INVERSI UTERUS ( Perdarahan Post Partum ) Pengertian
Inversi Uterus adalah
keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit. Faktor Predisposisi • Adanya atonia uteri • Serviks yang masih terbuka lebar • Adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah (misalnya plasenta akreta, inkreta, pankreta, yang tali pusatnya ditarik keras dari bawah) atau tekanan pada fundus uteri dari atas (manuver Crede) atau tekanan intra abdominal yang keras dan tiba-tiba. Retensio plasenta Klasifikasi Inversio dapat terjadi pada masa nifas atau diluar masa nifas.
• Diluar masa nifas biasanya parsial atau inkomplit dan
sering dihubungkan dengan adanya tumor uterus. • Sedang inversio yang terjadi pada masa nifas dapat terjadi akut atau kronik dan jarang terjadi serta sering berulang. Tipe inversio uteri 1. Inversio local : fundus uteri menonjol sedikit ke dalam kavum uteri. 2. Inversio parsial : tonjolan fundus uteri terbatas hanya pada kavum uteri. 3. Inversio inkomplit: penonjolan sampai mencapai kanalis servikalis. 4. Inverio komplit : tonjolan telah mencapai ostium uteri eksternum. 5. Inversio total : tonjolan telah mencapai vagina atau keluar vagina. Tanda-tanda Inversio Uteri • Syok karena kesakitan • Perdarahan banyak bergumpal • Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih melekat • Bila baru terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila kejadiannya cukup lama, maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi. Penatalaksanaan 1. Memanggil bantuan anastesi dan memasang infus untuk cairan/darah pengganti dan pemberian obat. 2. Beberapa senter memberikan tokolitik /MgSO4 untuk melemaskan uterus yang terbalik sebelum dilakukan reposisi manual yaitu mendorong endometrium ke atas masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai tangan masuk ke dalam uterus pada posisi normalnya. Hal itu dapat dilakukan sewaktu plasenta sudah terlepas atau tidak. 3. Di dalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila berhasil dikeluarkan dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infus atau i.m tangan tetap dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal dan tangan operator baru dilepaskan. 4. Pemberian antibiotika dan transfusi darah sesuai dengan keperluannya. 5. Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin 1 mg/kgBB (jangan melebihi 100 mg) IM atau IV secara perlahan atau berikan morfin 0,1 mg/kgBB IM. 6. Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras menyebabkan manuver di atas tidak bisa dikerjakan, maka dilakukan laparatomi untuk reposisi dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi bila uterus sudah mengalami infeksi dan nekrosis. Gambar 1.1 Reposisi manual INTERVENSI BEDAH Umumnya uterus yang mengalami inversio dapat dipulihkan ke posisinya yang normal dengan teknik-teknik kompresi bimanual. Apabila uterus tidak dapat di reposisi dengan manipulasi vagina karena adanya cincin konstriksi yang tebal, wajib dilakukan laparotomi. Secara bersamaan, fundus kemudian dapat di dorong dari bawah dan di tarik dari atas. Apabila cincin konstriksi tetap menghambat reposisi, secara hati-hati serviks di insisi sebelah posterior agar fundus terpajan. Setelah fundus di reposisi, obat anastetik yang digunakan untuk melemaskan miometrium dihentikan, infus oksitosin dimulai, dan insisi uterus diperbaiki. Perdarahan karena Gangguan Pembekuan Darah ( Perdarahan Post Partum ) Kausal PPP karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya.
Ciri-cirinya biasanya akan ada tendensi mudah terjadi
perdarhan setiap dilakukan penjahitan dan perdarahan akan merembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan, suntikan, perdarahan dari gusi, rongga hidung, dan lain-lain. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan faal hemostasis yang abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang, trombositopenia, terjadi fibrofibrinogenemia, dan terdeteksi adanya FDP (fibrin degradation product) serta perpanjangan tes protrombin dan PTT (partial thromboplastin time). Tatalaksana
• Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut,
koagulopati dapat dicegah jika volume darah dipulihkan segera. • Tangani kemungkinan penyebab (solusio plasenta, eklampsia). • Berikan darah lengkap segar, jika tersedia, untuk menggantikan faktor pembekuan dan sel darah merah. Tatalaksana • Jika darah lengkap segar tidak tersedia, pilih salah satu di bawah ini : 1. Plasma beku segar untuk menggantikan faktor pembekuan (15 ml/kgBB) jika APTT dan PT melebihi 1,5x kontrol pada perdarahan lanjut atau pada keadaan perdarahan berat walaupun hasil dari pembekuan belum ada. 2. Sel darah merah (packed red cells) untuk penggantian sel darah merah. 3. Kriopresipitat untuk menggantikan fibrinogen. 4. Konsentrasi trombosit (perdarahan berlanjut dan trombosit <20.000). 5. Apabila kesulitan mendapatkan darah yang sesuai, berikan darah golongan O untuk penyelamatan jiwa. Pencegahan 1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap penyakit kronis, anemia dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan optimal. 2. Mengenal faktor predisposisi PPP seperti multiparitas, anak besar, hamil kembar, hidramnion, bekas seksio, ada riwayat PPP sebelumnya dan kehamilan resiko tinggi lainnya akan muncul saat persalinan. 3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama. 4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan. 5. Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan menghindari persalinan dukun. 6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya.