You are on page 1of 46

FARMAKOLOGI ANAK DAN

PENULISAN RESEP UNTUK


ANAK DAN REMAJA

Dr.T.Mamfaluti, Mkes, SpPD


Lab/SMF Ilmu Penyakit Dalam
FK UNSYIAH/RSUZA Darussalam Banda Aceh
Pengertian…
 Dose: Sejumlah obat atau bahan berkhasiat lain yang
digunakan dalam waktu tertentu atau dalam jumlah
tertentu pada suatu periode tertentu.
 Dosage ( Dosis ):
 Memberikan obat atau bahan terapeutik lain dalam jumlah yang
diresepkan.
 Ukuran, banyaknya pemberian dan jumlah dosis obat yang
diberikan(stedman dictionary)
 Ukuran dinyatakan dalam:
 Satuan berat (gram, miligram, mikrogram) atau
 Satuan isi (mililiter, liter) atau
 Unit-unit lainnya(unit internasional).
 Pengertian Dosis obat:
 Dosis lazim
 Dosis maksimal

 Dosis toksik

 Dosis letal

 Dosis pemeliharaan

 Peranan dosis dalam terapi


 Faktor-faktor yg mempengaruhi penetapan
dosis obat
 Cara menghitung dosis obat
 Bila dosis yg diberikan melebihi dosis terapeutik
disebut dgn dosis toksika. Bila dosis toksik ini
menimbulkan kematian disebut dgn dosis letal.

 Obat “beracun” umumnya mempunyai dosis


maksimum, yaitu dosis yg relatif masih aman
diberikan kepada penderita. Lihat Farmakope
Indonesia. Umumnya dinyatakan dalam gram,
miligram, mikrogram, atau satuan internasional.
Bila jumlah atau dosis ini melebihi ada
kemungkinan terjadi keracunan.
 Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan
(initial dose) atau dosis-awal (loading dose) yg
lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance
dose).

 Contoh: Pada pemberian obat sulfa( trisulfa-


pyrimidines) diberikan dosis permulaan lebih
tinggi dari dosis pemeliharaan ( misalnya 2 kali)
sehingga kadar obat dalam darah dapat dicapai
lebih awal. Diberikan dosis permulaan 2 gram
dan diikuti dgn dosis pemeliharaan 1 gram tiap
6 jam.
 Di bidang pediatri penentuan dosis obat
sering ditemukan kesulitan pada :
 Anak prematur
 Anak baru lahir

 Bayi

 Alasannya :
 Organ-organnya masih belum berfungsi secara sempurna:
hepar, ginjal, susunan saraf pusat dan distribusi cairan yg
berbeda dg orang dewasa.
 Parameter perbedaan respon obat pada anak dg
dewasa:
 1. Pola ADME( Absorpsi, Distribusi, Metabolisme dan
Ekskresi)
 A. perbedaan absorpsi(penyerapan) ok perbedaan relatif dari
kepadatan sel
 B. perbedaan distribusi ok persentase cairan ekstrasellular dan
cairan tubuh total relatif lebih tinggi.
 C. perbedaan metabolisme ok proses enzimatik yg belum
sempurna
 D. perbedaan ekskresi ok glomerulus dan atau tubulus belum
berkembang secara lengkap
 2. Sensitivitas intrinsik yg berlainan terhadap bahan
obat
(% BB)
FARMAKOKINETIK OBAT

 Absorpsi obat
 A. Aliran darah pd tempat pemberian obat ( pada keadaan shok, bayi
prematur  absorpsi tdk teratur dan sulit diprediksi). Contoh : glikosida
jtg dan antikonvulsan.
 B. Fungsi saluran cerna: pada bayi prematur konsentrasi asam lambung
tertinggi pd hari 4. Hindari obat yg diaktifkan oleh asam lambung.
 Distribusi obat.
 Ikatan obat dg protein plasma (albumin). Diazepam (pada bayi prematur
ikatan protein hanya 90%, konsentrasi obat bebas 30 ug/L (toksik),
beberapa obat dp saling berpacu dg bilirubin serum untk berikatan dg
albumin (kernikterus).
 Metabolisme obat
 Pada neonatus metabolisme obat menurun klirens dan waktu paruh
lebih lama.
 Ekskresi obat
 Laju Filtrasi Gromerulus (LFG) neonatus: 30-40% LFG orang dewasa.
Penggunaan obat selama menyusui
 Harus hati-hati ( ekskresi melalui ASI)
 Ibu menyusui harus munum obat 30-60 mnt setelah
dan 3-4 jam sebelum waktu menyusui.
 Obat yg tidak ada data ttg keamanan selama
menyusui harus dihindari.
 Konsentrasi tetrasiklin dlm ASI kira-kira 70% dari
kons. Serum ibu ( resiko kelainan gigi bayi).
 Kloramfenikol dlm ASI dpt menyebabkan supresi
sumsum tulang
 Faktor-faktor yg mempengaruhi dosis obat:
 A. Faktor obat
 Sifat fisika: daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf dan
sebagainya.
 Sifat kimiawi: asam, basa, garam ester, garam kompleks, pH,
Pka
 Faktor farmakokinetik Half-life (T 1/2)
 Kombinasi obat (addiksi, potensiasi, sinergisme, antagonisme
dan interaksi obat)
 B. Cara pemberian obat pada penderita
 Oral: dimakan atau diminum
 Parenteral: subkutan, intramuskular, intravena dan sebagainya.
 Rektal, vaginal dan uretral
 Lokal, topikal
 Lain-lain: implantasi, sublingual, intrabukal dsb.
 C. Faktor penderita
 1. umur: neonatus, bayi,anak , dewasa dan geriatri
 2. berat badan: BB dapat berbeda walaupun sama-sama
dewasa.
 3. jenis kelamin: terutama untuk obat gol. Hormon
 4. Ras: slow dan fast acetylators
 5. Toleransi
 Toleransi kongenital
 Toleransi perolehan
 Toleransi silang
 6. Obesitas: untuk obat-obat tertentu faktor ini perlu
diperhatikan
 7. sensitivitas individual
 8. keadaan patofisiologi: kelainan pd sal. Cerna mempengaruhi
absorpsi obat, penyakit hati mempengaruhi metabolisme obat,
kalainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi obat.
Absorpsi Obat Per Oral berbagai obat pada
Neonatus VS Anak dan Orang Dewasa.
Obat Absorpsi oral

Asetaminofen Menurun

Ampisilin Meningkat

Diazepam Normal

Digoksin Normal

Penisilin G Meningkat

Fenobarbital Menurun

Fenitoin Menurun

Sulfonaid normal
Perkiraan waktu paruh berbagai obat pada
neonatus dan orang dewasa.
Obat Usia neonatal T1/2 T1/2 orang dewasa
neonatus(jam)
Asetaminofen 2,2-5 1,9-2,2
(Paracetamol)
Diazepam 25-100 40-50
Digoksin 60-70 30-60
Fenobarbital 0-5 hari 200 64-140
5-15 hari 100
1-30 bulan 50
Fenitoin 0-2 hari 80 12-18
3-14 hari 18
14-50 hari 6
Salisilat 4,5-11 10-15
Teofilin Neonatus 13-26 5-10
Anak 3-4
Kenapa anak-anak beresiko lebih
besar timbulnya “medical error”
 Dosis obat dihitung secara individual
 Berdasarkan umur , BB dan luas permukaan tubuh
 Perhitungan rumit

 BB berubah cepat ( terutama pada neonatur)

 Kesalahan 10 kali lipat

 Informasi yang tidak memadai


 Informasi dosis yang tidak tepat
 Kurangnya bentuk dan konsentrasi dosis yang
sesuai
 Membutuhkan perhitungan yang rumit dan
pengenceran oleh petugas medis dan perawat
 Anak-anak tidak dapat memberitahukan pada
kita, kalau:
 Kita berbuat kesalahan
 Dia mengalami efek samping

