You are on page 1of 20

PENGKAJIAN REFLEKS

FISIOLOGI DAN PATOLOGI


DISUSUN OLEH KELOMPOK 3
ANDI DEVI YUSTIKANIDA
ANISYAH POHAN
DHEA RISTI ARISANDI
EVA YUNITA
HANI SYADZA SHAFIRA MAHARANY
INTAN AMELIA NASUTION
LIDIA HAPIYALA YOSI
MEGAWATI
MUHAMMAD FIRDAUS
NANDA MULYA HARTI
ROHMAN
SAVITRI
SURIANI
WITA
1. PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS
Lengkung Refleks
• Refleks adalah suatu respons involunter terhadap sebuah stimulus. Secara
sederhana lengkung refleks terdiri dari organ reseptor, neuron aferen, neuron
efektor dan organ efektor. Sebagai contoh ialah refleks patella. Pada otot
terdapat serabut intrafusal sebagai organ reseptor yang dapat menerima sensor
berupa regangan otot, lalu neuron aferen akan berjalan menuju medula spinalis
melalui ganglion posterior medulla spinalis. Akson neuron aferen tersebut akan
langsung bersinaps dengan lower motor neuron untuk meneruskan impuls dan
mengkontraksikan otot melalui serabut ekstrafusal agar tidak terjadi
overstretching otot. Namun begitu lengkung refleks tidak hanya menerima
respon peregangan saja, sebagai contoh respon sensorik kulit, aponeurosis,
tulang, fasia, dll. Gerakan reflektorik dapat dilakukan oleh semua otot seran
lintang (Martini, 2006;Snell, 2002).
DASAR TEORI
• Refleks neurologik bergantung pada suatu lengkungan (lengkung refleks) yang
terdiri atas jalur aferen yang dicetus oleh reseptor dan sistem eferen yang
mengaktifasi organ efektor, serta hubungan antara kedua komponen ini. Bila
lengkung ini rusak maka refleks akan hilang. Selain lengkungan tadi didapatkan
pula hubungan dengan pusat pusat yang lebih tinggi di otak yang tugasnya
memodifikasi refleks tersebut. Bila hubungan dengan pusat-pusat yang lebih
tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi refleks tersebut. Bila hubungan dengan
pusat yang lebih tinggi ini terputus, misalnya karena kerusakan pada sistem
piramidal, hal ini akan mengakibatkan refleks meninggi.Bila dibandingkan dengan
pemeriksaan-pemeriksaan lainnya, misalnya pemeriksaan sensibilitas, maka
pemeriksaan refleks kurang bergantung kepada kooperasi pasien. Ia dapat
dilakukan pada orang yang kesadarannya menurun, bayi, anak, orang yang rendah
inteligensinya dan orang yang gelisah.
A. Dasar pemeriksaan refleks
1.Penderita harus berada dalam
posisi rileks dan santai. Bagian
tubuh yang akan diperiksa harus
1.Pemeriksaan menggunakan
dalam posisi sedemikian rupa
alat refleks hammer
sehingga gerakan otot yang
nantinya akan terjadi dapat
muncul secara optimal

Oleh karena sifat reaksi 1.Rangsangan harus diberikan


tergantung pada tonus otot, secara cepat dan langsung;keras
maka otot yang diperiksa harus pukulan harus dalam batas nilai
dalam keadaan sedikit kontraksi. ambang, tidak perlu terlalu keras
B. Jenis Refleks fisiologis
1. Refleks Biceps (BPR) 11. Reflek Abdominal
2. Refleks Triceps (TPR) 12. Reflek Kremaster
3. Refleks Periosto Radialis 13. Reflek Anal
4. Refleks Periostoulnaris 14. Reflek Bulbo Cavernosus
5. Refleks Patela (KPR) 15. Reflek Moro
6. Refleks Achilles (APR) 16. Reflek Babinski
7. Refleks Klonus Lutut 17. Sucking reflek
8. Refleks Klonus Kaki 18. Grasping reflek
9. Reflek kornea 19. Rooting reflek
10. Reflek faring
C. Dalam sehari-hari kita biasanya memeriksa 2
macam refleks fisiologis, yaitu :

• Refleks dalam (refleks regang otot)


Refleks dalam timbul oleh regangan otot yang disebabkan oleh rangsangan,
dan sebagai jawabannya maka otot berkontraksi. Refleks dalam juga
dinamai refleks regang otot (muscle stretch reflex). Nama lain bagi refleks
dalam ialah refleks tendon, refleks periosteal, refleks miotatik dan refleks
fisiologis.
LANJUT….
• Refleks superfisialis
Refleks ini timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa yang mengakibatkan
berkontraksinya otot yang ada di bawahnya atau di sekitarnya. Jadi bukan karena
teregangnya otot seperti pada refleks dalam. Salah satu contohnya adalah refleks
dinding perut superfisialis (refleks abdominal). Tingkat jawaban refleksJawaban
refleks dapat dibagi atas beberapa tingkat yaitu :
• (negatif) : tidak ada refleks sama sekali
• ± : kurang jawaban, jawaban lemah10
• + : jawaban normal
• ++ : jawaban berlebih, refleks meningkat
LANJUT….
• Pemeriksaan reflek fisiologis merupakan satu kesatuan dengan
pemeriksaan neurologi lainnya, dan terutama dilakukan pada kasus-kasus
mudah lelah, sulit berjalan, kelemahan/kelumpuhan, kesemutan, nyeri otot
anggota gerak, gangguan trofi otot anggota gerak, nyeri
punggung/pinggang gangguan fungsi otonom.
Interpretasi pemeriksaan refleks fisiologis tidak hanya menentukan
ada/tidaknya tapi juga tingkatannya. Adapun kriteria penilaian hasil
pemeriksaan refleks fisiologis adalah sebagai berikut:
Tendon Reflex Grading Scale
Grade Description
• 0 Absent
• +/1+ Hypoactive
• ++/2+ ”Normal”
• +++/3+ Hyperactive without clonus
• ++++/4+ Hyperactive with clonus

Suatu refleks dikatakan meningkat bila daerah perangsangan meluas dan respon gerak
reflektorik meningkat dari keadaan normal. Rangsangan yang diberikan harus cepat
dan langsung, kerasnya rangsangan tidak boleh melebihi batas sehingga justru melukai
pasien. Sifat reaksi setelah perangsangan tergantung tounus otot sehingga otot yang
diperiksa sebaiknya dalam keadaan sedikit kontraksi, dan bila hendak dibandingkan
dengan sisi kontralateralnya maka posisi keduanya harus simetris.
Ada beberapa pembagian tentang reflek:

• Brainstem reflek
Pittsburgh Brain Stem Score
Cara ini dapat digunakan unuk menilai reflex brainstem pada pasien koma.

• Superficial reflek/skin reflek


1. Reflex dinding perut
2. Reflex Cremaster
Cara Kerja Reflek Fisiologis
• Penentuan lokasi pengetukan yaitu
tendon periosteum dan kulit.

• Anggota gerak yang akan dites harus


dalam keadaan santai.

• Dibandingkan dengan sisi lainnya


dalam posisi yang simetris.
Refleks Fisiologis Ekstremitas Atas
1. Refleks Bisep
a. Pasien duduk di lantai
b. Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi, lengan
diletakkan di atas lengan pemeriksa
Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan
setengah ditekuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku
Afferent : n.musculucutaneus (C 5-6); Efferent : idem
2. Refleks Trisep
a. Pasien duduk dengan rileks
b. Lengan pasien diletakkan di atas lengan pemeriksa
c. Pukullah tendo trisep melalui fosa olekrani
Stimulus : ketukan pada tendon otot triceps brachii, posisi lengan fleksi pada sendi
siku dan sedikit pronasi .Respon : ekstensi lengan bawah disendi siku .
Afferent : n.radialis (C6-7-8); Efferent : idem

3. Reflesk Brakhioradialis
a. Posisi Pasien sama dengan pemeriksaan refleks bisep
b. Pukullah tendo brakhioradialis pada radius distal dengan palu refleks
c. Respon: muncul terakan menyentak pada lengan
4. Refleks Periosteum radialis
a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan
b. Ketuk periosteum ujung distal os. Radialis
c. Respon: fleksi lengan bawah dan supinasi lengan

