Professional Documents
Culture Documents
FSNL
FSNL
SPEED SPEED
60 % SPEED 100 % SPEED
Udara di luar dihisap oleh FDF (Forced Draft Fan) (21) yang kemudian
dialirkan ke dalam pemanas udara (Air Heater) (22) dengan memakai
gas bekas sisa pembakaran bahan bakar di dalam Boiler (13) sebelum
dibuang ke udara luar melalui Cerobong/Stack (23).
IV. Sistem Penyaluran Tenaga Listrik
Sistem kaskade adalah adanya dua atau lebih PLTA dalam satu aliran
sungai. Air buangan PLTA yang berada di sebelah hulu, ditambah
dengan air dari sungai lainnya, dimanfaatkan oleh PLTA yang berada di
sebelah hilirnya. Sistem kaskade ini tidak diperlukan persyaratan
khusus, sepanjang secara teknis dan ekonomis memungkinkan.
Air pengisi yang berada di dalam deaerator (11) akan dibagi dua
yaitu melalui Low Pressure Flow Water/LPFW (13) dan High
Pressure FW/HPFW (12). Air pengisi yang dari HPFW akan
dimasukkan ke dalam HRSG setelah melalui pipa/saluran uap HP
Admission Steam diteruskan ke Turbin Uap High Pressure
Turbine/HPT (15) yang sebelumnya terlebih dahulu melalui Katup
Uap Utama (14) dan setelah itu diteruskan lagi ke Low Pressure
Turbine/LPT (16) yang selanjutnya dikopling dengan Generator
(17) untuk menghasilkan tenaga listrik melalui Penghantar (18).
Uap bekas yang keluar dari LPT tadi akan dialirkan kembali ke
dalam Condenser (19) untuk diubah kembali menjadi air
kondensat setelah dikondensasi oleh air pendingin/air laut. Air
kondensat selanjutnya akan dipompakan oleh Condensate Pump
(20) untuk selanjutnya terus dimasukkan ke dalam Feed Water
Tank yang berada pada deaerator.
Air dari Condensate Pump tadi dicabang lagi ke dalam HP Bypass
(21), uap diatur dengan Katup uap tekanan tinggi (22), sedangkan
cabang yang lain yaitu LP Bypass (23) uap diatur dengan Katup
uap tekanan rendah (24). Katup uap tekanan tinggi utama (25)
digunakan untuk mengatur jumlah uap tekanan tinggi masuk ke
dalam turbin uap (HPT), sedangkan uap tekanan tinggi yang dipakai
untuk memanaskan deaerator diatur jumlahnya oleh Katup Uap (26).
PERALATAN PLTGU
DIAGRAM ALIR PROSES PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP)
1. Steam Receiving
Header.
2. Flow Meter.
3. Separator.
4. Demister.
5. Main Steam Valve.
6. Turbine.
7. Generator.
8. Step-up Transformer.
9. Sistim Penyaluran Jawa-
Bali.
10. Condenser.
11. Cooling Water Pump.
12. Cooling Water.
13. First-stage dan second-
stage.
14. Sumur Reinjeksi.
15. Reservoir.
16. Primary Pump.
17. Inter Condenser.
Uap dari sumur produksi mula-mula dialirkan ke steam receiving header
(1), yang berfungsi menjamin pasokan uap tidak akan mengalami
gangguan meskipun terjadi perubahan pasokan dari sumur produksi.
Selanjutnya melalui flow meter (2) dialirkan ke separator (3) dan
demister (4) untuk memisahkan zat-zat padat, silika dan bintik-bintik air
yang terbawa didalamnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
vibrasi, erosi, dan pembentukan kerak pada sudu dan nozzle turbine.
Uap yang telah bersih itu dialirkan melalui main steam valve/electric
control valve/governor valve (5) menuju ke turbine (6). Di dalam
turbine, uap tersebut berfungsi untuk memutar double flow condensing
yang dikopel dengan generator (7), pada kecepatan 3000 rpm. Proses ini
menghasilkan energi listrik dengan arus 3 phase, frekuensi 50 Hz, dan
tegangan 11,8 kV. Melalui step-up transformer (8), arus listrik dinaikkan
tegangannya hingga 150 kV, selanjutnya dihubungkan secara paralel
dengan sistem penyaluran Jawa-Bali (9).
Agar turbin bekerja secara efisien, maka exhaust steam yang keluar
dari turbin harus dalam kondisi vakum (0,10 bar).
Dengan mengkondensasikan uap dalam condenser (10) kontak
langsung yang dipasang di bawah turbine. Exhaust steam dari turbin
masuk dari sisi atas condenser, kemudian terkondensasi sebagai akibat
penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan lewat spray-
nozzle. Level kondensat dijaga selalu dalam kondisi normal oleh dua
buah cooling water pump (11), lalu didinginkan dalam cooling water
(12) sebelum disirkulasikan kembali.
Untuk menjaga kevakuman condenser, gas yang tak terkondensasi
harus dikeluarkan secara kontinyu oleh sistem ekstraksi gas. Gas-gas
ini mengandung: CO2 85-90% wt; H2S 3,5% wt; sisanya adalah N2 dan
gas-gas lainnya. Di Kamojang dan Gunung Salak, sistem ekstraksi gas
terdiri atas first-stage dan second-stage (13) sedangkan di Darajat
terdiri dari ejector dan liquid ring vacuum pump.
Sistem pendingin di PLTP merupakan sistem pendingin dengan sirkulasi
tertutup dari air hasil kondensasi uap, dimana kelebihan kondensat yang
terjadi direinjeksi ke dalam sumur reinjeksi (14). Prinsip penyerapan
energi panas dari air yang disirkulasikan adalah dengan mengalirkan udara
pendingin secara paksa dengan arah aliran tegak lurus, menggunakan 5
forced draft fan. Proses ini terjadi di dalam cooling water.
Sekitar 70% uap yang terkondensasi akan hilang karena penguapan dalam
cooling water, sedangkan sisanya diinjeksikan kembali ke dalam reservoir
(15). Reinjeksi dilakukan untuk mengurangi pengaruh pencemaran
lingkungan, mengurangi ground subsidence, menjaga tekanan, serta
recharge water bagi reservoir. Aliran air dari reservoir disirkulasikan lagi
oleh primary pump (16). Kemudian melalui after condenser dan
intercondenser (17) dimasukkan kembali ke dalam reservoir.
DIAGRAM ALIR PROSES PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)
(BAHAN BAKAR BATU BARA)
1. Stacker Reclaimer.
2. Telescopic Chute.
3. Junction House.
4. Conveyor.
5. Coal Bunker.
6. Coal Feeder.
7. Pulverizer.
8. Ptimary Air Fan.
9. Coal Burner.
10. F. D Fan.
11. Air Heater.
12. I. D Fan.
13. Electric Precipitator.
14. Stack.
15. Superheater Tube Boiler.
16. H. P Turbine.
17. Reheater Tube Boiler.
18. I.P Turbine.
19. L.P Turbine.
20. Rotor Generator.
21. Stator Generator.
22. Generator Transformer.
23. Condenser.
24. Condensate Extraction Pump.
25. L.P Heater.
26. Sea Water.
27. Deaerator.
28. Boiler Feed Pump.
29. Economiser.
30. H.P Heater.
31. Steam Drum.
32. Cooling Water Pump.
Batubara yang dibongkar dari kapal di Coal Jetty kemudian dikeruk
dengan menggunakan Stacker Reclaimer (1), dan selanjutnya
diangkut dengan conveyor menuju penyimpan sementara (Temporary
Stock) dengan melalui Telescopic Chute (2) untuk kemudian dikirim
ke Boiler. Selanjutnya batubara tersebut ditransfer melalui Junction
House (3) ke Scrapper Conveyor (4) lalu ke Coal Bunker (5),
diteruskan ke Coal Feeder (6) yang berfungsi mengatur jumlah aliran
ke Pulverizer (7) di mana batubara digiling sesuai kebutuhan menjadi
serbuk yang sangat halus seperti tepung. Serbuk batubara ini dicampur
dengan udara panas dari Primary Air Fan (8) dan dibawa ke Coal
Burner (9) yang menghembuskan batubara tersebut ke dalam ruang
bakar untuk proses pembakaran dan terbakar seperti gas untuk
mengubah air menjadi uap.
