You are on page 1of 28

DIV FISIOTERAPI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


I. ANAMNESIS

1. Anamnesis Umum 2. Anamnesis Khusus


 Keluhan Utama : Lumpuh pada
 Nama : Keenan Peace separuh badan sebelah kanan baik eks superior
dan inferior
 Letak Keluhan :lengan dan tungkai
 Umur : 51 tahun sebelah kanan
 Lama Keluhan : 3 bulan
 Jenis Kelamin : Laki-laki  Penyebab Terjadinya : Ischemic Stroke
 RPP : Malam sepulang
 Pekerjaan : Supir Taksi dari bekerja pasien pergi memancing, sewaktu
ingin berdiri dari tempat duduknya kaki pasien kram
 Hobby :Memancing dan tidak mampu menahan keseimbangan dan
terjatuh , kepalanya terbentur dan pasien tidak
sadarkan diri, lalu di bawah ke rs, ketika pasien
 Alamat : Jl. paccerakkang tersadar dia sudah tidak mampu menggerakkan
tangan dan tungkai sebelah kiri nya.
 Yang ke berapa : kedua
 Berapa lama : kurang dari 24 jam
 Penyakit Lain : hypertensi
 Keluhan Nyeri : sakit kepala, dan
luka di punggung dan pantat
 Riwayat Terapi :Farmakoteraupetik
 Rekam Medik :Periksaan laboratorium bahwa
hasil MRI menunjukkan adanya pendarahan
pembuluh darah otak lobus temporal.
II. PENGUKURAN VITAL SIGN
 Tekanan Darah :150/90 mmHg
 Denyut Nadi :80x / menit
 Pernapasan :22 x/menit
 Suhu :370 C

III. INSPEKSI
 Inspeksi Statis :Bahu asimetris, kepala
sedikit miring ke sisi yang lemah (kiri).Pasien
menggunakan kursi roda.Pasien cenderung
bertumpu pada sisi yang sehat.

 Inspeksi Dinamis : pasien tidak mampu


menggerakkan lengan dan tungkai sisi kiri
IV. Pem Tonus Otot
A. Palpasi
dilakukan untuk mengetahui apakah ada tonus otot atau tidak. Dilakukan pada
setiap muscle belly otot lengan dan tungkai

B. Pemeriksaan Tonus : Skala Ashworth yang dimodifikasi


Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot untuk memeriksa kekuatan otot dengan
cara pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas

0 : Tidak ada peningkatan tonus otot


1 :Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan terasanya tahanan minimal
pada akhir ROM pada waktu sendi digerakkan fleksi atau ekstensi
2 :Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan adanya pemberhentian
gerakan dan diikuti dengan adanya tahanan minimal sepanjang sisa ROM, tetapi
secara umum sendi tetap mudah digerakkan
3 : Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjang sebagian besar ROM, tapi sendi
masih mudah digerakkan
4 :Peningkatan tonus otot sangat nyata, gerak pasif sulit dilakukan
5: Sendi atau ekstremitas kaku/rigid pada gerakan flesi atau ekstensi
Hasilnya menunjukkan nilai O menunjukkan tidak adanya kemampuan otot
untuk melakukan gerakan.
Reaksi motorik
sebaiknya dilakukan dengan urutan  All scored 0-7 as :
urutan tertentu untuk menjamin kelengkepan
dan ketelitian pemeriksaan.
7 = No Movement (MRC 0)
Pengamatan : 6 = Trace movement only (MRC 1)
5 = Motion without gravity only ( MRC 2)
 Gaya berjalan dan tingkah laku 4 = Moves against gravity but not against
 Simetri tubuh dan ekstremitas resistance (MRC 3)
 Kelumpuhan badan dan anggota gerak 3 = Moderate weakness (MRC 4-)
dll.
2 = Mild weakness ( MRC 4)
 Menggunankan instrument motor fungtion 1 = Positive drift of arm/leg ( MRC 4+)
 Arm Proximal nilai : 7 ( tidak ada gerakan ) 0 = Normal ( MRC 5)
 Arm Distal nilai : 7 ( tidak ada gerakan )
 Leg Proximal nilai : 7 ( tidak ada gerakan )
 Leg Distal nilai : 7 ( tidak ada gerakan )
Pemeriksaan Sensorik
a. Tes sensori primer Hasilnya :
Menggunakan Primary
modalities Tes touch nilai 4 ( anesthesia )
Test touch, pain and score as: Tes pain
4 = Anaesthesia nilai 4 ( anesthesia )
3 = Severe hypaesthesia
2 = Moderate
hypaesthesia or deficit
only or extinction to double
simultaneous Stimulation
1 = Mild hypaesthesia or
dysaesthesia
0 = Normal
b. Tes sensori sekunder :
- Streognosis :
Identifikasi taktil obyek dinamai sebagai streognosis. Banyak jenis
obyek yang lazim dapat digunakan seperti uang logam, penjepit kertas,
kunci atau kancing baju. Obyek yg tidak diakrabi harus dihindari. Ketidak
mampuan mengenal suatu obyek dinamai astereognois atau agnosia
taktil.
• Grafestesia :
Ketidakmampuan mengenal angka atau huruf yang dituliskan pada
kulit dinamai grafestesia. Angka sekitar 1 cm tingginya digambarkan pada
bantalan jari tangan dengan menggunakan pensil. Kehilangan
kemampuan membedakan angka atau huruf dikenal sebagai
grafenestesia.
• Diskriminasi dua titik :
Kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda
dari dua ujungdisebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh
bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat
pemisahan ber-variasi. Normalnya dua titik terpisah 2– 4 mm dpt
dibedakan pd ujung jari tangan, 30-40mm dpt dibedakan pada dorsum
pedis. Tes dpt menggunakan kompas, jepitan rambut.
• Sensory inattention.
Mintalah pasien untuk mengatakan kepada anda bagian mana yang
anda sentuh (baik dengan kapas ataupun dengan jarum). Sentuhlah pada
bagian kanan dan kemudian pada bagian kirinya. Jika pasien dpt
membedakan masing-masing secara terpisah, kemudian sentuhkan
kedua bagian pada saat yg sama.
Reaksi Transfer
 1. Dari tidur ke duduk
 2. Dari duduk ke berdiri
 3. Dari berdiri ke duduk kursi

Hasilnya :Tidak dapat dilakukan secara


mandiri
Reaksi Asosiasi
 Reaksi bahu hasil : (-)
 Reaksi panggul hasil : (-)
Reaksi Koordinasi dan
Keseimbangan
 1. Finger to nose test
Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan pasien dalam kondisi
berbaring, duduk atau berdiri. Diawali pasien mengabduksikan lengan
serta posisi ekstensi total, lalu pasien diminta untuk menyentuh ujung
hidungnya sendiri dengan ujung jari telunjuknya. Mula – mula dengan
gerakan perlahan kemudian dengan gerakan cepat, baik dengan mata
terbuka dan tertutup.
 Hasilnya
 2. Nose finger nose test
 Serupa dengan finger to nose test tetapi setelah pasien
menyentuh hidungnya, pasien diminta untuk menyentuh ujung jari
pemeriksa dan kemudian kembali menyentuh hidungnya. Jari
pemeriksa dapat diubah baik dalam jarak maupun dalam bidang
gerakan.
 3. Finger to finger test
 Pasien diminta mengabduksikan lengan pada bidang horisontal
dan diminta untuk menggerakkan kedua ujung jari telunjuknya saling
bertemu tepat di tengah – tengah bidang horisontal tersebut. Pertama
dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan cepat, dengan
mata ditutup dan dibuka.
Refleks
A. Tes Panas Dingin : tidak dapat membedakan antara panas dan dingin.
B. Tes Tajam Tumpul : tidak dapat membedakan antara tajam dan tumpul.
C. Tes Refleks :
 Babinsky : Dalam posisi tidur terlentang, kemudian tarik garis dari tumit ke
sepanjang arah lateral kaki ke arah jari-jari kaki dengan cepat.
Hasil : tidak ada respon
 Biceps : Fisioterapi memegang lengan pasien yang di semiflexikan sambil
menempatkan ibu jari di atas tendon m. Biceps, lalu ibu jari diketok
Hasil : hyporefleks

 Triceps : Fisioterapi memegang lengan bawah pasien yang di


semiflexikan.Setelah itu, ketok pada tendon m. Triceps, yang berada sedikit di atas
olekranon.
Hasil : hyporeflek
 APR : Tungkai bawah diflexikan sedikit, kemudian Fisioterapi memegang
kaki pada ujungnya untuk memberikan sikap dorsoflexi ringan pada kaki setelah itu
tendon Achilles di ketok
Hasil : hyporefleks
 KPR : Tungkai diflexikan dan digantungkan, lalu ketok pada tendon m
Quadriceps Femoris (dibawah patella pada tuberositas tibia)
Hasil : hyporefleks
Reaksi ADL

 Keterangan penilaian
 0-20 : Ketergantungan penuh
 62-90 : Ketergantungan moderat
 21-60 : Keterangan berat
 91-99 : Ketergantungan ringan
 100 : Mandiri
 Makan nilai : 0 ( unable)
 Mandi nilai : 0 ( dependent )
 Berias nilai : 0 ( independent )
 Berpakaian nilai : 5 ( butuh bantuan )
 BAB nilai : 5( needs help)
 BAK nilai : 5( needs help)
 Toilet nilai : 0 ( dependent )
 Transfer nilai : 0 ( incontinent )
 Bergerak nilai : 0 ( unable )
 Naik turun tangga nilai : 0 ( unable )
 Ket : Jumlah skor dibawah 15 berarti
sangat ketergantungan
b. Index IADL
 Menggunakan telepon hasil : 1 ( bisa )
 Berbelanja hasil : 0 ( tidak bisa )
 Menyiapkan makanan hasil : 0 ( tidak bisa )
 Membersihkan rumah hasil : 0 ( tidak bisa )
 Mencuci hasil: 0 ( tidak bisa )
 Tranportasi hasil: 0 ( tidak bisa)
PROBLEMATIK FISIOTERAPI
 Lumpuh atau paralysis ekstremitas
sinistra
 ADL terganggu
 Hypotonus
 Atropi otot
DIAGNOSIS FISIOTERAPI