 Anak mempunyai daya cadang internal yang


rendah untuk mem ‘buffer efek’ kekeliruan
tersebut
Most Common Error Type
 Dosing error 28%
 Route of administation 18%
 Wrong date 9,9%
 Frequency 9,4
Penentuan dosis obat dari luas
permukaan tubuh
Berat badan Perkiraan usia Luas Persen dosis
permukaan dewasa
(m2)
(kg) (lb)
3 6,6 Bayi baru lahir 0,2 12
6 13,2 3 bulan 0,3 18
10 22 1 tahun 0,45 18
20 44 5,5 tahun 0,8 48
30 66 9 tahun 1 60
40 88 12 tahun 1,3 78
50 110 14 tahun 1,5 90
60 132 Dewasa 1,7 102
70 154 dewasa 1,76 103
Rekomendasi untuk peresepan
pada anak
 Anak mempunyai resiko lebih besar dalam pengobatan
 Hal-hal penting diperhatikan: Faal tumbuh kembang,
farmakokinetik, farmakodinamik, hasil terapi yang
diharapkan.
 Farmakokinetik/dinamik: mempengarui dosis obat, cara
pemberian dan frekwensi serta lamanya pengobatan.
 Bayi neonatus memerlukan perhatian khusus dalam
pemberian obat terkait dgn fungsi fisiologis yg belum
matang.
 Kalkulasi dosis yg akurat sangat penting, dapat dilakukan
dgn 3 formula: berdasarkan BB, luas permukaan tubuh,
dan umur.
KESIMPULAN…

 CHILD IS NOT A MINIATURE OF ADULT


 GUNAKAN INFORMASI DOSIS PEDIATRI DARI
PERUSAHAAN OBAT,…. BILA TIDAK ADA BARU
DIHITUNG BERDASARKAN:
 UMUR
 BB
 LUAS PERMUKAAN TUBUH
Penulisan Resep pada Anak dan
Remaja
PROSES TERAPI

ANAMNESIS, PEM. FISIK dan PENUNJANG

DIAGNOSIS

TENTUKAN RENCANA TERAPI

R/ R/
NON TERAPI
BERI OBAT
BERI INFO
EVALUASI
I. RESEP
 Pengertian :
Resep adalah Permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi
atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan
obat dalam Bentuk Sedian Obat tertentu dan
menyerahkannya pada penderita.
Resep adalah wujud akhir dari kompentensi ,
pengetahuan, keahlian dokter dalam menerapkan
bidang farmakologi dan terapi yang diperuntukan untuk
satu penderita
II. PEMBAGIAN
RESEP
Dr EDWINA
Praktek Umum
SIP : No.03 / tahun 2006
Alamat : Jln Ganting II No 16 Padang
1. Prescriptio
Telp : 0751890114
Praktek Senin – Jumat
Jam 17.00 - 19.00
Padang, 17-5-2006
2. Supercriptio R/
Paracetamol 100 mg
3. InsCriptio Tab CTM ¼
Tab Bisolvon No I
SL q s
m f pulv d t d No XV 4. Subcriptio
S 3 dd p I
Paraf / T T
Pro : Nadia
5. Signature
Umur : 2 th
Alamat : Jln Proklamasi No 17Padang
III. TIPE RESEP
1. Tipe Magistralis
Tipe magistralis adalah komposisi resep yang ditulis sendiri
oleh dokter berdasarkan pengalamannya dan tidak ditemukan
dalam buku standar yang diperuntukan untuk satu penderita
- buku standar resmi (literatur)
- Formularium RS
- Standard terapi  Puskesmas
2. Tipe Officinalis
Tipe officinalis adalah resep yang ditulis berdasarkan formula
yang ada yang diperuntukan untuk satu penderita
PENULISAN RESEP YANG
TEPAT DAN RASIONAL
 Rasional : Rasio kemanfaatan lebih besar dari
pd resiko efek samping yg ditimbulkan obat.
 Penulisan resep yg rasional dgn motto :
- Tepat Obat
- Tepat Dosis
- Tepat Bentuk sediaan
- Tepat Penderita
- Tepat Indikasi
DAMPAK PERESEPAN YG
TIDAK RASIONAL
 Bertambahnya kemungkinan toksisitas obat yg
diberikan.
 Tjd interaksi obat satu dg obat lain.
 Tidak tercapai efektifitas obat yg dikehendaki
 Meningkatkan biaya pengobatan penderita
KAIDAH PENULISAN R/

