You are on page 1of 23

LAPORAN MANAJEMEN

P2TB
Oleh :
PUTRI AULIYAH
(N 111 16 007)

PEMBIMBING KLINIK:
dr. Maria Florence Putong
Dr. dr. M. Sabir, M.Si
Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Penularan dapat terjadi saat pasien TB batuk atau
bersin, kemudian kuman menyebar ke udara melalui percikan
dahak (droplet nuclei). Infeksi terjadi apabila udara yang
terhirup mengandung percikan dahak infeksius tersebut.
Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan di
dunia, termasuk Indonesia. Menurut World Health Organization
(WHO) pada tahun 2014 menyatakan bahwa Indonesia
menempati urutan ke-3 terbanyak kasus TB di dunia setelah
India dan Cina, dengan perkiraan prevalensi TB sebesar
680.000 dan 460.000 kasus baru per tahun.
Latar Belakang

Di Indonesia, pada tahun 2014 WHO


memperkirakan setiap tahunnya muncul 115 orang
penderita tuberkulosis paru menular dengan BTA (+) pada
setiap 100.000 penduduk. Tiga perempat kasus TB ini
berusia 15-49 tahun. Salah satu indikator penting dalam
strategi pengobatan kasus Tuberkulosis (TB) dengan
strategi Directly Observed Treatment Short-course (DOTS),
yaitu penemuan kasus baru )Tuberkulosis) TB paru, karena
penemuan kasus TB merupakan awal untuk menentukan
langkah pengobatan dan pengendalian TB selanjutnya.
Latar Belakang

Angka Kejadian Kasus TB Paru BTA (+)


di Puskesmas Mabelopura
40
38
35 34
30
25
20
17 KASUS TB PARU BTA (+)
15
10
5
0
TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016
Puskesmas Mabelopura
Puskesmas Mabelopura
ialah puskesmas di wilayah di
Kota Palu, terletak di
Kelurahan Tatura Selatan yang
beralamat di Jalan I Gusti
Ngurah Rai No. 18 Kecamatan
Palu Selatan Provinsi Sulawesi
Tengah.
Jumlah Penduduk pada
wilayah kerja Puskesmas
Mabelopura sebanyak 20.253
jiwa, yang terdiri laki-laki
10.997 jiwa dan perempuan
9.415 jiwa.
Ruang TB Paru Puskesmas Mabelopura
Latar Belakang
Di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas
Mabelopura telah melaksanakan P2TB sebagai bentuk
upaya untuk menurunkan angka kejadian TB, seperti
melaksanakan penyuluhan tentang Tuberkulosis paru,
melaksanakan beberapa kegiatan pokok dari P2TB,
dan kegiatan pendukung lainnya. Namun belum dapat
menekan kejadian TB paru secara optimal di wilayah
kerja UPTD Urusan Puskesmas Mabelopura. Hal inilah
yang membuat penulis tertarik untuk membahas
Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru (P2TB)
yang dilaksanakan di Puskesmas Mabelopura.
Latar Belakang

 Angka kejadian TB sampai saat ini masih tinggi


dibeberapa daerah.
 Program pemerintah secara nasional sudah
dicanangkan namun angka kejadian masih
cenderung tinggi.
 WHO mencanangkan untuk kedaruratan global
penyakit TB karena ada pada sebagian besar
negara di dunia.
Rumusan Masalah

Bagaimana pelaksanaan P2TB Pukesmas Mabelopura?

Apa saja permasalahan yang menjadi kendala dalam


mencapai target cakupan P2TB Paru di Puskesmas
Mabelopura?
Manajemen TUBERKULOSIS PARU

Program Penanggulangan TB tahun 2016


CAKUPAN TARGET

100% 100% 100% 100%

80%
70%
65%
60%

40% 40%

5%
1%

Penemuan Pengobatan TB Sosialisasi Penemuan Kontak serumah Screning TB HIV


suspek TB Paru Penyakit TB Pasien Baru BTA TB
(+)
Pelaksanaan Program Penanggulangan
Tuberkulosis Paru di Puskesmas Mabelopura
CAKUPAN TAHUN 2014 CAKUPAN TAHUN 2015
CAKUPAN TAHUN 2017 TARGET
100% 100% 100% 100%
90%
80%
72% 75%
70% 70%
65%
60%
57% 60% 60%
49%
40%
40% 40%

25%

5%
1%1%3%

Penemuan Pengobatan Sosialisasi Penemuan Kontak Skrining TB


suspek TB TB Paru penyakit TB pasien baru serumah TB HIV
BTA (+)
Rencana Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru
di Puskesmas Mabelopura

Pemeriksaan spesimen dahak dari setiap suspek

Pengamatan dan pelacakan penderita TB paru yang mangkir

Pemeriksaan kontak serumah pasien TB positif

Penyuluhan kepada masyarakat melalui nilai lokarya dan posyandu


• Kegiatan penemuan penderita.
• Penanganan tersedianya OAT (Obat Anti
Kegiatan Tuberkulosis).
P2TB
• Penanganan tersedianya reagen di laboratorium.

• Cakupan penemuan kasus TB BTA (+) di antara suspek


70%.
Indikator
Keberhasilan • Conversion Rate 80%.
P2TB • Cure rate 85%.

• Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi, diperlukan


suatu sistem pencatatan dan pelaporan baku yang
dilaksanakan dengan baik dan benar.
Evaluasi • Indikator merupakan alat yang paling efektif untuk
program
penanggul melakukan evaluasi dan merupakan variabel yang
angan TB menunjukkan keadaan dan dapat digunakan untuk
paru mengukur terjadinya perubahan. Indikator yang baik harus
memenuhi syarat.
Pembahasan

PROSES

INPUT OUTPUT
INPUT

Program Penanggulangan (P2) TB Paru di


puskesmas Mabelopura dikelola oleh satu orang
penanggung jawab program yang bekerjasama
dengan dokter. Untuk pemeriksaan sputum bisa
dilakukan di laboratorium puskesmas, tetapi
terkendala karena Analis Kesehatan belum
megikuti pelatihan. Dengan demikian, point pada
five level prevention point 3 (tiga), yaitu penegakan
diagnosis dini dengan pengobatan yang cepat dan
tepat belum tercapai.
PROSES

 Memberikan penyuluhan tentang TBC kepada masyarakat umum.


 Menjaring suspek (penderita tersangka) TBC.
 Mengumpul dahak dan mengisi buku daftar suspek.
 Membuat sediaan hapus dahak.
 Mengirim sediaan hapus dahak ke laboratorium.
 Menegakkan diagnosis TB sesuai protap.
 Membuat klasifikasi penderita.
 Mengisi kartu penderita.
 Memeriksa kontak terutama kontak dengan penderita TB BTA (+).
 Memantau jumlah suspek yang diperiksa dan jumlah penderita TBC.
PROSES

 Memberikan Pengobatan.
 Menetapkan jenis paduan obat.
 Memberi obat tahap intensip dan tahap lanjutan.
 Mencatat pemberian obat tersebut dalam kartu penderita.
 Menentukan PMO (bersama penderita).
 Memberi KIE (penyuluhan) kepada penderita, keluarga, dan
PMO.
 Memantau keteraturan berobat.
 Melakukan pemeriksaan dahak ulang untuk follow-up
pengobatan .
 Mengenal efek samping obat dan komplikasi lainnya serta cara
penanganannya.
 Menentukan hasil pengobatan & mencatatnya di kartu penderita.
OUTPUT

Untuk program P2TB pada tahun 2016, dari profil


Puskesmas Mabelopura, case finding lebih di intensifkan,
dengan melakukan pemeriksaan dengan kontak serumah,
melakukan kunjungan rumah, serta menindak lanjuti
semua laporan klinis TB. Sehingga, angka CDR meningkat
dari tahun sebelumnya

Sementara untuk indikator conversion rate dan cure


rate belum ada.
Kesimpulan

Dalam pelaksanaan program P2TB paru di puskesmas


Mabelopura sejauh ini telah berjalan sesuai dengan pedoman pedoman
nasional pengendalian tuberkulosis paru, namun banyak menemui
kendala.

Permasalahan yang didapat selama pelaksanaan program, antara lain


yaitu masalah SDM yang tidak memadai sehingga kesulitan dalam
pemeriksaan spesimen sputum untuk dilakukan pemeriksaan
mikroskopis segera.
Saran : aspek input

 Untuk kendala SDM, SDM analis kesehatan


dalam hal ini harus di berikan pelatihan tentang
pemeriksaan sputum BTA, agar pemeriksaan
dapat dilakukan di Puskesmas Mabelopura,
sehingga penegakkan diagnosis dini dengan
pengobatan yang cepat dan tepat belum tercapai.
Saran : aspek proses

 Penyuluhan kesehatan mengenai TB Paru harus lebih sering dilakukan


untuk meningkatkan kunjungan masyarakat ke puskesmas sehingga
angka penemuan kasus bisa dideteksi lebih cepat.
 Monitoring dan evaluasi pemeriksaan maupun pengobatan TB Paru
harus lebih ketat sehingga penjaringan pasien suspek TB Paru akan
lebih baik.
 Untuk pencatatan dan pemantauan pasien TB, sebaiknya selain dicatat
di buku album, sesegera mungkin di ketik kedalam dokumen
elektronik, hal ini guna mencegah data hilang ataupun rusak
 Data yang berkaitan dengan indikator keberhasilan sebaiknya segera
diolah seteah diperoleh, bukan saat akan dibutuhkan saja seperti saat
akan akreditasi saja.
 Untuk kartu berobat TB sebaiknya lebih dievaluasi kembali, karena
penting untuk proses pencatatan dan pelaporan.
Saran : aspek output

Dari aspek output, melihat dari indikator keberhasilan, angka


capaian penemuan kasus TB BTA (+) di antara suspek adalah
49% dari inkator keberhasilan yang seharusnya adalah 70%, hal
ini dapat di tingkatkan keberhasilanya jika dari aspek input dan
prosesnya sudah berjalan dengan baik.
Untuk indikator keberhasilan yang lain yang belum ada
mengingat data yang dibutuhkan tercecer, sebaiknya selain
dicatat di buku album, sesegera mungkin di ketik kedalam
dokumen elektronik, hal ini guna mencegah data hilang ataupun
rusak
Pengolahan data terkait indikator keberhasilan sebaiknya segera
dibuat setelah data diperoleh, tidak menunggu hanya jika
dibutuhkan.
Terima Kasih

Any Question?

You might also like