You are on page 1of 53

DEVY WIDIYA GRAFITASARI

TUBERKULOSIS PADA ORANG DENGAN


HIV-AIDS EMPIEMA
PENDAHULUAN
O Tuberkulosis (TB) paru  Mycobacterium tuberculosis
 perhatian khusus

O 1/3 dari seluruh populasi di dunia

O angka kematian TB + HIV (-) = 1.3 juta


TB + HIV (+) = 0.38 juta

O sebagian besar kematian TB paru negara


berkembang ½ di Asia
O Indonesia  TB penyebab kematian Ke 2 setelah
stroke
O pengetahuan masyarakat,
kemiskinan, yankes

O Penularan  dropletParu paru, otak, tulang

O Empyema adalah kumpulan pus yang terletak di


dalam rongga pleura
O komplikasi yang dapat terjadi pada tuberkulosis
O penyakit pneumonia
LAPORAN KASUS
O Nama : Tn Suliono
O Jenis Kelamin : Laki-Laki
O Umur : 41 tahun
O Alamat : Mlanggeng RT 9 RW 5
Gedong Boyountung lamongan
O Suku Bangsa : Jawa
O Tanggal Periksa : 29-3-2016
O No Reg : 70.55.75
O Ruang Perawatan : Arofah 3.4
Anamnesis
O Keluhan Utama : Badan terasa lemas
O Riwayat Penyakit Sekarang :
O Pasien datang dengan badan terasa lemas. Lemas sudah
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan mulai memberat 1
minggu SMRS. Pasien mengeluh nafsu mkanan turun. Hanya
mau bubur dan minum saja. Pasien juga batuk disertai sesak,
batuk sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu ,keluhan batuk
hilang timbul semakin memberat disertai riak berwarna putih
tidak ada darahnya, sedangkan sesaknya memberat sejak 1
minggu SMRS. Sesak semakin lama semakin memberat,
dibuat istirahat pun kadang juga merasa sesak. Pasien sering
mengeluh berkeringat di malam hari dan panas tetapi sumer
sumer. Pasien juga tidak mengeluh sariawan. Diare -. Saat ini
pasien mengaku Berat badannya turun 5 kg sejak 1 bulan
terakhir. Mual – muntah-. BAB (-) sejak 6 hari yll dan BAK baik,
keluhan benjolan dileher (-), keluhan perut terasa sakit (-), sebah
(-), riwayat merokok (+)
O Riwayat Penyakit Dahulu (RPD):
Sebelumnya pasien sudah pernah MRS di RSML 5
bulan yang lalu dan didiagnosis TB dan HIV dan rutin
minum obat TB hingga sekarang. HT disangkal, DM
disangkal, Riwayat Alergi disangkal. Riwayat Penyakit
Jantung disangkal
O Riwayat Penyakit Keluarga (RPK):
Ibu pasien pernah batuk lama dan sudah meninggal.
Istri pasien HIV +. Anak HIV – Riw HT disangkal, DM
disangkal.
O Riwayat Sosial :
saat pasien bekerja sebagai sopir saat di kalimantan
dan berhubungan badan dengan wanita yang telah
terdiagnosis B24. Merokok +. Riw minum alkohol+.
O Riw pemeriksaan :
O Sputum BTA A : positif
O Sputum BTA B : negative
O Sputum BTA C : negative

AntiHIV
O Metode 1 : Reaktif
O Metode 2 : Reaktif
O Metode 3 : Reaktif
Pemeriksaan Fisik :
O Kesan Umum : nampak lemas
O GCS : 456
O Vital Sign :
O TD : 90/70 mmHg
O N : 80x /menit
O Temp : 36,3 C
O RR : 26x /menit
O BB 44Kg
O
O Status Generalis:
O Kepala/Leher:
O Anemis (-), Ikterus (-), Cyanosis (-), Dypsneu (+)
O Lidah tampak kotor
O Pergerakan cuping hidung +.
O Thorak :
O Pulmo:
O Inspeksi : Simetris, retraksi intercostal (+), ictus cordis
tidak kuat angkat
O Palpasi : Massa (-), Stem fremitus menurun D , krepitasi (-),
O Perkusi : sonor sonor
sonor sonor
redup sonor

Vesikuler Vesikuler
O Auskultasi :
Vesikuler Vesikuler
Menurun Vesikuler

O Suara tambahan: Rhonchi +/+


Wheezing -/-
O Pungsi + (pus)

O
O Cor:
O Inspeksi : Ictus cordis (-)
O Palpasi : dbn
O Percussion : batas jantung dbn
O Auskultasi : S1S2 tunggal, murmur (-) , gallop
(-)
O Abdomen
O Inspeksi : Flat
O Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-) , Hepar dan Lien normal, span
dbn.
O Perkusi : timpani.
O Auskultasi : Bising usus normal, Meteorismus (-)

O Ekstremitas
O Akral hangat kering merah
O Edema (-)
DL :
O Hct : 36,5(L 40-54. P35-47)
O Hb :12,1 (P= 13-18, L= 14-18)
O Leukosit : 6,9 ( 4-10)
O Neutropil : 75.6 ( 49-67)
O Limposit : 11.3 (25-33)
O Monosit : 7,3 (3-7)
O Eosinopil : 3.9 (1-2)
O Basofil : 1,9 (0-1)
O Eritrosit : 3.81 (3.80-5.30)
O MCV : 95.80 (87-100)
O MCH : 31.80 (28-36)
O MCHC : 33.20 (31-37)
O RDW : 15 (10-16)
O MPV : 4(5-10)
O LED 1 : 114 (0-1)
O LED 2 : 117 (1-7)
O Thrombosit : 405 (150-450)
LFT :
O SGOT : 24 ( L 37 P 31)
O SGPT : 13 (L 41 P31)
29-01-2016 29-01-2016
28-3-2016 3-4-2016
Kata kunci
O Laki-laki 41 th
O Batuk kronis
O Dypneu
O Loss of body weight
O Night sweating
O Malaise
O Kandidiasis Oris
O Gerakan cuping hidung
O Retraksi intercosatal
O Fremitus D menurun
O Rhonki +/+ di seluruh lapang paru
O Pungsi + (pus)
O Sputum BTA A : positif
O Anti HIV Metode 1, 2, 3 Reaktif
Problem List
O dypneu + Batuk
O Sputum BTA A : positif
O Pungsi (pus)
O Anti HIV Metode 1, 2, 3 Reaktif

Assesment
O TB Paru + HIV + empyema D
Planning
O Diagnosis : Kultur Sputum dan ciran pleura
Test cepat gene Xpert
O Terapi
O Farmakologis
O O2 3-4 Lpm
O Inf.Asering 1000 cc/24 jam
O Inj levofloxasin 1x750
O Inj antrain 3x1
O Acran 2x1
O PO:
Co trimoksasol 1x950mg
INH 1X400
O Rifampisin 1x450
O Hepamox 2x1
Monitoring

O Keluhan pasien
O Batuk
O kondisi umum
O sesak
O vital sign
Edukasi

O Menjelaskan kepada keluarga dan pasien


tentang penyakit yang diderita pasien
O Menjelaskan kepada keluarga dan pasien
tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
O Menjelaskan tentang terapi yang akan
diberikan
O Menjelaskan tentang prognosis pasien
SOAP
TB
O Tuberkulosis adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis

O Epidemiologi Tuberkulosis
O Asia Tenggara (35%),
O Afrika (30%)
O Pasifik Barat (20%).
O 11-13% kasus TB adalah HIV positif, (80% kasus TB-
HIV Afrika)
O (MDR) 12% atau 30.000 kasus yang sudah
terkonfirmasi.
Patogenesis
O TB PRIMER
DIAGNOSIS TB PARU

GEJALA KLINIK

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DIAGNOSIS TB PARU

GEJALA KLINIK: PEMERIKSAAN FISIK:


A. Gejala respiratorik - Tergantung luas dan kelainan
struktur paru
- Batuk ≥ 3 minggu
- Terutama lobus superior bag. apex
- Batuk darah / dahak
dan segmen posterior, lobus
- Sesak napas inferior bag. apex
- Nyeri dada - Suara napas bronkial, suara napas
B. Gejala sistemik melemah, ronki basah
- demam - Tanda penarikan paru, diafragma,
- malaise, keringat malam atau mediastinum
- anoreksia, BB menurun
DIAGNOSIS TB PARU

PEMERIKSAAN RADIOLOGI: Luas lesi pada foto dada:


Lesi TB aktif: Lesi minimal
- Bayangan berawan / nodular diapex- Proses mengenai sebagian dari
- Kavitas > 1 dikelilingi nodular satu atau dua paru, luas tidak lebih
dari vol. paru diatas chondrosternal
- Bercak milier
junction II dan prosesus spinosus
- Efusi pleura unilateral Vert. torakalis IV atau corpus Vert.
Lesi TB in aktif: torakalis V, dan tidak ada kavitas.
- Fibrotik Lesi luas
- Kalsifikasi - Proses lebih luas dari lesi minimal
- Fibrotorak / penebalan pleura
DIAGNOSIS TB PARU

