You are on page 1of 17

Penatalaksanaan Pasien Tetanus Generalisata

di Bidang Bedah Mulut dan Maxillofasial


di RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Oleh :
Fika Rah Ayu, drg dan Akhsanal Fauzi, drg
Nining DSI, drg., Sp. BM
 Tetanus didefinisikan sebagai suatu penyakit infeksi tidak
menular yang disebabkan oleh toksin basilus tetanus,
Clostridium Tetani yang tumbuh secara anaerob, yang masuk
kedalam tubuh melalui luka yang terbuka.

 Tetanus dengan periode inkubasi :


7-10 hari termasuk tetanus akut
Lebih dari 10 hari termasuk tetanus kronis

• Kriteria lain untuk tingkat keparahan tetanus adalah tingkat


perkembangan dan perluasan dari gejala setelah adanya tanda
awal kekejangan otot.
 Berikut ini akan dilaporkan satu kasus tetanus gr III disertai
multiple gangren gigi, yang mengalami perubahan kondisi
pasien yang signifikan menjadi lebih baik setelah dilakukan
tindakan multiple ekstraksi gigi dengan GA, baik dari kondisi
umum pasien, tingkat kesadaran maupun GCS pasien setelah
operasi dibandingkan sebelum dilakukan tindakan operasi.

 Tetanus yang disebabkan oleh infeksi odontogenik sangat jarang


dilaporkan, dan dari laporan ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan serta peran dari seorang dokter gigi serta bedah
mulut dalam penanganan pasien tetanus, terutama dalam
diagnosa tetanus secara cepat dan akurat serta pentingnya
perawatan kondisi gigi dan mulut dalam menunjang
keberhasilan penanganan pasien tetanus
 Pasien laki-laki 55 tahun datang ke IRD RSUD dr. Soetomo
Surabaya dengan keluhan badan dan leher kaku sejak 3 hari
SMRS disertai trismus, sulit menelan, sulit bicara, serta
muntah setiap kali makan. Px dirawat oleh TS Neurologi lalu
dikonsul ke bedah mulut untuk mencari fokus infeksi
 Riwayat TB paru (+) 6 tahun yll drop out OAT (+)
 Sebelum MRS riwayat CT-scan ICH (+), namun dari hasil
pemeriksaan ICH (-)
 GCS awal 456 325
• A : Tetanus Generalisata gr III + Riwayat TB Paru + CAP
• Tx TS Neuro : injeksi Tetagam 500 IU, Infus Metronidazole 4x500
mg, injeksi Ceftriaxon 2x1 gr, injeksi Diazepam 80 mg/24 jam,
injeksi CDP Cholin 3x250 mg, dan infus 25 mEq KCl dalam 500 cc
PZ dalam 12 jam.
• Dibid Mata, THT, Paru: fokus infeksi (-), bedah KL: trakeostomi (+)
Bedah Mulut: fokus infeksi (+) trismus 1 jari, periodontitis apikalis
kronis ec gigi 11, 12, 13, 14, 15, 16, 21, 22, 24, 25, 31, 32, 33, 34,
36, 41, 42, 43, 44, 45, 46 gangren radiks dan gigi 23, 26, 35
gangren pulpa, udem (-) hiperemi (-)
Pro multiple ekstraksi gigi dengan GA
 Evaluasi Post Op :
- Setelah operasi, pasien ke ICU dan dua hari kemudian pasien
kembali ke ruangan rawat inap neurology
- KU membaik, GCS 4X6, pasien mampu berkomunikasi dengan
berusaha untuk bicara namun terkendala oleh trakeostomy. Pasien
mampu mengangkat kedua tangan saat diperintahkan dan
kemampuan membuka mulut meningkat menjadi lebih dari 2 jari.
 Tetanus masih menjadi salah satu penyebab kematian yang
penting dan dihubungkan dengan tingkat mortalitas yang
tinggi.