1. Tulislah Nama Obat Dengan Jelas


2. Obat yang diberikan untuk pasien oleh dokter yang menulis
resep sudah punya pengalaman tentang obat tersebut dan atau
berdasarkan KBB
3. Bila dokter sudah mempunyai pengalaman satu preparat paten
tertentu tidak perlu beralih ke preparat paten lainnya walaupun
dinyatakan isinya sama.
4. Hati-hati memberikan obat secara bersamaan
5. Terapi psikotropik dan narkotika harus dengan indikasi yang
jelas.
6. Tulisan dengan jelas kekuatan serta jumlah obat yang ditulis
dalam resep(satuan mg/gram, ml/l)
7. Dosis tiap obat harus diperhitungkan dengan memperhatikan
variabilitas individu
8. DOSIS ditulis dengan JUMLAH dan SATUAN yang jelas
9. Ketentuan mengenai obat ditulis dengan jelas
10. Hindari polifarmasi  incompabiliti
11. Hindari pemberian obat dalam jangka waktu yang lama
12. Terangkan dengan jelas pada pasien cara penggunaan obat.
13. Jelaskan pada pasien bahaya minum obat lain disamping obat yang
diberikan dokter  incompabiliti
14. Beritahu efek samping obat
15. Lakukan “ RECORDING “ pada status pasien sebaik baiknya.

Kertas R/
• Dokumentasi  3 th
• Permintaan obat melalui telp dihindari kecuali Cito, maka 1 x 24 jam
harus ditulis dikertas R/
• SK Menkes RI No 280/MENKES/SK/V/1981  penulisan
pemusnahan
CAIR
• SOLUTIO
• SIRUP
• AEROSOL
• GUTTAE
• INJEKSI

BSO
½ PADAT • SALEP
• LINIMEN

• PULVERES
PADAT • PULVIS
• CAPSULAE
• TABLET
• SUPPOSITORIA
PENULISAN R/ DALAM BSO CAIR

OBAT BENTUK SEDIAAN CAIR

OBAT OBAT SUNTIK OBAT TETES OBAT LUAR


MINUM
OBAT LUAR SOLUSIO
SIRUP IV
- TETES MATA SUSPENSI
SOLUTIO IM - H2O
- TETES HIDUNG EMULSI
SUSPENSI
- OIL
- TETES TELINGA AEROSOL
SATURASI
MIXTURA
MIXTURA
M. AGITANDA
EMULSI

SIGNATURA HARUS
TEPAT TIDAK UNTUK OBAT DENGAN
INDEKS TERAPI SEMPIT

KADAR OBAT MENENTUKAN


INTENSITAS KERJA OBAT
TIPE – TIPE R
1. Resep Magistralis
resep yang ditulis oleh dokter menurut formulasi dokter sendiri untuk satu
penderita
R/ Paracetamol 200 mg
coffein 10 mg
SLqs
M f pulveres d t d No. X
S p r n pulv 1 max 3 sehari
Pro : Wiwik (7 th) Paraf

R/ Codein 100 mg !
SLqs
m f pulv d t d No Xv da in cap
S t d d cap I
Pro : Hadi (10 th)
2. Resep Officinalis
Resep yang ditulis oleh dokter berdasarkan formulasi yang ada dalam buku
standar

R/ Lotio kumerfelsi S F
SUC
Pro : Wina (17 th)

R/ Unguentum Sulfuris Salicylatuma 20


S apl loc dol
Pro : Harry (6 th)

R/ Pulveres Acidov II No XII


StddpI
Pro : Tia (10 th)

You might also like