You are on page 1of 23

ANNISA SAFTARINA

INVERSI UTERUS
( Perdarahan Post Partum )
Pengertian

Inversi Uterus adalah


keadaan dimana lapisan
dalam uterus (endometrium)
turun dan keluar lewat
ostium uteri eksternum,
yang dapat bersifat
inkomplit sampai komplit.
Faktor Predisposisi
• Adanya atonia uteri
• Serviks yang masih terbuka lebar
• Adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah
(misalnya plasenta akreta, inkreta, pankreta, yang tali
pusatnya ditarik keras dari bawah) atau tekanan pada
fundus uteri dari atas (manuver Crede) atau tekanan
intra abdominal yang keras dan tiba-tiba.
Retensio plasenta
Klasifikasi
Inversio dapat terjadi pada masa nifas atau diluar masa
nifas.

• Diluar masa nifas biasanya parsial atau inkomplit dan


sering dihubungkan dengan adanya tumor uterus.
• Sedang inversio yang terjadi pada masa nifas dapat
terjadi akut atau kronik dan jarang terjadi serta sering
berulang.
Tipe inversio uteri
1. Inversio local : fundus uteri menonjol sedikit ke
dalam kavum uteri.
2. Inversio parsial : tonjolan fundus uteri terbatas
hanya pada kavum uteri.
3. Inversio inkomplit: penonjolan sampai mencapai
kanalis servikalis.
4. Inverio komplit : tonjolan telah mencapai ostium
uteri eksternum.
5. Inversio total : tonjolan telah mencapai vagina
atau keluar vagina.
Tanda-tanda Inversio Uteri
• Syok karena kesakitan
• Perdarahan banyak bergumpal
• Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau
tanpa plasenta yang masih melekat
• Bila baru terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi
bila kejadiannya cukup lama, maka jepitan serviks yang
mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia,
nekrosis, dan infeksi.
Penatalaksanaan
1. Memanggil bantuan anastesi dan memasang infus untuk
cairan/darah pengganti dan pemberian obat.
2. Beberapa senter memberikan tokolitik /MgSO4 untuk
melemaskan uterus yang terbalik sebelum dilakukan
reposisi manual yaitu mendorong endometrium ke atas
masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai
tangan masuk ke dalam uterus pada posisi normalnya. Hal
itu dapat dilakukan sewaktu plasenta sudah terlepas atau
tidak.
3. Di dalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila
berhasil dikeluarkan dari rahim dan sambil memberikan
uterotonika lewat infus atau i.m tangan tetap dipertahankan
agar konfigurasi uterus kembali normal dan tangan operator
baru dilepaskan.
4. Pemberian antibiotika dan transfusi darah sesuai
dengan keperluannya.
5. Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin 1 mg/kgBB
(jangan melebihi 100 mg) IM atau IV secara perlahan
atau berikan morfin 0,1 mg/kgBB IM.
6. Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks
yang keras menyebabkan manuver di atas tidak bisa
dikerjakan, maka dilakukan laparatomi untuk reposisi
dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi bila uterus
sudah mengalami infeksi dan nekrosis.
Gambar 1.1 Reposisi manual
INTERVENSI BEDAH
Umumnya uterus yang mengalami inversio dapat
dipulihkan ke posisinya yang normal dengan teknik-teknik
kompresi bimanual. Apabila uterus tidak dapat di reposisi
dengan manipulasi vagina karena adanya cincin konstriksi
yang tebal, wajib dilakukan laparotomi. Secara bersamaan,
fundus kemudian dapat di dorong dari bawah dan di tarik
dari atas. Apabila cincin konstriksi tetap menghambat
reposisi, secara hati-hati serviks di insisi sebelah posterior
agar fundus terpajan. Setelah fundus di reposisi, obat
anastetik yang digunakan untuk melemaskan miometrium
dihentikan, infus oksitosin dimulai, dan insisi uterus
diperbaiki.
Perdarahan karena Gangguan Pembekuan Darah
( Perdarahan Post Partum )
Kausal PPP karena gangguan pembekuan darah baru
dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi
disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang sama pada
persalinan sebelumnya.

Ciri-cirinya biasanya akan ada tendensi mudah terjadi


perdarhan setiap dilakukan penjahitan dan perdarahan akan
merembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan,
suntikan, perdarahan dari gusi, rongga hidung, dan lain-lain.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan
faal hemostasis yang abnormal. Waktu perdarahan dan
waktu pembekuan memanjang, trombositopenia, terjadi
fibrofibrinogenemia, dan terdeteksi adanya FDP (fibrin
degradation product) serta perpanjangan tes protrombin
dan PTT (partial thromboplastin time).
Tatalaksana

• Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut,


koagulopati dapat dicegah jika volume darah
dipulihkan segera.
• Tangani kemungkinan penyebab (solusio plasenta,
eklampsia).
• Berikan darah lengkap segar, jika tersedia, untuk
menggantikan faktor pembekuan dan sel darah merah.
Tatalaksana
• Jika darah lengkap segar tidak tersedia, pilih salah satu di
bawah ini :
1. Plasma beku segar untuk menggantikan faktor pembekuan
(15 ml/kgBB) jika APTT dan PT melebihi 1,5x kontrol pada
perdarahan lanjut atau pada keadaan perdarahan berat
walaupun hasil dari pembekuan belum ada.
2. Sel darah merah (packed red cells) untuk penggantian sel
darah merah.
3. Kriopresipitat untuk menggantikan fibrinogen.
4. Konsentrasi trombosit (perdarahan berlanjut dan trombosit
<20.000).
5. Apabila kesulitan mendapatkan darah yang sesuai, berikan
darah golongan O untuk penyelamatan jiwa.
Pencegahan
1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan
mengatasi setiap penyakit kronis, anemia dan lain-lain sehingga pada
saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan optimal.
2. Mengenal faktor predisposisi PPP seperti multiparitas, anak besar,
hamil kembar, hidramnion, bekas seksio, ada riwayat PPP sebelumnya
dan kehamilan resiko tinggi lainnya akan muncul saat persalinan.
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus
lama.
4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit
rujukan.
5. Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih
dan menghindari persalinan dukun.
6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPP
dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya.

You might also like