sindrom pernapasan akut berat adalah sindrom akibat infeksi virus pada paru yang bersifat mendadak dan menunjukkan gejala gangguan pernapasan pada pasien yang mempunyai riwayat kontak dengan pasien SARS. • Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah suatu jenis kegagalan paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjdinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru). ETIOLOGI
WHO menetapkan virus penyebab SARS
adalah coronavirus. Coronavirus adalah virus RNA, berbentuk seperti sekrup, terbungkus oleh protein amplop. Virus ini dapat menyerang mamalia dan unggas. PATOFISIOLOGI
Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara,
masuk melalui saluran pernafasan, lalu bersarang di paru-paru. Lalu berinkubasi di paru-paru selama 2 – 10 hari kemudian menyebabkan paru-paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit. Penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien (mis, ludah). Masa penularannya berlangsung kurang dari 21 hari. MANIFESTASI KLINIS
• Demam mendadak > 38C
• Batuk • Sesak napas/sukar bernapas/napas pendek • Sakit kepala, kaku otot, anoreksia, lemah, bercak merah pada kulit, bingung dan diare Gejala tersebut tidak khas dan mirip seperti gejala flu lainnya, tetapi secara cepat gejala menjadi berat dan pasien dapat meninggal karena terjadi peradangan paru (pneumonia). Masa inkubasinya selama 2-10 hari. PENATALAKSANAAN 1. Terapi supportif umum Bertujuan meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin dll, seperti : • Terapi oksigen • Humidifikasi dengan nebulizer • Fisioterapi dada • Pengaturan cairan • Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat • Obat inotropik • Ventilasi mekanis • Drainase empiema • Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup lanjutan
• Suportif : Vitamin C dan B kompleks
• Simtomatik : Analgesik, antitusif, mukolitik • Profilaksis : antibiotik terapeutik dan profilaksis sesuai indikasi PENCEGAHAN a. Penderita Kelompok penderita SARS perlu diisolasi baik dirumah sakit maupun dirumah karena penularannya sangat cepat. b. Keluarga penderita Keluarga penderita sangat rentan terhadap penularan SARS karena faktor kedekatan dengan penderita, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu : • Desinfeksi kamar tidur dan kamar mandi penderita secara berkala • Pembakaran sampah atau barang bekas pakai penderita. • Pemakaian masker pada saat berdekatan dengan penderita (sekitar 2 meter) • Pemisahan peralatan makan dan minum, mandi, tidur dan pakaian dengan keluarga. Jika penderita sudah sembuh, peralatan tersebut boleh dicampur kembali setelah dicuci dengan air panas lanjutan • Pemeriksaan segera ke sarana pelayanan kesehatan apabila ada kasus demam dengan penderita SARS di rumah. • Pembatasan bepergian ditempat umum. c. Orang yang baru datang dari daerah yang terinfeksi : hal yang perlu diwaspadai adalah masa 14 hari setelah meninggalkan daerah terinfeksi SARS. Prang-orang tersebut perlu dipantau terhadap adanya gejala influenza, seperti demam dan gangguan pernapasan. Masker mungkin peru dipakai untuk menjamin keamanan pribadi dan keluarga lanjutan d. Masyarakat Umum Meskipun masyarakat umum beresiko kecil untuk tertular SARS, namun kewaspadaan tetap diperlukan mengingat penularan bisa terjadi di tempat- tempat umum. Hal-hal di bawah ini penting untuk dilakukan : • Menerapkan pola hidup sehat dengan mengomsumsi makanan bergizi, berolahraga, dan beristirahat yang cukup • Melakukan trias pencegahan influenza • Membudayakan cuci tangan • Menghidari menyetuh hidung, mulut dan mata • Menjaga ventilasi udara dan cahaya yang cukup dirumah • Tidak berbagi atau bergantian menggunakan barang pribadi, seperti handuk, selimut, dan perlatan makan minum, dan mandi ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien SARS : • Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi cepat bersambungan, batuk, sputum purulen, dan auskultasi bunyi napas untuk mengetahui konsolidasi • Perhatikan perubahan suhu tubuh • Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme • Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau kambuhan, tidak berhasil untuk sembuh, atelektasis, efusi pleura, komplikasi jantung, dan super infeksi lanjutan
• Faktor perkembangan pasien : Umur, tingkat
perkembangan, kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan • Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit pernapasan, pengetahuan tentang penyakit pernapsan dan tindakan yang dilakukan DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERARAWATAN a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d inflamasi dan obstruksi jalan napas Intervensi AirWay Suction: • pastikan kebutuhan oral atau tracheal suctioning • Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning • Minta klien napas dalam sebelum suction dilakukan • Berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal • Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan • Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal • Monitor status oksigen pasien lanjutan • Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion • Hentikan suksion dan berikan oksigen apanila pasien menujukkan bradikardi, peningkatan saturasi oksigen dll AirWay Management : • buka jalan napas, gunakan tehnik chin lift atau jaw thrust bila perlu • Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi • Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan • Lakukan fisoterapi dada jika perlu • Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan • Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu • Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan • Monitor respirasi dan status oksigen b. Defisit volume cairan b/d intake oral tidak adekuat, takipneu, demam Intervensi Fluid Management : • Pertahankan catatan intake dan output yang akurat • Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan • Monitor vital sign • Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian • Lakukan terapi IV lanjutan • Monitor status nutrisi • Berikan cairan • Dorong masukan oral • Berikan penggantian nesogatrik sesuai output • Dorong keluarga untuk membantu pasien makan • Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk • Atur kemungkinan transfusi • Persiapan untuk transfusi c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan pemasukan d/d faktor biolgis (sesak napas) Intervensi Eating disorder manajemen : • Tentukan kebutuhan kalori • Ajarkan klien dan kelurga tentang pentingnya nutrien • Monitoring TTV dan nilai laboratorium • Monitor intake dan output • Pertahankan kepatenan pemberian nutrisi parenteral • Pertimbangkan nutrisi enteral • Pantau adanya komplikasi GI lanjutan Terapi Gizi : • Monitor masukan makanan atau minuman dan hitung kalori harian secara tepat • Kolaborasi ahli gizi • Pastikan dapat diet TKTP • Berikan perawatan mulut • Pantau hasil lab • Jauhkan benda-benda yang tidak enak dipandang • Sajikan makanan hangat dengan variasi yang menarik d. Intoleransi aktifitas b/d isolasi respiratory Intervensi Activity Therapy : • Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat • Bantu klien umtuk mengindentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan • Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial • Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda • Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas yang disukai lanjutan • Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang • Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktifitas • Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan • Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual Energi Management : • Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas lanjutan • Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan • Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan • Monitor nutrisi dan sumber energi • Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan • Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas • Monitor vola tidur dan lamanya tidur / istirahat pasien e. Defisit pengetahuan b/d perawatan Intervensi Teaching : Diasese Process • Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik • Jelaskan patosifiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat • Gambarkan tanda dan gejala yang bisa mucul pada penyait, dengan cara yang tepat • Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat • Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat lanjutan • Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat • Hindari harapan yang kosong • Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlakukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit • Diskusikan pilihan terapi atau penanganan • Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau di indikasikan • Ekplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat • Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat