan pontik)
a. Kontak oklusal merata dengan gigi lawan
b. Pengurangan dimensi buko-palatal untuk mengurangi
beban kunyah (long span bridge)
 Pembuatan pontik
pontik dibuat dengan jenis modified ridge lap dan dengan
menggunakan bahan all porselen.
Pembuatan Die

Cara kerja:
a. Oleskan permukaan preparasi pada die dengan air sabun,
tunggu sampai kering.
b. Panaskan wax.
c. Gunakan lekron untuk mengukir mahkota atau bridge.
d. Pada bridge bentuk pola pontik sesuai dengan bentuk
anatomis gigi yang digantikan.
e. Lepaskan pola wax dari die, letakkan pada model kerja. Pada
bridge, dengan bantuan sonde sambungkan pontik dengan gigi
penyangga.
f. Periksa hubungan dengan gigi tetangga, pola wax harus
mencapai kontak yang baik.
TATA LAKSANA KLINIS JEMBATAN

Tahap IX (Insersi dan penyemenan)

1. Try in bridge yang harus diperhatikan adalah keadaan estetis


(warna dan bentuk), kontak proksimal antara tepi mahkota
jaket dengan gigi sebelahnya dan tidak boleh menekan gingiva
serta pemeriksaan kontak oklusal dan kontak marginal.
2. Try in
Dilakukan sebelum glassing  pemeriksaan oklusal 
glassing
TATA LAKSANA KLINIS JEMBATAN
(LANJUTAN)

4. Penyemenan Bridge
a.Mahkota bridge dibersihkan dan disterilkan lalu
dikeringkan, gigi yang akan dipasangi mahkota bridge juga
dikeringkan
b.Menggunakan semen GIC dengan konsistensi sedikit lebih
cair
c.Setelah homogen, semen siap masuk ke dalam crown
d.Semenkan juga pada gigi penyangga dengan ditekankan
secara perlahan dan pasien disuruh menggigit cotton roll
e.Setelah semen mengeras bersihkan sisa semen
5. Periksa oklusi sebelum pasien pulang
6. Operator memberi tahu cara membersihkan jembatan
TATA LAKSANA KLINIS JEMBATAN
(LANJUTAN)

Instruksikan pasien untuk memeliharaan gigi tiruan jembatan


yang telah dipasangkan:
- Penyikatan yang baik ( tekanan ringan dan sikat yang lunak)
- Pemakaian dental floss, oral irigating & alat pembersih lainnya
yangberfungsi untuk membersihkan daerah yang sukar terlihat
(daerah interdetal/ dasar pontik)
TATA LAKSANA KLINIS JEMBATAN
Tahap X (Kontrol)

Kontrol dilakukan jika terjadi kesalahan atau kegagalan dalam


pembuatan jembatan. Kegagalan yang mungkin terjadi, yaitu:
 Kegagalan sementasi
Jembatan patah secara mekanikal
Iritasi dan resesi gingiva
Kelainan jaringan periodontal
Karies
TERIMA KASIH

You might also like