 Anatomi Impairtment : adanya


paralysis pada ekstremitas sisi kanan dan
disuse atropi.
 Fungsional Limitation : adanya
keterbatasan dalam melakukan aktifitas
seperti mandi, makan, berpakaian, BAB,
BAK dll.
 Partisipation Retriction : pasien terbukti
mengalami hambatan dalam melakukan
aktifitas social sehari-hari.
Rencana Fisioterapi
 Goal of treatment
 Mengembalikan fungsional berjalan secara
optimal
 Jangka pendek/ Menengah
 Mengatasi problematik fisioterapi yang ada
yang dapat dicapai pada jangka
pendek/menengah
Cth: Spasme otot, ROM, Kelemahan otot
 Jangka Panjang
 Mengatasi problematik fisioterapi yang ada
yang dapat dicapai pada jangka panjang
Cth: Posture, Keseimbangan, Aktifitas
Fungsional
INTERVENSI
FISIOTERAPI
Breathing Exercise
 Latihan ini bertujuan untuk memberikan latihan
pernafasan, pada kasus ini untuk
meningkatkan volume paru pada pasca
operasi, pemberian breathing exercise dapat
memperlancar jalannya pernafasan dan
membantu mempercepat pengeluaran sisa
narkose dan sekret yang tertimbun dalam
saluran pernafasan. Latihan ini diakukan
secara aktif, yaitu ketika pasien sudah sadar.
Latihan ini juga dapat digunakan untuk
general relaksasi, mengurangi stress, dan
ketegangan setelah operasi.
Pelaksanaan :
- Posisi pasien berbaring di bed
- Perintahkan pasien untuk menarik nafas dengan
dalam melalui hidung dengan abdominal breathing
tekhnik dan mengeluarkan nafas melalui mulut
- beri penekanan pada perut saat akhir bernafas agar
ekspirasi lebih banyak yang keluar
POSITIONING
Posisi RIP
Posisi fungsional
Posisi terlentang, miring kanan dan kiri
Bridging and Bridging with Approximation

Aproksimasi akan mengaktifkan atau


menstimulasi reseptor persendian
dan memberikan respon untuk
menahan atau memperkuat postural
(O’sulivan,2001)

Aproksimasi yang gentle atau lembut


diberikan ke arah bawah pada knee
pasien untuk bridging.
NEXT..............

Ft’s observasi kualitas bridging


pasien. Kelemahan m.gluteus
maksimus, menyebabkan
berkurangnya kontrol pada
ekstr.inferior.

Maka,hal tersebut menyebabkan


asimetrik lifting dan gerakan lambat
pada sisi yang terkenal atau lumpuh
Menggunakan selembaran kain untuk membantu bridging .

A. Letakkan selembaran kain dibawah hip pasien, dapat digunakan untuk


membantu pasien bridging
B. Ft’s meletakkan kain disepanjang femur , pasien diminta untuk
mempertahankan posisi ext.inferior pasien dan untuk menyiapkan input
proprioceptif
C. Ft’s menggunakan posterior weight shift of her body untuk membantu
mengangkat pantat pasien.
Straig Leg Raising ( Uninvolved lower extremity)

A. Minta pasien untuk melakukan straight leg raise pada ext.inferior yang
sehat atau uninvoled lower extremity.
B. Saat pasien mengangkat tungkai, Ft’s memPALPASI m.hamstring dapat
dipalpasi pada tungkai yang sakit, saat pasien mengangkat tungkai
yang sehat.
PNF
Next...
 Meningkatkan Pola Pernapasan
Peningkatan pola pernapsan dapat dilakukan
dengan cara metode latihan pengembangan
toraks dan breathing exercise.
 Menangani Dekubitus
Menangani dekubitus dapat dilakukan dengan
pemberian betadin dan perban agar luka mudah
mongering.
 Menangani Dekubitus
Menangani dekubitus dapat dilakukan dengan
pemberian betadin dan perban agar luka mudah
mongering.
Fasilitasi Propioseptor Sendi
 Bridging and bridging with approximation
 Hip Ekstension dengan Stright leg raising pada tungkai yang
sehat.
 Straight leg raising pada tungkai yang sehat
 Lower trunk rotation
 PNF lengan dan tungkai
 Rolling to the uninvolved side.

Movement Transition
 Latihan dari tidur ke duduk, duduk ke berdiri dan berdiri ke berjalan

Stabilitas Exercise
 Rhythmic Stabilitation Pelvic with bridging
 Aktivasi core muscle

You might also like