PEMERIKSAAN LAB: B. Pemrk. Darah:


A. Pemrk. Bakteriologis LED, kadar limfosit
Bahan: sputum bilasan bronkus,
jaringan paru, cairan pleura, dll C. Pemrk Histopatologi Jaringan
a.Mikroskop pewarnaan: Dx pasti infeksi TB: granuloma
Ziehl-Nielsen, Kinyoun Gabbet, dengan pengejuan
auramin-rhodamin
3 sputum (sewaktu,pagi,sewaktu)
D. Uji tuberkulin
b.Kultur: Lowenstein-Jensen, Ogawa
Middle Brook, BACTEC Sangat berarti untuk mendeteksi TB
didaerah prevalensi TB rendah
c.Serologi: ELISA, PAP test
Dot-EIA TB Positif: di atas 10mm
d.Polymerase Chain Reaction:
amplifikasi DNA atau RNA
KLASIFIKASI TB PARU

TB PARU BTA (+):


a. 2 atau 3 BTA sputum (+)
b. 1 sputum BTA (+), Radiologi (+)
c. 1 sputum BTA (+),kultur Mtb(+) BEKAS TB PARU:
a. Sputum BTA dan kultur (-)
b. Gx klinik (-), Gx sisa kelainan
paru
c. Ro: lesi Tb inaktif, serial foto
TB PARU BTA (-): dada tidak berubah
a. Gx klinik dan Ro sesuai TB paru aktif d. Riwayat OAT adekuat
b. 3 sputum BTA (-)
c. Tidak respon dengan Tx antibiotik
spektrum luas
d. Diputuskan Dr Tx OAT
Alur
Diagnosis
TB

30
PENGOBATAN TB DENGAN STRATGI DOTS
(DOTS: Directly Observed Therapy Short Course)

O Pusatkan (DIRECT attention) pada identifikasi BTA (+)


O Observasi (OBSERVED) langsung px minum obatnya
O Pengobatan (TREATMENT) dengan regimen obat
O OAT jangka pendek (SHORT-COURSE) melalui pengelolaan,
distribusi & penyediaan obat yang baik
5 ELEMEN INTI DOTS
2
DX TB UTAMA MELALUI
KOMITMEN TEMUAN BTA
(POLITIK) (MIKROSKOPIS)
1
3
STRATEGI
PENCATATAN &
PELAPORAN
DOTS TX JANGKA PENDEK
PENGAWASAN
YANG BAKU LANGSUNG

5
PENYEDIAAN OBAT 4
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
O INH
O Rifampisin
O Pirazinamid
O Streptomisin
O Etambutol

Jenis obat tambahan lainnya (lini 2):


O Kanamisin
O Amikasin
O Kuinolon
O Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam
klavulanat
O Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain:
o Kapreomisin
o Sikloserino
o PAS (dulu tersedia)
o Derivat rifampisin dan INH
O Thioamides (ethionamide dan prothionamide)
kategori
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati sebelumnya
(pengobatan ulang):
• Pasien kambuh
• Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
Efek samping ringan OAT

38
Efek samping berat OAT

39
empiema
O Etiologi: O Trauma Thoraks
O Pneumonia O Torasentesi pada
O Abses paru pleura
O Bronkiektasis O Sufrenik abses
O TB paru O Amoebic liver abses
O Fistel Bronko-Pleura O Pembedahan thorak
Diagnosis
Anamnesis
O Demam dan keluar keringat malam.
O Nyeri pleura.
O Dispnea.
O Anoreksia dan penurunan berat badan.

Pemeriksaan Fisik
O Pada auskultasi dada ditemukan penurunan suara napas.
O Pada perkusi dada ditemukan suara flatness.
O Pada palpasi ditemukan penurunan fremitus.
O Sisi yang sakit lebih cembung, tertinggal pada pernapasan.
O Mediastinum terdorong ke sisi yang sehat.
O Pada empiema yang kronis hemitoraks yang sakit mungkin sudah
mengecil karena terbentuknya schwarte.
Gejala klinis pada pasien
HIV/AIDS dengan TB
O Riwayat Penyakit Dahulu dan Riwayat Kehidupan
Pribadi:
O Riwayat seks dengan berganti-ganti pasangan
O Riwayat infeksi menular seksual
O Riwayat pemakaian narkotika secara suntikan
O Herpes zoster yang meninggalkan scar
O Infeksi berulang bakteri seperti sinusitis,
bakteriemia, dan lain-lain
O Riwayat TB
O Penurunan berat badan (>10 kg atau >20% dari
berat badan semula)
O Diare (lebih dari 1 bulan)
O Demam (lebih dari 1 bulan)
O Batuk berdahak (lebih dari 3 minggu)
O Sesak nafas
O Nyeri dada
O Malaise, lemah
O Penurunan nafsu makan
O Keringat malam
O Tanda (Pemeriksaan Fisik):
O Herpes zoster scar
O Sarcoma Kaposi
O Pembesaran KGB
O Oral candidiasis
O Pada pemeriksaan fisik terdapat tanda-
tanda konsolidasi: Perkusi redup, terdapat
ronkhi basah atau kering
O Cara penegakan diagnosis TB pada ODHA
tidak berbeda dengan yang bukan ODHA.
CD4 Paduan yang dianjurkan Keterangan