Udara panas yang digunakan oleh P.A. Fan dipasok dari F.D. Fan (10)
yang menekan udara panas setelah dilewatkan melalui Air Heater (11).
F.D. Fan juga memasok udara ke Coal Burner untuk mendukung proses
pembakaran. Hasil proses pembakaran yang terjadi menghasilkan limbah
berupa abu dalam perbandingan 14:1. Abu yang jatuh ke bagian bawah
Boiler secara periodik dikeluarkan dan disimpan. Gas hasil pembakaran
dihisap keluar dari Boiler oleh I.D. Fan (12) dan dilewatkan melalui
Electric Precipitator (13) yang menyerap 99,5% dari abu terbang dan
debu dengan sistem Elektrode yang dihembuskan ke cerobong
asap/stack (14). Abu dan debu kemudian dikumpulkan dan diambil
dengan alat Pneumatic Gravity Conveyor yang digunakan sebagai material
untuk bahan pembuatan jalan, semen dan bahan bangunan (conblok).
Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar, diserap oleh pipa-
pipa penguap/Waterwalls menjadi uap jenuh/uap basah yang selanjutnya
dipanaskan dengan Superheater (15).
Kemudian uap tersebut dialirkan ke turbin tekanan tinggi H.P. Turbine
(16), di mana uap tersebut ditekan melalui Nozzle ke sudu-sudu turbin.
Tenaga dari uap menghantam sudu-sudu turbin dan membuat turbin
berputar. Setelah melalui H.P. Turbine, uap dikembalikan ke boiler untuk
dipanaskan ulang di Reheater (17) sebelum uap tersebut digunakan di
I.P. Turbine (18) dan L.P. Turbine (19). Sementara itu, uap bekas
dikembalikan menjadi air di Condensor (23) dengan air laut/Sea Water
(26) yang dipasok oleh C.W. Pump (32). Air kondensasi akan digunakan
kembali di Boiler. Air dipompakan dari Condensor dengan menggunakan
Condensate Extraction Pump (24), dipanaskan lagi oleh L.P. Heater
(25), dinaikkan ke Deaerator (27).
Tangki pemanas kemudian dipompa oleh Boiler Feed Pump
(28) melalui H.P. Heater (29), di mana air tersebut dipanaskan
lebih lanjut sebelum masuk ke boiler pada Economiser (30),
kemudian air masuk ke Steam Drum (31). Poros turbin
tekanan rendah dikopel dengan Rotor Generator (20). Rotor
dalam Elektromagnit berbentuk silinder ikut berputar apabila
turbin berputar. Generator dibungkus dalam Stator Generator
(21). Stator ini digulung dengan menggunakan batang
tembaga. Listrik dihasilkan dalam batangan tembaga pada
stator oleh Elektromagnit rotor melalui perputaran dari medan
magnit. Tegangan listrik 23 KV kemudian dinaikkan menjadi
500.000 Volt dengan Generator Transformer (22).
STATUS UNIT PEMBANGKIT
1. OUTAGE.
2. DERATING.
3. RESERVE SHUTDOWN (RS) & NON CURTAILING (NC).
OUTAGE
1. SPEED DROOP
49.95 50.05
49.5 49.6 49.7 49.8 49.9 50 50.1 50.2 50.3 50.4 50.5 Hz
Rentang Frekwensi Pembangkit Tambak Lorok dan GE
Contoh :
Turbin Gas (PLTG) dengan kapasitas 100 MW ramp rate 6 MW/menit.
Turbin Uap (PLTU) dengan kapasitas 100 – 600 MW ramp rate 5 MW/menit.
6. START-STOP
8. Minimum Up Time
Penampang Generator
200 3.1 BA
R GAS
PRESS
.
Field Heating Limit
160 2.1 BA
O R GAS
PRESS
V .
E
0.8 PF
R
120
E
X
C ROTOR END
I
T 80
A
T B
I
O
40
N
STATOR Stator Winding Heating Limit
0 MW
40 80 120 160 200 240
U 40
N
D
E
CORE END
R
80
E
X 0.95 PF
C 120
I
T
A
T
I 160
O
N C