 WHO (1995) : 500.000-1.000.000 kasus/tahun dengan


angka mortalitas lebih dari 45%.6

 Perawatan intensif dapat mencegah kematian karena


kegagalan pernafasan akut, tetapi komplikasi kardiovaskular
sebagai hasil ketidakstabilan autonomik dan penyebab
kematian lainnya tetap meninggalkan masalah saat ini.
 Diagnosa Tetanus didasarkan gejala klinis (badan dan leher kaku,
trismus, kaku perut)
Hal ini sesuai dng pendapat Fernando Antoninia dkk (2014),
Takehiko Satoh dkk (2013), Sjamsuhidayat R (2007) bahwa
diagnosa dari tetanus secara klinis didasarkan riwayat cedera px,
tanda & gejala klinis, dan tidak bergantung hasil laboratorium,
dan perawatannya dilakukan secepat mungkin tanpa menghabiskan
waktu untuk menilai etiologi
 Pada pasien riwayat luka (-),
anamnese Pekerjaan Petani, kebiasaan sering menusuk2 gusi gigi
 Hal ini seperti dilaporkan oleh Henderson dkk, bahwa total 11
pasien dengan tetanus, memiliki riwayat cedera akut pada kulitnya.
Nicholls dkk, melaporkan bahwa 60% kasus port de entry dari bakteri
adalah melalui luka,meskipun begitu masih sering disepelekan,
sehingga riwayat luka sulit ditentukan. Juga telah dilaporkan bahwa
6-8 % kasus yang terbukti sebagai tetanus tidak disertai port de entry
yang jelas.
 Pada pasien ini kondisi oral higiene yang jelek dng multiple gigi
gangren serta kebiasaan dihubungkan sebagai faktor yang
memperparah kondisi pasien.
 Seperti juga telah dilaporkan adanya hub tetanus dng infeksi mulut :
− Takehiko S, dkk : abses, dan prosedur dental termasuk ekstraksi gigi,
ulser karena protesa, dan oral sepsis
− Cone LA, Fensterer FS : riwayat perawatan kuretase, skaling pada abses
periodontal sebelumnya
− Tahun 2012 : cephalic tetanus dengan karies gigi & perawatan sal akar.
− Royal Adelaide Hospital (1967-1985) :1 kasus karena karies gigi.
− Thaer H. (2009) : laserasi lidah krn tergigit
− Zylka (1954) : setelah insisi dan dranage abses periodontal
 Tindakan eradikasi fokus infeksi di rongga mulut dilakukan dengan
multiple ekstraksi dng GA, dmn terjadi perubahan secara signifikan
setelah post op
 Sesuai dengan 3 prinsip utama dari perawatan tetanus menurut
Brazilian Health Organization (2005) bahwa setelah terapi dengan
sedasi & muscle relaksan, serta setelah netralisasi toksin tetanus dng
serum antitetanus, maka eradikasi fokus infeksi harus dilakukan
termasuk debridement jaringan yang mati atau sekeliling luka.
 Diagnosa yang cepat dan akurat penyakit tetanus akan sangat
mempengaruhi keberhasilan dan morbiditas penyakit.
 Evaluasi tanda dan gejala serta pemeriksaan fisik secara
holistik dibutuhkan termasuk kondisi rongga mulut.
 Kondisi oral higiene mempengaruhi perkembangan pasien
dan keberhasilan perawatan tetanus
 Fernando Antoninia, Fábio Augusto Coelho de Oliveiraa, Leandro Eduardo Klüppelb, Delson
João da Costaa, Nelson Luis Barbosa Rebellatoa, Paulo Roberto Müllera. Clinical observation
Tetanus: An unusual finding in dental practice. Journal of Oral and Maxillofacial Surgery,
Medicine, and Pathology 26 (2014) 68–72
 Thomas Clayton L. Taber’s cyclopedic medical dictionary. F.A Davis Company. Philadelphia.
Juni 1984 :1439-40
 Victor M. Ropper A.H. Adams R.D. : Tetanus in : Principles of Neurology, McGraw-Hill,ed
2000, 628-9
 Sjamsuhidayat R, Kamadihardja W, Prasetyono T.O.H, Rudiman R. Buku Ajar Ilmu Bedah
Sjamsuhidayat-De Jong Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2007 : 45-50.
 Cook TM, Protheroe RT, Handel JM. Tetanus : a review of the Literature. Br J Anaesth 87 (3)
2001 : 477-87.
 Satoh T, Sato J, Abe T, Satoh A, Imamachi K, Kitagawa Y. Difficulty in diagnosis of tetanus in
Japan: Report of a case and review of the literature. Journal of Oral and Maxillofacial Surgery,
Medicine, and Pathology 25 (2013) 55–60
 Muhsan Thaer. Tetanus : an unusual case associated with tongue laceration. Wasit Journal for
science & medicine 2(1) (2009) : 144-9
TERIMA KASIH

You might also like