5. Refleks Periosteum ulnaris


a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada siku, sikap tangan antara supinasi dan
pronasi
b. Ketukan pada periosteum os. Ulnaris
c. Respon: pronasi tangan
Refleks Fisiologis Ekstremitas Bawah
1. Refleks Patela
a. Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai
b. Raba daerah kanan-kiri tendo untuk menentukan daerah yang tepat
c. Tangan pemeriksa memegang paha pasien
d. Ketuk tendo patela dengan palu refleks menggunakan tangan yang lain
e. Respon: pemeriksa akan merasakan kontraksi otot kuadrisep, ekstensi tungkai bawah
Stimulus : ketukan pada tendon patella
Respon : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps femoris
Afferent : n.femoralis (L 2-3-4)
Efferent :idem
2. Refleks Kremaster
a. Ujung tumpul palu refleks digoreskan pada paha bagian medial
b. Respon: elevasi testis ipsilateral
3. Reflesk Plantar
a. Telapak kaki pasien digores dengan ujung tumpul palu refleks
b. Respon: plantar fleksi kaki dan fleksi semua jari kaki
4. Refleks Gluteal
a. Bokong pasien digores dengan ujung tumpul palu refleks
b. Respon: kontraksi otot gluteus ipsilateral
5. Refleks Anal Eksterna
a. Kulit perianal digores dengan ujung tumpul palu refleks
Respon: kontraksi otot sfingter ani eksterna
2. PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS
• PENGERTIAN
Refleks patologik adalah refleks-refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada orang-
rang yang sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil. Kebanyakan merupakan gerakan
reflektorik defendif atau postural yang pada orang dewasa yang sehat terkelola dan
ditekan oleh akifitas susunan piramidalis. Anak kecil umur antara 4 – 6 tahun masih
belum memiliki susunan piramidal yang sudah bermielinisasi penuh, sehingga
aktifitas susunan piramidalnya masih belum sepmpirna. Maka dari itu gerakan
reflektorik yang dinilai sebagai refleks patologik pada orang dewasa tidak
selamanya patologik jika dijumpai pada anak-anak kecil, tetapi pada orang dewasa
refleks patologikselalu merupakan tanda lesi UMN.
Jenis Refleks Patologis
• Jenis Refleks Patologis Untuk Ekstremitas Superior adalah sebagai berikut :

1. Refleks Tromner
Cara: pada jari tengah gores pada bagian dalam

2. Refleks Hoffman
Cara : pada kuku jari tengah digoreskan

3. Leri : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap


lengan diluruskan dengan bagian ventral menghadap ke atas.
Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku

4. Mayer : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak


tangan. Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari.
• Jenis RefleksPatologis Untuk Ekstremitas Inferior adalah sebagai berikut :

Babinski : gores telapak kaki di lateral dari bawah ke atas Gonda : fleksi-kan jari ke 4 secara maksimal, lalu
==> + bila dorsofleksi ibu jari, dan abduksi ke lateral empat lepas ==> + sama dengan babinski
jari lain

Chaddok : gores bagian bawah malleolus medial Bing : tusuk jari kaki ke lima pada metacarpal/
==> + sama dengan babinski pangkal ==> + sama dengan babinski

Oppenheim : gores dengan dua sendi interfalang Stransky : penekukan (lateral) jari longlegs ke-5.
jari tengah dan jari telunjung di sepanjang os Respon : seperti babinsky.
tibia/cruris==> + sama dgn babinski

Gordon : pencet/ remas m.gastrocnemeus/ betis Rossolimo : pengetukan ada telapak kaki. Respon :
dengan keras==> + sama dengan babinski fleksi jari-jari longlegs pada sendi interfalangeal.

Mendel-Beckhterew : pengetukan dorsum pedis


Schaeffer : pencet/ remas tendo achilles ==> + sama pada daerah os coboideum. Respon : seperti
dengan babinski rossolimo.
TERIMA KASIH

You might also like