CD4 Mulai terapi TB. Mulai terapi ARV Saat mulai ART pada 2 –
<200/ mm3 segera setelah terapi TB dapat ditoleransi 8 minggu setelah OAT
(antara 2 minggu hingga 2 bulan)
pemantauan fungsi hati (SGOT/SGPT)
secara ketat

CD4 200- Setelah 8 minggu terapi


Mulai terapi TB
350/ mm3 TB

Tunda terapi ARV ,


CD4 evaluai kembali pada saat minggu
Mulai terapi TB
>350/ mm3 ke 8 terapi TB dan setelah terapi
TB lengkap

Pertimbangkan terapi
CD4 tidak
Mulai terapi TB ARV mulai 2 – 8 minggu setelah
mungkin diperiksa
terapi TB dimulai
Tabel Pemberian OAT dan ARV Menurut gambaran klinis

Gambaran klinis ARV

Adanya TB paru dan tanda HIV


Mulai ARV begitu pengobatan TB tidak
advanced, atau tidak ada perbaikan secara klinis;
disertai efek samping (2-8 minggu OAT)
adanya TB ekstra paru

TB paru BTA negative, berat badan


Mulai ARV setelah OAT fase intensif
bertambah dengan pengobatan, tanpa tanda atau
selesai
gejala HIV advanced

TB paru BTA positif, berat badan


Tunda ARV sampai pengobatan TB
bertambah dengan pengobatan, tanpa tanda atau
selesai
gejala HIV advanced
Tabel Efek Samping OAT dan ARV

Kemungkinan Penyebab
Efek samping
OAT ARV
Nevirapine,
Pirazinamide,
Skin rash Delavirdine, Efavirenz,
Rifampisin, Rifabutin, INH
Abacavir
Zidovudine,
Pirazinamide,
Mual, muntah Ritonavir, Amprenavir,
Rifampisin, Rifabutin, INH
Indinavir
Nevirapine, PI,
perbaikan respon setelah
Pirazinamide,
Hepatitis pemberian ARV pada
Rifampisin, Rifabutin, INH
penderita dengan hepatitis
virus kronik
Leukopenia, anemia Rifabutin, Rifampin Zidovudine
PEMBAHASAN
O Tuberkulosis-HIV penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB yaitu mycobacterium
tuberculosis menyerang jaringan paru.

O Gejala utama dari pasien TB adalah batuk berdahak


selama 2-3 minggu atau lebih.

O Batuk dahak bercampur darah, batuk darah, sesak


nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih satu
bulan.
O Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas
sistem daya tahan tubuh seluler (cellular
immunity), oportunistic(TB),  kematian.

O HIV  faktor risiko yang paling kuat bagi yang


terinfeksi TB menjadi sakit TB

O Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat,


maka jumlah pasien TB akan meningkat,
dengan demikian penularan TB di masyarakat
akan meningkat
O . Pada pasien yang menjalani pengobatan OAT
harus dievaluasi secara berkala untuk mengetahui
efek samping dan respon terapinya.

O Edukasi juga diperlukan terutama bagi pasien dan


keluarganya tentang pengobatan dan cara
penularan penyakit ini, sehingga tingkat
keberhasilan pengobatan dapat meningkat,
sedang mortalitas, morbiditas, termasuk angka
kejadian TB baru dapat ditekan.
KESIMPULAN
O Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis.

O HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang


terinfeksi TB menjadi sakit TB yang bisa mengakibatkan
kematian.

O Empyema merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi


pada tuberkulosis yang terjadi secara kronis maupun akibat
penyakit pneumonia yang terjadi pada pasien yang mengalami
imunodefisensi.

O Langkah diagnosis dini serta terapi dini sangat diperlukan


pada pasien dengan TB dan HIV untuk memperbaiki prognosis.

You might also like